Bagian 3

5 1 0
                                    

"Pergi yuk!" ajaknya sembari memasukkan alat tulis ke dalam tas canvas lalu berdiri. Aku menurut. Di pinggir jalan, tetiba sebuah sedan putih menepi. "Taksi online?" tanyaku. "Iya." jawabnya singkat sambil membuka pintu mobil. "Makasih, padahal Aku bisa buka pintunya sendiri." kataku kala pintu mobil terbuka. "Ih dasar nyebelin!" katanya agak judes.
.
Mobil melaju di jalan raya; Aku tak bertanya akan kemana, tetiba dia berkata, "Kamu jangan banyak tanya, ikut Aku aja." Sesuai permintaannya Aku hanya mengangguk, mengalah sekaligus terlihat lemah. Sang sopir membawa kami ke jalan yang entah apa namanya. Maklum, bukan kampung halaman. Yang jelas, jalanan terasa lenggang. Mungkin orang-orang sedang malas berkendara. Musik Fiersa Besari terputar di radio, memecah hening yang sedari tadi kami rawat. "Aku suka sama Fiersa." katanya tiba-tiba. "Apa hebatnya dia?" tanyaku penasaran. "Dia suka berkelana dan bikin karya." jawaban singkat, padat dan jelas. "Alhamdulillah." timpalku terdengar tak nyambung. "Eh kenapa?" tanyanya heran. "Aku sama kayak dia, suka berkelana dan bikin karya. Mungkin suatu hari nanti Kamu bakal suka sama Aku." Sontak suasana jadi canggung, terlebih pak sopir menatap dari balik spion, kami saling diam (lagi)
.
Mobil menepi di jalan yang rasanya tak asing. Bukan karena sering dilewati, hanya saja sering melihatnya di instagram. Begitulah peran media sosial, menampakkan dunia bagi yang minim modal. "Ini ongkosnya, Pak." katanya sambil memberikan uang tanpa kembalian. Kami keluar dari pintu yang berlawanan: dia dari kiri, Aku dari kanan. "Selanjutnya kemana?" tanyaku ketika tiba di depannya. "Udah, ikut aja." jawabnya singkat.
.
Kami berjalan beriringan, dia sibuk melihat sekitaran. Tetiba dia berhenti lalu mengeluarkan kamera. "Suka hunting foto?" tanyaku. "Suka, terus Aku post di instagram tanpa caption."
"Kenapa?"
"Biar mereka yang bercerita."
"Nanti biar Aku yang bercerita."
"Kan gak tukeran kontak."
"Semua kontakku off."
"Pantesan, kirain gak punya medsos."
"Ciee stalker."
"Ih bukan gitu."
Aku tertawa, dia memerah mukanya. (Bersambung)

-Bandung-
Matahari kian meninggi
Udara jadi hangat
Aku terus mendampingi
Kita makin dekat

Gegara Kota kembang
Aku jadi tumbang,
Hati berlabuh; cinta bertumbuh.

Namanya Alyssa BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang