Saling Mengenal

208 3 2
                                    

Hai, sahabatku jumpa lagi..
Maafkan aku karena lama updatenya. Aku sedang mengikuti tantangan menulis novel untuk penulis pemula. Mampir ya, ke novel aku yang berjudul "Cinta Beda Usia".

Selamat membaca...

️♥️♥️♥️♥️♥️

"Mas Andri, tadi telpon dari siapa?"

"Dari Mama Retno, memang ada apa? Kangen ya?"

"Apaan sih, Mas?" Dinda tersipu malu.

"Din, apa kamu gak capek berdiri? Sini duduk di sini," Andri menepuk sofa dimana dia duduk.

Dinda mengikuti apa yang dikatakan Andri namun, dia merasa sangat canggung bahkan badannya sedikit gemetar. Andri yang tahu dengan kondisi Dinda, dia pura-pura tidak tahu. Dia sengaja menguji Dinda.

"Kok sepertinya ada gempa ya. Din, apa kamu merasakan?"

"Mas Andri! Ih, sebel deh. Mas sengaja ya, menggoda Dinda," ucap Dinda sambil memukul Andri bertubi-tubi.

"Iya iya, maafkan Mas ya," secara Andri memegang kedua tangan Dinda agar tak memukulnya.

Keduanya diam terpaku saling pandang, membuat jantung keduanya berdetak kencang. Tanpa sadar kedua wajah mereka saling berdekatan hanya beberapa senti saja. Tiba-tiba Andri terkejut, segera menjauh dan melepaskan tangan Dinda.

"Maafkan aku karena terbawa suasana," ucap Andri.

"Gak papa,Mas, aku pun gak sadar kok, Mas," kata Dinda tersipu malu.

  "Jadi, kalau tadi Mas gak sadar dan terjadi sesuatu yang melewati batas, Kamu mau juga?"

"Mas.., jangan bikin Dinda malu, ih!" Dinda mencubit paha Andri.

"Awww, ampun, maafkan, Mas ya," seraya melepaskan tangan Dinda dari pahanya. Lalu berkata, "Din, boleh Mas tanya sama Kamu?"

"Apa itu, Mas?" jawab Dinda penasaran.

Andri membenarkan duduknya dan berhadapan dengan Dinda seraya berkata: "Din, coba kau ceritakan tentang dirimu biar Mas tahu kepribadianmu,"

"Buat apa, Mas?"

"Uda, ceritakan saja," pinta Andri.

Dinda menjelaskan tentang dirinya yang notabene mirip dengan sepupunya yaitu almarhum istri Andri. Lalu dia mengatakan bahwa dia jelek, kampungan, tidak pandai berhias, gak modis, manja dan apa adanya. Dia juga bilang bahwa masih  single dan belum mau pacaran.

"Seperti itulah diriku,Mas, gak ada yang bisa dibanggakan dari diriku," kata Dinda.

"Jika Mas lihat, gak sesuai dengan yang kau bilang kecuali single dan manja," ucap Andri.

"Masa sih, Mas, tapi benar kok, Dinda gak bohong. O, iya, Mas, kopinya di minum nanti keburu dingin," kata Dinda mengalihkan pembicaraan.

Andri pun meminum kopi yang dihidangkan oleh Dinda. Andri sengaja menggoda dan berkata, "Em ..., pas banget rasanya. Manisnya semanis orangnya."

"Terima kasih, Mas. Mas Andri ternyata pandai menggoda ya, kayaknya sudah pakar dalam hal menggoda," ucap Dinda sambil tersenyum.

"Memangnya kamu pengen Mas goda, atau  memang kamu suka digoda."

"Ih, gak lah Mas. Mana ada yang mau menggoda Dinda yang jelek ini."

"Yakin, gak mau Mas rayu?" tanya Andri.

"Ya sudah lah Mas, jangan bicara yang aneh-aneh. Aku gak tahan kalau terus digoda, bisa pingsan, Mas."

