Haechan dan Mark kini tengah bersiap menuju Panti Asuhan yang pernah mereka kunjungi di awal pernikahan mereka. Tak ada alasan khusus, hanya ingin menengok mereka setelah berbulan-bulan hanya bisa mengirim uang tanpa berinteraksi dengan mereka.
Maka dengan beberapa bingkisan yang Haechan buat tadi malam, mereka berdua kini telah siap untuk pergi. Mark menggenggam tangan Haechan dan menatap istrinya itu lembut, "Nanti disana tidak boleh sampai kelelahan ya. Jangan menggendong anak diatas 3 tahun, jangan ikut main bola, jangan--"
Cup
Mark terdiam dan menatap Haechan yang baru saja mengecup pipinya. Haechan tersenyum manis lalu menganggukkan kepalanya.
"Iyaa Papa, jangan khawatir ya?"
Senyum tipis Mark tersungging lalu ia memeluk Haechan erat, "Kau terlalu berharga untuk tidak dikhawatirkan."
Haechan terkekeh pelan, "Hmm iyakah?"
"Tentu saja sayang. Jangan ragukan itu."
"Oke~ lalu sampai kapan hyung akan memelukku seperti ini? Kita bisa terlambat dan membuat mereka menunggu."
Mark tertawa lalu semakin mengeratkan pelukannya dan juga mulai menggerakkan tubuhnya pelan, seolah berdansa dengan sang istri.
"Sebentar dulu. Aku sedang mengisi ulang energiku."
Haechan kembali terkekeh dan membalas pelukan Mark sama eratnya.
"Baiklah, aku akan biarkan calon Papa ini mengisi ulang energi hingga ia puas. Senang?"
Mark mencium dalam-dalam pundak Haechan dan tak lupa menghirup kuat aroma tubuh Haechan.
"Sangat senang, terimakasih sayang."
Haechan hanya berguman pelan sebagai balasan dan memilih menikmati waktunya dengan Mark. Haechan akan menghargai setiap detik yang ia lewati dengan Mark. Agar tak ada penyesalan di akhir nanti seandainya ia akan meninggalkan dunia ini.
.
.
.
Riuh teriakan gembira anak-anak panti membuat senyum di bibir Haechan enggan beranjak. Ia duduk disisi lain halaman panti yang baru saja di bersihkan bersama beberapa anak yang berumur dibawah 10 tahun.
Mereka duduk disekeliling Haechan dengan alat gambar yang mereka punya. Haechan tersenyum lalu membelai lembut rambut salah satu anak yang ada di dekatnya. Mereka bertukar pandang lalu saling melempar senyum.
Haechan mengalihkan pandangannya menuju halaman panti yang luas dan tertawa pelan saat melihat Mark yang dengan semangat bermain bola dengan anak-anak panti yang lain.
Haechan kembali menoleh saat bajunya ditarik pelan oleh anak yang duduk di dekatnya, "Kenapa sayang?"
"Ini~"
Haechan tersenyum saat anak itu mengulurkan buku gambarnya pada Haechan. Haechan mengatakan terimakasih dan melihat gambar anak itu. Dahinya mengernyit saat melihat ada yang aneh disana.
"Junnie, boleh paman bertanya?"
"Eum!!"
Haechan tersenyum lalu mengusak gemas rambut anak itu. Haechan memperlihatkan kembali gambar yang tadi anak itu berikan padanya lalu menunjuk pada kertas itu.
"Siapa saja mereka?"
Mata anak itu berbinar penuh semangat, "Ini Paman Superman, ini Paman cantik terus ini Bibi baik!!"
Haechan kembali tersenyum, "Wahhh~ Junnie pintar sekali menggambarnya~"
Anak itu tersipu malu lalu tersenyum lucu, "Terimakasih Paman cantik~"
Haechan tertawa pelan, "Sama-sama sayang. Tapi, Paman boleh bertanya lagi?"
"Eum! Boleh!"
Haechan menunjuk pada gambar seorang wanita dengan gaun pendek berwarna biru yang di gambar anak itu.
"Kenapa Bibi baik ada disebelah Paman?"
"Untuk melindungi adik bayi!"
"Apa Bibi baik selalu ada di situ?"
"Iyaa! Junnie berkenalan saat pertamakali Paman cantik datang."
Haechan terdiam sejenak sebelum kembali bertanya, "Apa Bibi baik sekarang ada bersama kita?"
Anak itu mengangguk semangat, "Ada! Sedang tersenyum pada Paman cantik!"
.
.
.
Haechan hanya terdiam dan sesekali tersenyum saat anak-anak di panti menyapanya. Ia dan Mark akan pulang setelah berpamitan dengan para anak-anak.
Mark menggenggam tangan Haechan lembut. Ia tau jika istrinya ini tengah memikirkan satu hal, Mark akan bertanya nanti saat mereka dirumah.
Setelah berpamitan, Mark dan Haechan melangkahkan kaki mereka menuju mobil yang terparkir di halaman panti.
"Sayang?"
"Ya hyung?"
Mark tersenyum lalu membawa tangan Haechan yang ia genggam untuk ia kecup lembut dan mata yang tepat memandang mata bulat Haechan.
"I love you."
Haechan tak bisa menahan senyumnya. Ia segera memeluk lengan Mark dan bersandar disana. Mereka berjalan pelan lalu berhenti saat ada yang memanggil nama mereka.
Haechan menoleh dan terkejut saat anak yang tadi berbicara dengannya berlari ke arah mereka.
"Junnie jangan berlari!"
"Eungg hah! Huft~ untung belum terlambat!"
Mark meraih anak itu dalam gendongannya, "Ada apa?"
"Mau menyampaikan pesan Bibi baik pada Paman cantik!"
Haechan mengernyit bingung, "Pesan?"
"Huum! Kata Bibi baik jangan takut! Bibi baik akan melindungi kita semuaaa~"
"Bibi Joohyun?"
"Loh Paman Superman tau nama Bibi baik?! Wahhh keren!"
Anak itu bertepuk tangan gembira sementara Mark terlihat berpikir keras. Haechan menyentuh lengan Mark dengan raut penuh tanya. Mark tersenyum tipis, "Nanti kuceritakan."
Mark kembali menatap anak di gendongannya, "Junnie?"
"Ya Paman?"
"Ingin ikut pulang bersama kami?"
Haechan menatap suaminya penuh tanya. Apa yang tengah direncanakan suaminya itu sekarang?
*******
Duh dedek Junnie~Gimana menurut kalian chapter ini? Makin gak jelas atau makin jelas?😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Aku Menutup Mata [MarkHyuck]
ContoJudul lain: "Takdirku" Kau adalah bulan dan bumiku disaat aku menjadi langit dan mataharimu. Maka biarlah untain takdir menuntun kita pada benang merah kehidupan cinta abadi. MarkHyuck [Mark X Donghyuck/Haechan] BxB AU Inspirasi: Drama Korea "Bride...