Waktu menunjukkan dini hari, di waktu seperti ini biasanya semua orang tengah tertidur lelap, bergelut dengan alam mimpinya masing-masing, namun tidak untuk para pejuang kemerdekaan.
Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Sayuti Melik, Laksamana Maeda, dan Miyoshi---Angkatan laut Jepang--- lain dipersilahkan masuk ke ruang makan oleh Laksamana Maeda dan istrinya. Dan di sanalah mereka duduk dan berniat langsung memulai perumusan, namun tiba-tiba Miyoshi pamit pergi. Bukan tanpa sebab ia mengundurkan diri, ia sudah tahu jika para tokoh Indonesia akan berunding untuk membuat naskah proklamasi, jadi ia lebih baik tidak ikut campur agar Indonesia dapat merdeka tanpa campur tangan bangsa lain sedikit pun.
Semuanya duduk berbarengan dan Soekarno bersuara pertama, "apakah ada pena dan kertas?" tanya Soekarno pada Laksamana Maeda dan istrinya.
"Tidak, Bung," jawab semuanya berbarengan.
Padahal mereka semua sudah berencana untuk merumuskan naskah proklamasi, mereka sudah mempersiapkan semuanya demi menghasilkan naskah tersebut. Mulai dari para tokoh perumus, tempat perumusan dan mesin tik untuk mengetik naskah tapi malah melewatkan dua benda penting tersebut, dan jadilah mereka memerlukan benda tersebut secara tiba-tiba agar naskah dapat mulai ditulis dan diketik.
"Biar saya carikan," jawab istri Laksamana kemudian pergi mencari benda yang sangat diperlukan tersebut.
Setelah beberapa lama, kembali lah lagi istri Laksamana Maeda dengan beberapa lipatan kertas dan pena ditangannya.
"Silahkan," kata istri Laksamana sambil menyodorkan kertas dan penanya.
Hatta menanggapinya, "terima kasih banyak," balas Hatta.
Istri Laksamana Maeda tersenyum lalu menatap seluruh orang yang berada di ruang makannya.
"Akan saya buatkan makanan, ditunggu, ya..." ujarnya dengan ramah.
"Tidak perlu repot," balas Hatta.
"Ah, tidak apa ... esok 'kan bulan puasa. Saya akan memasakkan makanan sahur," balasnya kemudian pamit undur diri setelah melempar senyum manisnya pada sang suami.
Setelah istri Laksamana pergi, barulah mereka mulai perumusan tersebut.
"Saudara sekalian, salah satu yang kita perlukan untuk memproklamasikan kemerdekaan adalah naskah proklamasi. Kita hanya perlu membuat naskah ringkas tentang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia," tutur Hatta dan tak lama Laksamana Maeda bangkit dari duduknya lalu undur diri ke lantai dua rumahnya.
Alasan mengapa Laksamana Maeda ikut undur diri, sama dengan alasan Miyoshi, untuk memberikan kebebasan pada tokoh Indonesia untuk merumuskan sendiri naskah proklamasi tanpa campur tangan pihak lain.
Semuanya memandang kepergian Laksamana Maeda setelah ia pamitan. Setelah Laksamana Maeda menghilang dari pandangan, barulah mereka kembali fokus pada perumusan naskah proklamasi.
"Masih ingatkah saudara teks dari bab Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar kita?" tanya Soekarno kepada Ahmad Subardjo.
Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar yang Soekarno maksud adalah Piagam Jakarta yang telah dibuat 22 Juni lalu.Maksudnya menanyakan hal tersebut agar tidak memakan banyak waktu untuk perumusan ini sedangkan besok pagi kemerdekaan akan diproklamasikan. Mengingat naskah proklamasi pernah dibuat sebelumnya, maka itu lebih baik menggunakan kembali apa yang ada.
"Ya, saya ingat, tetapi tidak lengkap seluruhnya," jawab Ahmad Subardjo.
"Tidak mengapa, kita hanya memerlukan kalimat-kalimat yang menyangkut Proklamasi dan bukannya seluruh teksnya," kata Soekarno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Cerita Kita [KELAR ✓]
Historical FictionSudah ada yang punya? Terobos wae, apa mundur, ya? Wes, nekat dikitlah. . . . Ipen Laknat Peso 2020 Tema : Yang Terlewatkan Genre : History fiction - Romance Latar peristiwa : Proklamasi 1945