kesempatan

376 57 0
                                    

Kim Mingyu

Begitu sampai di kampus, pikiranku langsung tertuju pada Chaera. Meskipun hanya sebuah bunga tidur, hatiku masih tetap merasa khawatir padanya.

Begitu melihat sosoknya, aku langsung menghampirinya dan memeluknya erat.

Dia yang baru saja turun dari sepedanya cukup terkejut.

"Ya! Kau gila?! Sudah ku bilang kan, aku tidak mau jadi-"

"Syukurlah kau baik-baik saja. Aku khawatir" sanggahku

"Kau kerasukan jin gila ya?"

Aku melepaskan pelukanku dan menakupkan kedua pipi chubbynya.

"Mulai hari ini, aku akan menjagamu lebih ketat. Jika perlu 24 jam sehari." Tuturku 

Chaera menghempaskan tanganku karena merasa risih.

"Kau benar-benar sudah gila ya? Aku tak perlu penjagaanmu. Memangnya aku anak kecil huh?"

Tak lama setelah itu Wonwoo datang. Laki-laki itu memang mengikutiku sejak tadi.

"Dia bermimpi buruk tentangmu, maka dari itu ia mulai gila seperti ini" jelas Wonwoo

"Mimpi buruk bagaimana?" Tanya Chaera

"Aku bermimpi kau terkena karma atas apa yang aku lakukan. Aku mimpi kau mati dalam pelukanku, Chae" jelasku

Namun reaksinya benar-benar diluar dugaan. Ia tertawa sangat keras bahkan sampai memeluk perutnya yang mungkin kesakitan karena tertawa terbahak-bahak.

"Ya! Aku serius!"

"Hahaha lalu kau benar-benar percaya begitu? Lagipula kenapa aku yang kena karma atas perbuatanmu? Harusnya kan kau yang kena karma, bodoh!" Jelasnya sembari menahan tawa

"Ya karena Tuhan tau aku sudah menganggapmu sebagai adikku. Kau beharga bagiku, Chae." Jelasku penuh penekanan.

Barulah setelah itu Chaera menghentikan tawanya dan menatapku intens. Aku rasa ia tersentuh dengan apa yang aku ucapkan.

"Terimakasih sudah menganggapku sebagai adikmu. Tapi aku tetap tidak mau menerima karmamu, oppa" ucapnya dengan nada mengejek.

"Aishh! Dasar!"

Chaera tertawa sampai matanya menghilang.

Aku baru menyadari sesuatu. Hatiku menghangat melihat senyumannya. Ini bukan karena aku melihatnya sebagai seorang wanita yang ku sukai, tapi seperti melihat kebahagiaan seorang anak perempuan yang sangat aku sayangi.

"Teruslah tersenyum, Chaera" gumamku sembari mengusap puncak kepalanya.

"Ekhem! Permisi, apa sudah selesai? Kita harus kembali ke kelas" ucap Wonwoo menengahi dan merusak suasana yang berusaha ku ciptakan.

"Aish! Kau juga! Bila cemburu bilang saja, tidak perlu beralasan!" Kesalku

Hal tersebut membuat Chaera dan Wonwoo langsung mengalihkan pandangannya.

Terkadang gemas juga dengan mereka yang jelas-jelas memiliki perasaan satu sama lain tapi berusaha saling menyakiti. Cinta memang rumit.

"Ya sudah, kau dan Chaera ke kelas saja duluan. Aku harus menemui Hasa" balasku pada Wonwoo.

"Aku ikut!" balas mereka bersamaan.

"Cih! Ini urusan pribadi, tidak boleh diganggu. Sudah sana pergi" usirku

"Oppaa~" rengek Chaera

"Sepertinya aku mulai menyesal menganggapmu sebagai adik. Kau tidak cocok sama sekali. Lagipula adikku harusnya sangat penurut. Ketika kakaknya bilang ke kelas, itu artinya kau harus pergi ke kelas. Mengerti?"

Chaera menatapku kesal kemudian ia pergi mendahului Wonwoo yang masih menatapku dalam diam.

"Apa?!"

"Mck! Kau membuatku semakin canggung dengannya bodoh!" Sungutnya sebelum ikut pergi, lebih tepatnya berjalan di belakang Chaera.

"Orang bodoh ini yang akan membuat kalian bersama" gumamku.

Setelah berhasil mengusir kedua orang tersebut, ku langkahkan kakiku untuk mencari Hasa di gedung sebelah. Karena Hasa mengambil jurusan farmasi, sementara aku dan kedua bocah iu mengambil jurusan management bisnis.

Dapat aku lihat beberapa mahasiswa farmasi mulai membicarakan kehadiranku di gedung fakultasnya. Belum lagi, aku yang telah lancang menduakan mahasiswa kebanggaan mereka.

Sesaat setelah itu, mataku berhasil menangkap sosok Hasa yang tengah kesulitan membawa buku-bukunya.

Aku mendekatinya dan menawarkan bantuan.

"Biar ku bantu"

Tapi begitu melihatku, ia langsung menolaknya mentah-mentah.

"Hasa-ya, bisakah kau berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya?" Tanyaku

"Untuk apa? Bukankah semuanya sudah jelas? Kita juga sudah berakhir" jelasnya

"Aku hanya tak ingin kau salah paham terhadapku. Aku terima keputusanmu untuk mengakhiri hubungan kita, tapi aku mohon padamu untuk memberiku kesempatan untuk menjelaskan semuanya." Jelasku

"Aku tak mau. Lagipula aku tak ingin membuang-buang waktuku lagi"

Ia hendak melaluiku, tapi aku berhasil menahan tangannya.

"Aku mohon. Satu kali ini saja. Setelah itu aku tak akan mengganggumu lagi." Mohonku

Hasa terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk dan memberikanku kesempatan untuk menjelaskan semuanya.

Aku mengajaknya untuk berbicara di taman fakultasnya. Aku menghela napasku pelan sebelum aku menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi. Aku tak menambah maupun menguranginya, semuanya benar-benar ku jelaskan dengan jujur. Aku hanya bisa berharap kejujuranku dapat membuka hati dan pikirannya.

"Baiklah, aku paham sekarang. Tapi aku harap kau mengerti bahwa penjelasanmu tadi tidak akan mengubah apapun diantara kita. Tapi setidaknya, kita bisa kembali berteman." Jelasnya

Aku menghela napas. Sepertinya aku terlalu berharap ia akan kembali padaku begitu aku menjelaskan semuanya.

Aku tersenyum ke arahnya kemudian menganggukan kepalaku.

"Terimakasih sudah mau mendengarkan penjelasanku. Aku pergi dulu. Semoga harimu menyenangkan" ucapku sebelum memutar tubuhku dan berjalan menjauhinya.

"Mingyu!"

Aku kembali menoleh ke arahnya ketika ia memanggil namaku.

"Jangan lupa makan. Kau terlihat lebih kurus. Semoga harimu menyenangkan juga" tuturnya dengan malu-malu.

"Ah... iya" balasku canggung.

Hasa tersenyum manis kearahku sebelum berpamitan untuk pergi ke kelasnya.

Hasa memang wanita yang baik. Aku memang bodoh sudah menyakiti hatinya.

Jika saja aku bisa memutar waktu, aku berharap Hasa tidak bertemu denganku agar aku bisa melihatnya bahagia terus menerus. Cukup aku saja yang menyakitinya.



To be continue~

Doublenya hari ini deh hehe ^^

Jangan lupa vote dan comment ya^^

Trapped [JWW/KMG] (ONHOLD) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang