putus

2.8K 320 10
                                    

Haechan bangun kala ia mendengar barang jatuh. Ia menoleh kearah kanan dan kiri. Lalu menghela napasnya. Ia mengambil ponselnya yang ternyata mati. Ia semalam tidur diruang tengah, lebih tepatnya ketiduran disana.

Ia berjalan menuju kamarnya guna membersihkan tubuhnya. Selesai bersih-bersih ia langsung menuju dapur untuk membuat sarapan. Selesai membuat sarapan ia berjalan menuju kamarnya hendak mengambil ponsel yang ia cas, walaupun baru sebentar setidaknya bisa hidup dan ia bisa tahu ada pesan dari Lami tentang Jisung atau tidak.

Namun langkahnya terhenti kala mendengar bel rumah.

"Jisung"

Jisung langsung memeluk tubuhnya membuat Haechan langsung membalas pelukan itu.

"masuk dulu yuk,enggak enak kalau ada orang yang lihat" bisik Haechan kala Jisung tak juga melepaskan pelukannya.

"biarin gini dulu Chan" Haechan mengangguk. Ia mengelus punggung Jisung.

Beberapa menit setelahnya, baru Jisung melepaskan pelukannya pada Haechan. Haechan menarik tangan Jisung masuk kedalam rumah.

"kamu kemana aja kemaren. Aku hubungin enggak ada kamu angkat"

"nenangin diri. Maaf, aku sengaja nyuruh Lami buat enggak kasi tahu kamu kalau aku udah pulang" ucap Jisung.

"kamu tahu enggak sih aku khawatir sama kamu setelah dengar dari Lami kamu belum ada kerumah padahal waktu itu kamu ditelfonin mama kamu kan. Aku nunggu kabar kamu dari Lami, dan ternyata kamu ngelarang Lami ngasih tahu" nada bicara Haechan mulai meninggi. Ia menatap tajam Jisung. Yang kini tak menatapnya.

"Chan" Jisung menghadap kearah Haechan. Mencium kening Haechan beberapa saat.

"aku minta maaf, aku enggak bermaksud buat kamu khawatir. Maaf kalau kamu tahu dari adek aku bukan dari aku sendiri tentang aku yang disuruh sama nenek buat kuliah diluar negri. Tapi aku udah ngambil keputusan buat itu" Jisung menjeda ucapannya. Jantung Haechan berpacu dua kali lebih cepat. Segala hal buruk mulai berdatangan.

"ini memang egois, tapi aku enggak mau kalau kamu sampai kenak imbas terus. Aku mutusin buat kuliah diluar negri dan hubungan kita sampai disini"

Air mata Haechan jatuh membasahi pipi tembam itu. Jisung memejamkan matanya kala melihat Haechan yang menangis dan itu karna dirinya. Ia membawa Haechan kepelukannya.

"maaf" gumamnya.

Haechan mendorong Jisung untuk melepaskan pelukannya.

"tinggalin aku sendiri" ucapnya sambil memalingkan wajahnya.

"Jisung kamu dengarkan, TINGGALIN AKU SENDIRI"

Jisung menghela napasnya, lalu beranjak dari duduknya."aku pulang"

Haechan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, isakan mulai terdengar jelas. Dan itu dapat didengar oleh Jisung dengan jelas karna ia belum pergi dari sana.

Ia pun berjalan menuju mobilnya. Menahan diri untuk tidak kembali masuk kedalam rumah Haechan, memeluk Haechan.

Ia masuk kedalam mobil, meluapkan emosinya disana.

"kak, gimana kak Haechan?"

"ya menurut lo aja dek. Enggak tahu besok kakak bakalan diterima lagi apa enggak"

"ya lo juga sih kak, main iyain kata mama sama papa"

"bukannya ngasih semangat, lo malah nyalahin gue. Kemaren juga lo bilang iyain aja kata mama sama papa. Nyesel gue percaya"

"segitunya lo enggak mau kak Haechan nangis kak?"

"ya. Bukan cuma Haechan, lo juga. Gue benci lihat orang yang gue sayang nangis, tapi sekarang gara-gara rencana kalian Haechan nangis dan itu karna gue"

"sabar,sabar. Besok kak,besok"

***

Ada apa nih?

Bye bye

Jihyuck/problem destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang