Visha 2 || Rapuh

11 4 26
                                    

Hari ini, teman Visha saat Visha masih hidup ulang tahun. Ingin rasanya Visha mengucapkan selamat ulang tahun kepada temannya itu.

"Selamat ulang tahun Liana, semoga apa yang lo inginkan dapat terwujud. Dulu lo pernah cerita sama gue kalo lo pengin foto bareng masinis tamvan. Semoga dapat terwujud ya Li. " Setelah itu suara Visha lenyap dan terbang bersama angin.

Liana adalah teman mengaji dan teman bermain Visha yang artinya, Liana juga teman Syandan.

"Kenapa gue matinya gak setelah gue ulang tahun aja ya? Gue kan pengin diucapin selamat ulang tahun juga sama temen-temen. Apalagi sama Syandan. " gumam Visha.

Ia berdiri di atas para tamu undangan dan meja party di acara ulang tahunnya Liana. Matanya menelusuri setiap sudut dan kerumunan orang mencari pujaan hatinya.

"Happy birthday Liana! Semoga apa yang lo inginkan tercapai ya, nih! Gue bawain lo kado. Sorry gue terlambat tadi macet dijalan, " orang itu memeluk erat tubuh Liana.

Jleb!

Visha tersenyum, apapun keadaannya, apapun yang ia rasakan, ia harus tersenyum. Bukankah itu sudah menjadi resikonya?

"Bahkan rasa ini masih sama walaupun aku udah mati, Syan. " Visha tersenyum kecut.

Visha bahagia melihat Syandan bahagia walaupun bukan dengannya? Baiklah terdengar munafik. Ya jelas sakit laah! Hantu juga punya perasaan. Apalagi Visha adalah sejenis hantu yang masih terikat dengan dunia. Sebab Visha masih ada urusan yang belum ia selesaikan di dunia.

"Syandan, baik-baik ya. Jangan kemalaman pulangnya, aku masih ada urusan. " pamit Visha.

Visha terbang tak tentu arah mencari seorang hantu yang selama ini menemani dirinya.

"Gue disini woy! " teriak seorang hantu yang sedang duduk santai di tepi jalan.

"Ck! Nyusahin! " kesal Visha.

"Yakin nih, gue yang nyusahin? " tantang hantu itu.

Visha cengengesan, "Oke-oke. Gimana Rai? Dia beneran bisa lihat hantu? "

"Biar gue prediksi. Dia bisa lihat kita tapi dia males berurusan sama kita karena menurut dia, kita itu ribet. " jelas Rai.

"Ck! Ya iyalah ribet. Maka dari itu kita nyari orang yang bisa lihat kita agar kita bisa minta bantuan. "

"Lo ngapa ngomelnya ke gue? " Visha hanya menunjukan deretan giginya.

"Gimana pestanya Liana? " Visha menekuk lutut kakinya dan ikut duduk disamping Rai.

"Pestanya lancar, ada Syandan juga. " ucap Visha dengan tatapan kosong.

Rai membuang nafasnya. Lagi-lagi sahabatnya ini harus dihadang rasa yang memilukan. Sungguh Rai gemas lama-lama melihat Visha harus menahan perih setiap harinya.

"Sha, coba deh lo lihat. Banyak tuh hantu cogan yang masih singgle dan jomblo. Lo ngapa harus milih Syandan sebagai pujaan hati lo? " berulang kali Rai mengatakan hal ini. Namun jawabannya sama.

"Kalo gue bisa pindah-pindahin hati, gue juga gak akan pernah ingin mencintai Syandan. Apalagi sampai kebawa mati gini." Visha menarik nafasnya.

"Gue capek Rai, gue juga capek ngerasain semua ini. Kalopun lo ada di posisi gue, lo juga bingung. Mau lupain dia, sulit banget. Mau terus berjuang buat dia? Gue udah jadi hantu Rai, gue udah gak punya harapan lagi selain masuk neraka. " Tangis Visha pecah.

"Gue- hiks.. juga capek Rai." Rai memeluk Visha berusaha menenangkannya. Selalu seperti ini saat Rai menanyakan hal yang sama.

'Gue kasihan sama lo Sha. Tuhan, apakah tak ada cara lain? Setidaknya untuk terakhir sebelum dia benar-benar pergi ke alam berikutnya.'

*****

"Mau kemana lo pagi-pagi?"

"Mulung,"

"Dih ngomongnya, kayak bisa megang benda aja. " remeh Visha.

Sudah menjadi kebiasaan mereka berdua, setiap hari pasti ada saja yang diributkan. Namun, lebih baik begini menurut Rai daripada ia harus melihat Visha terus menangisi seseorang. Ya, seseorang yang bahkan takkan pernah tau bahwa ada seseorang yang sekarang sudah menjadi hantu, yang masih tetap mencintainya.

"Oh ya! Rai! Jangan lupa buntutin cewek itu lagi yaa! "

"Gak usah teriak, gue gak tuli, " kesal Rai.

"Hehe, sorry deh, " Ray hanya berdehem.

Misi Rai dan Visha kali ini adalah mencari informasi tentang teman Syandan yang duduk di bangku pojok kelasnya. Mereka mengira bahwa cewek itu dapat melihat mereka dan barangkali dia mau dimintai tolong oleh mereka.

"Kalo gitu, sukses ya Rai! Gue mau ketemu calon imam! " teriak Visha dan menghilang.

"Calon imam mbahmu! Setan minus akhlak! " gumam Rai yang sedari tadi sibuk merapihkan rambutnya.

Sedangkan Visha sudah memulai aktivitasnya membuntuti Syandan. Untung Syandan gak liat, iya kan Syandan.

"Selamat pagi calon imamnya Visha! Semangat untuk hari ini ya! Jangan nakal, jangan genit ke cewek! Visha tau kok Syandan bukan tipe cowok playboy kayak Vanc. Mentang-mentang banyak Fans dia, " Visha terus berbicara pada Syandan. Walaupun dia tahu, semua yang ia ucapkan tak akan dibalas sama sekali oleh Syandan.

Dari semasa hidupnya, Visha merupakan gadis periang. Tak pernah sekalipun ia menunjukkan kesedihan dan kepedihannya di luar rumah. Perjuangannya memikat hati Syandan yang sama sekali tak Syandan hiraukan.

Luka dari orang tua yang selalu mereka suguhkan pada Visha. Visha tetap tegar menghadapinya. Sesekali Visha mengeluh, tapi setelahnya dia bangkit lagi dan lagi.

"Ya Tuhan, maaf Visha mengeluh. Tapi Visha janji, setelah ini Visha akan berjuang lagi, akan lari lagi. " Itulah kata yang setiap kali Visha ucapkan ketika mengeluh.

Tuhan, Visha sungguh gadis yang rapuh. Namun ia tak pernah menampakkan kerapuhannya di depan semua orang. Alasan dia tak pernah menampakkan kesedihannya yaitu, "Gue gak pengin kalian semua juga merasakan apa yang gue rasakan. Cukup gue aja yang rasain dan kalian adalah pencipta kebahagiaan gue. "

*****

Gimana? Next gak nih?

See you:*

Visha StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang