Hilang

11 0 0
                                    

Aku berpikir setelah aku SMA, kehidupanku akan berubah kearah yang lebih baik dan masa-masa "menyenangkan" selama SMA seharusnya menjadi titik balik dari keseharian ku dimana aku yang biasanya menyendiri mulai mencoba bersosialisasi, namun, tentu saja semuanya tidak pernah seperti yang siapapun inginkan.

Ini tahun kedua ku di SMA, aku sudah mengetahui nama beberapa orang namun aku tidak pernah berteman sama sekali dengan mereka. Aku memang pendiam, dari saat aku SD dan SMP teman ku juga hanya segelintir dan saat masuk SMA, aku berpisah dengan temanku yang hanya segelintir itu. Oleh karena itu aku ingin membuat tahun kedua dan ketiga ku menjadi masa-masa terbaik di SMA dengan berteman baik dengan banyak orang.

Namaku Kira Reenai, aku sendiri memanggil diriku Kira, orang lain? mereka tidak akan pernah memanggil ku. Entah mengapa seberapa banyak orang di SMA atau dimanapun, kehadiran ku tidak pernah dianggap dan itu membuat ku berpikir, apa yang akan mereka semua rasakan kalau aku tiba-tiba menghilang dari sekolah ini. Apakah teman ku akan me-... Oh maaf aku tidak punya teman, lupakan pemikiran itu.

Saat ini pukul 06.45 pagi dan bel kelas pertama berbunyi nyaring. Aku masuk ke kelas dan duduk di tempat dimana semua orang tidak bisa melihat ku, pojok belakang, jika kalian berpikir ini adalah keinginan ku maka kalian salah, teman-tem-. maksud ku orang-orang dikelas telah memilih duduk didekat orang yang mereka kenal dan menyisakan satu-satunya bangku kosong yaitu bangku yang aku tempati. tak lama kemudian guruku bernama Bu Elisa masuk kelas dan memulai pelajarannya yaitu pelajaran Bahasa Indonesia, saat ditengah penjelasannya dia memberikan pertanyaan kepada murid:

"Anak-anak, siapa yang bisa memberi tahu Ibu apa majas perbandigan yang menyatakan benda mati sebagai sesuatu yang hidup?" tanya Bu Elisa.

Ini pertanyaan mudah sekali, aku yakin bisa menjawabnya, tapi aku belum pernah menjawab pertanyaan guru satupun selama aku berada di kelas ini tapi aku berpikir mungkin saja jika aku terlihat cukup menonjol dikelas maka aku akan segera mendapatkan teman, dan pada akhirnya aku memberanikan diri untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan Bu Elisa.

"Saya bisa menjawabnya Bu" Kata ku.

Tapi Bu Elisa tidak menoleh ke arah ku untuk mengizinkan aku menjawab, mungkin dia tidak mendengar atau melihat ku, akhirnya aku mencoba berbicara lagi. Aku pun berdiri dan berkata

"Saya bisa menjawabnya Bu...." Kata ku dengan suara yang sedikit lebih keras.

Bu Elisa masih tidak mendengar perkataan ku, dan tiba-tiba ada satu murid laki-laki yang mengangkat tangannya.

"Ah kamu bisa menjawabnya Dhani?" Tanya Bu Elisa.

"Iya Bu, jawabannya majas personifikasi" Jawab laki-laki yang bernama Dhani itu.

"Wah betul sekali, hebat kamu Dhani, nah dengan majas ini kita dapat......." Kata Bu Elisa selagi melanjutkan penjelasannya.

Aku hanya terdiam membeku sambil berdiri dan melihat ke arah sekitar ku, lalu aku kembali duduk. Pada saat aku menarik kursi aku membuat suara gesekan kecil, namun satu kelas malah melihat kearah ku dengan tatapan bingung. Aku yang menyadari hal ini merasa malu karena aku merasa di tatap dengan tatapan merendahkan lalu mereka kembali melakukan kegiatan belajar dengan normal lagi. Walaupun mereka sudah selesai melihat ku dengan tatapan bingung, aku masih memikirkan mengapa Bu Elisa tidak mendengarku saat aku berbicara lantang, dan mengapa teman-teman ku menatapku dengan aneh.

Lalu aku pun menyadari bahwa yang menganggap kehadiran ku tidak ada bukan hanya murid melainkan guru dan penghuni sekolah lainnya. Mengapa mereka tidak menganggapku ada, aku hanya ingin berteman dan menjalani keseharian ku seperti anak-anak SMA biasanya, aku tidak merasa pernah berbuat sesuatu yang jahat pada mereka namun mengapa mereka memperlakukanku dengan begitu kejam. Bukankah ini aneh? apa aku memang lebih baik hilang saja dari muka bumi ini?

Setelah waktu belajar di kelas ku habis diisi dengan memikirkan masalahku, bel istirahat berbunyi. Orang-orang di kelas langsung menuju kantin dengan teman-temannya dan dapat bertukar cerita menarik sambil menyantap makan siang nya. Aku? kalian tidak perlu bertanya, aku hanya duduk di kelas sendirian, tanpa teman, cerita menarik ataupun makan siang. aku selalu berpikiran bahwa aku tidak perlu makan, lalu ada seseorang dari kelas lain yang masuk ke kelas ku

"Halo perwakilan kelas segera data-, oh tidak ada orang " Kata perempuan dari kelas lain itu sambil melihat-lihat isi kelas.

"Ah tunggu aku ada disini" Kata ku, tapi sudah terlambat, perempuan itu sudah pergi.

Ini kedua kalinya kehadiranku tidak dianggap, bukan kah aneh kalau dia sama sekali tidak bisa melihat ku setelah matanya berlarian ke sekililing kelas. Apakah aku benar-benar tidak dianggap atau mereka semua memang terlalu tidak peduli dengan orang yang tidak begitu menonjol? apa yang salah dengan mereka? atau mungkin, apa yang salah dengan ku?

Walaupun ini bukan kali pertamanya kehadiran ku tidak dianggap, tapi aku selalu saja merasa sedih saat itu terjadi, aku merasa sangat ingin menangis, dan khususnya pada hari ini aku baru menyadari bahwa guruku juga tidak menganggap kehadiranku. Tahun ini lebih buruk dari tahun pertama ku di SMA, setidaknya walaupun aku tidak berteman dengan siapapun, mereka masih menganggap kehadiranku.

Aku terlalu berpikir dan tanpa disadari aku merasa sangat sedih dan sangat prihatin dengan diriku sendiri, akupun menangis cukup tersedu-sedu. Tanpa aku sadari sudah ada beberapa orang yang masuk kedalam kelas, dan saat aku selesai menangis aku melihat sekitar dan cukup terkejut karena orang-orang yang berada dalam kelas itu melihatku dengan tatapan yang sama seperti tadi namun ada beberapa yang melihat dengan ekspresi takut.

Aku merasa sudah cukup tersakiti dengan keadaan ini dan tanpa pikir panjang aku langsung mengutarakan isi hatiku pada mereka

"Kenapa kalian menatapku dengan tatapan seperti itu?! Apa kalian merasa kehadiranku tidak diperlukan? Apa kalian tidak ingin aku ada di kelas ini ataupun disekolah ini? Apa kalian benar-bena-".

Saat setitik isi hatiku baru saja diungkapkan, mereka langsung membuang muka dari ku dan melanjutkan aktivitas mereka dengan teman-temannya. Ini membuat ku sangat geram dan aku sangat ingin berteriak ke satu persatu dari mereka lalu akupun berkata

"Hey kalian! Dengarkan aku mengapa kalian selalu mengabaikan aku! Jangan membuang muka kali-" 

Perkataan ku terputus lagi saat mendengar siswa yang berada paling dekat dengan ku memulai pembicaraan dengan teman-temannya

"Ihhh tadi itu suara tangisan siapa ya, aku merinding banget" Kata salah seorang perempuan.

"Ohh kamu juga dengar ya, aku kira hanya aku saja. Seram sekali yaa aku juga takut" Kata salah satu teman dari perempuan itu.

"Jangan-jangan itu Kira Reenai, iiihhh serem ya" Kata temannya yang lain.

"Kira anak 10B yang menghilang saat pendakian gunu-" Kata perempuan lainnya.

"Hey sudah-sudah, kelas berikutnya akan dimulai ayo duduk di tempat masing-masing" Kata Pak Irawan yang tiba-tiba saja sudah masuk ke kelas.

Maaf, aku berpikir aku telah memperkenalkan diriku dengan baik. Namaku Kira Reenai kelas 10B yang saat ini seharusnya naik ke kelas 11A, saat acara kenaikan kelas, sekolah ku mengadakan pendakian gunung, seluruh murid kelas 10 ikut untuk meramaikan acaranya namun saat kembali dari gunung ada 1 yang tertinggal, Aku.

Tidak ada yang mengingat kalau aku tertinggal karena aku tidak punya teman, tidak ada yang mengingat ku. Saat aku masuk dan tersasar di hutan gunung pun tidak ada yang mencari ku dan semuanya pulang duluan dengan bahagia tanpa beban di pundaknya. 3 bulan setelah acara tersebut, pihak sekolah baru menyadari ada siswi yang tertinggal. Namun, semuanya sudah terlambat, aku sudah menghilang.



-END-


HilangWhere stories live. Discover now