Hope
•●◇★◇●•
"Ah ya ampun, menyebalkan sekali!" Anthera mengerang frustasi sembari menulis salinan kata 'Aku bersumpah tidak akan menyakiti keluarga inti kerajaan lagi' sebanyak 100 lembar. Ia masih saja mengeluh bahkan saat hukumannya sudah diringankan dengan menulis sampai 100 lembar saja. Harusnya Anthera bersyukur jika karena dia bukan penjaga bayangan milik Aelion, Revechel bisa saja menghukumnya lebih dari menulis salinan kata karena membuat Aelion pingsan berhari-hari.
Ruang pengap yang hanya berisikan 1 meja dan kursi serta kasur keras disediakan untuk para 'tahanan' yang sedang menjalani hukuman salinan kata seperti Anthera. Jangan salah, ruang ini memiliki anti sihir yang sangat kuat dan diawasi oleh penyihir kerajaan yang terkenal kejam, sehingga membuat Anthera ridak bisa menggunakan sihirnya untuk menulis instan.
Sudah 3 hari ia berada disana, dan setiap harinya ia mendengar celotehan tak berguna dan derap langkah kaki di depan pintunya. Tentang Aelion yang pingsan, dan penyakit yang tengah diderita Aelion. Anthera merasa waktu disekitarnya dan jantungnya berhenti berdetak saat itu juga, bahkan mengabaikan tintanya tumpah ruah di atas kertas yang sedang ia tulis sedari tadi saat mendengar salah satu pelayan menggumamkan sesuatu dengan pelan pada temannya.
"Ku dengar salah satu pangeran terkena sihir...umm....Lavør?" Ia mengecilkan suaranya saat menggumamkan kata yang seharusnya tak boleh disebutkan.
"B-benarkah? Pangeran yang mana?"
"Yang paling kecil."
"Pangeran Raqiel?"
"Kurasa bukan, dia hanya mengidap paranoid."
Suara lainnya ikut menyahut dengan nada prihatin. "Kalian tidak tahu? Ada rumor pangeran yang diasingkan di menara Barat. Aku sering melihat pelayan dan pengawal yang sering diam-diam membawa obat-obatan herbal ke menara itu."
"Pangeran lagi?"
"Iya..."
Suara-suara saling berbisik itu buyar seketika dan hening seperti ditelan bumi. Suara gesekkan dan derit sepatu pantofel (yang sepertinya milik beberapa pelayan tadi) berbunyi.
Tak lama kemudian, pintu tempat Anthera dikurung terbuka dengan lebar. Pintu itu seolah terbuka dengan sendirinya dengan sesosok pria (sepertinya) berjubah hitam di ambang pintu tanpa memegang apapun.
Ia mendekat dan membuka rantai yang mengikat kaki kecil Anthera yang masih mematung tak sadar apa yang terjadi didepannya.
"Eh?" Anthera melihat ke arah kakinya yang sudah tidak terpasang apapun. Ia memasang sikap siaga saat pria berjubah tersebut membuka tudung kepalanya.
"Ini aku, Arhael. Lord menyuruhmu pergi ke menara Antares sekarang juga bersamaku." Pria bertudung yang mengaku bernama Arhael itu menunjukkan wajahnya yang sangar. Anthera baru menyadari bahwa Arhael adalah penyihir kerajaan yang sering dikatakan kejam itu.
"Apa rumor itu benar?" Anthera mengikuti Arhael yang sudah lebih dulu berjalan keluar ruangan.
Arhael mendengus. "Rumor apa?"
"Lavør."
"Tadi malam Kael mengkonfirmasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Life: Reincarnation
FantasyPrince of White After Life project 1 •●◇★◇●• Ryan, anak paling terbully satu kampusnya akhirnya memilih untuk bunuh diri di depan pembulinya sekaligus teman pertamanya sendiri. Kematiannya membawanya menuju dunia antah berantah dan dilahirkan sebag...