"Masa sih ...," Andri berpikir dengan tangan diletakkan di dagu lalu melanjutkan obrolan untuk menggoda Dinda dengan kata yang agak mesum, " Boleh juga tuh kalau sampai pingsan. Nanti Mas buka seluruh pakaianmu, terus foto dan kirim ke media sosial."

Awalnya Dinda belum mencerna apa yang dikatakan oleh Andri, hanya mendengarkan dan mengangguk saja. Tetapi setelah menelaah omongan Andri, dia pun memukul Andri dengan bantal yang ada di sofa tersebut. Akhirnya mereka lari kejar-kejaran seperti anak kecil, namun tidak disangka Andri terpeleset dan terjatuh.

Posisi mereka yang terlalu dekat mengakibatkan Dinda tidak bisa mengontrol larinya sehingga ikut terjatuh menindih tubuh Andri. Salah satu lutut Dinda agak menekuk dan hampir mengenai perabotan kebanggaan Andri. Walaupun begitu sakit yang dirasakan Andri cukup menyiksa.

"Aww, aduh! Sakit sekali!" jerit Andri kesakitan sambil memegangi perabotannya, yang sebenarnya tidak terkena lutut Dinda. Dia hanya berpura-pura kesakitan agar Dinda panik dan peduli terhadapnya.

"Aduh, Mas, maafkan Dinda gak sengaja. Aku harus bagaimana, Mas?" Dinda kebingungan dan panik.

"Kamu harus tanggung jawab," kata Andri masih pura-pura meringis kesakitan.

"Tanggung jawab bagaimana, Mas?" ucap Dinda yang belum paham dengan apa yang dikatakan oleh Andri.

"Mengobati milikku yang sakit ini," kata Andri masih dalam modus kesakitan.

"Gimana caranya, Mas?" tanya Dinda.

"Diurut dan dikusuk sampai sembuh," jawab Andri senang karena jebakannya telah berhasil.

"What!  Apa gak ada cara lain, Mas?" pinta Dinda dan dijawab oleh Andri dengan menggelengkan kepalanya.

Dinda kebingungan dan ragu-ragu untuk menyetujuinya. Kalau tidak disetujuinya, dia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh mereka. Dengan berat hati, akhirnya Dinda menyetujuinya.

"Ya sudah, Mas ke kamar sana, biar aku ambil minyak urut dulu," pinta Dinda berjalan ke arah dapur.

Andri pun segera masuk ke kamar dan membuka seluruh pakaiannya lalu menutupi tubuhnya dengan selimut. Dia menunggu Dinda datang ke kamarnya dengan hati was-was, masih diliputi hawa nafsu mesum yang besar.

Apakah yang aku lakukan ini salah? Dan yang kulakukan ini atas dasar cinta atau hawa nafsu belaka? Aku merasa telah menyukai dia. Apakah dia mau melakukan apa yang aku pinta?  batin Andri  yang diliputi rasa bersalah.

Tak lama kemudian Dinda telah berada di depan pintu kamar Andri. Masih ada keraguannya untuk masuk ke kamar itu, tetapi rasa bersalah terhadap Andri itu membuatnya berani untuk menghadapinya. Dia mengetuk pintu kamar Andri dan langsung Andri memperbolehkan untuk masuk. Dengan tubuh bergetar dan keringat dingin, dia perlahan masuk ke dalam kamar.

Setelah menutup pintu, Dinda berjalan dengan wajah yang menunduk. Dia tidak berani menatap wajah Andri karena merasa malu. Alhasil karena tidak fokus berjalan, dia terpeleset terjatuh. Dengan replek yang cepat Andri menangkap tubuh Dinda, sehingga mereka jatuh bersamaan dengan posisi Andri di bawah Dinda.

Mereka saling menatap dan saling berpelukan erat bahkan bibir mereka saling mengecup. Andri senang merasakan tubuh Dinda yang bersentuhan dengan kulitnya. Sementara yang dirasakan oleh Dinda berbeda karena dia merasa jika Andri tidak memakai pakaian sama sekali.

Bersambung...

Terima kasih atas perhatiannya dengan membaca cerita ini. Jangan lupa budayakan vote dengan klik  bintang dan komentar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑰𝒔 𝑴𝒊𝒏𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang