20

627 94 2
                                    

Paginya, Jennie merasakan migrain. Akibat dari serangan insomnianya semalam, menjadi satu-satunya penyebab kantung mata menghitam. Padahal, ia masih ada jadwal kegiatan sekolah yang sama sekali tidak boleh dilupakan. Salah satunya, senam. Salah satu kegiatan yang dibencinya karena melibatkan banyak orang, juga kebisingan dari sorak sorai yang mengiringi kegiatan itu. Terlihat seru bagi mayoritas orang, tapi mengganggu untuk Jennie.

"Ayolah, Jennie. Kau bisa baris di bagian belakang, pasti Kang Ssaem tidak akan mempermasalahkannya." bujuk Jisoo pada Jennie yang masih memeluk lututnya di dalam tenda, sama sekali tak berminat keluar.

Lalisa menatapnya prihatin, kemudian menggeleng ke arah Rose dan Jisoo yang masih berusaha meyakinkan temannya yang satu itu. Jisoo menghela napas pasrah, kemudian mengusap bahu Jennie. "Baiklah kalau kau tak mau, akan aku izinkan ke–"

"Aku..., akan coba. Boleh?" sela Jennie setelah memikirkan ke depannya.

Jisoo terkesiap sebelum tersenyum menenangkan. "Boleh-boleh saja, tapi kalau kau tidak siap, tidak perlu dipaksakan. Aku akan coba bicara pada Kang Ssaem." ucap gadis itu, layaknya seorang ibu.

Jennie menengadah, sebelum suara peluit tanda kegiatan akan segera dilaksanakan terdengar. Perlahan namun pasti, ia menggeleng ketika asumsi-asumsi mulai muncul berkeliaran dalam ruang pikirannya yang sempit dan sesak. Mengangguk meyakinkan diri, kemudian disambut uluran tangan penuh wibawa dari Jisoo.

"Aku akan mencoba menjagamu, tenanglah."

Untuk kali ini, Jennie ingin coba percayakan dirinya pada Jisoo. Semoga saja gadis cantik itu tidak membual, meski dirasa sangat tidak mungkin. Keluar dari tenda dengan dituntun Jisoo, Jennie disambut sinar matahari yang menyengat kulit dan menyilaukan mata. Gadis itu spontan menyipit, membuat mata kucingnya terlihat semakin tajam.

"JENNIE! JISOO! Kenapa kalian masih ada disitu?! Cepat masuk barisan!" seru Guru Kang dengan bantuan alat pengeras suara.

Jennie tersentak saat mendengar seruan yang langsung tertuju padanya itu. Gadis itu mundur tiga langkah ke belekang, menutup telinganya setelah memutus pegangan tangannya dari Jisoo terlebih dulu. Terus melangkah mundur, sementara Guru Kang masih terus membentaknya dengan volume kencang.

Teriakan-teriakan itu berhasil merenggut hampir seluruh kadar kesadaran Jennie, sementara tangannya mulai menjambaki setiap helaian rambutnya dalam jumlah banyak. Jantungnya mulai berdebar tak karuan menyalahi aturan, dengan migrainnya yang semakin parah menyerang. Pandangannya mulai berkabut, dan ia yakin sebentar lagi akan merepotkan orang lain.

***

"Eungh...," lenguhan itu menjadi satu-satunya penyebab seluruh pasang mata berpusat.

"Jennie?" panggil Guru Im, hendak memastikan bahwa anak muridnya sudah benar-benar siuman.

Jennie mengerjap, memfokuskan pandangan yang masih berkunang, dan terkesiap saat mendapati ia dikelilingi oleh lima orang. Berdesakan dalam tenda yang ia kenali bukan tendanya sendiri, mungkin tenda khusus para guru, entahlah. Ia tidak fokus, dan degupan tak beraturan dari pusat kelangsungan kehidupannya kembali membuncah seakan ingin melompat.

Guru Im yang peka langsung mencoba mengusap peluh yang mulai mengaliri kening anak muridnya itu. "Hei, tenanglah Nona Jennie. Kau aman disini, tidak ada yang akan berteriak lagi padamu. Sekarang coba katakan, apa yang sedang kau rasakan?"

Jennie berjengit ketika tangan lembut Guru Im menyentuhnya untuk pertama kali, sebelum kemudian berusaha menenangkan diri. Mencoba percaya kalau Guru Im tidak akan menyakitinya, atau menorehkan luka pada tubuhnya.

"T-tidak ada, Ssaem." ucap Jennie, dusta. Karena sebenarnya, migrain yang melanda kepalanya belum juga mau pergi.

Guru Im mengangguk memaklumi, percaya saja. Kemudian menawarkan Jennie sesuatu yang dianggap bisa meredakan sakitnya. Gadis itu menolak, karena sebenarnya dia itu bukan sakit fisik, melainkan mental. Pernah mendengar sesuatu tentang Anxiety Disorder? Gangguan kecemasan, salah satu penyakit mental.

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang