27. Dua puluh enam tahun

968 46 17
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Novi Khairunnisa Purwanto binti Purwanto dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"Bagimana saksi, sah?"

"Sah!"

"Vi!" Agnes menatapku dengan tatapan penuh haru lantas ia memelukku dengan hati-hati karena kandungannya kini mulai membesar dan manangis dalam pelukanku.

"Akhirnya! lo nemuin tambatan hati juga, sumpah gue bahagia banget" gumamnya kepadaku.

Aku mengangguk dalam pelukan Agnes, tidak terasa aku ikut menitikan air mata, aku tidak menyangka masa lajangku berakhir diusia dua puluh enam dan kini aku resmi berubah status menjadi istri orang.

Agnes melepaskan pelukannya dariku "Gue gak nyangka tau gak! gue terkejut tiba-tiba denger lo mau nikah. udah gitu, gue semakin terkejut saat nerima langsung undangan dari lo" katanya.

"Sengaja, supaya lo terkejut dan saking terkejutnya, lo mau lahirin anak lo saat itu juga" celetekku kepada Agnes.

"Ish, pengantinnya nyebelin banget sih" katanya dengan sebal.

Aku tersenyum tipis "Bercanda, nes"

"Btw, thanks ya nes, makasih udah jadi sahabat gue yang paling baik dan selalu ada buat gue, bahkan lo saksi gimana hidup gue" ucapku dengan tulus.

"Sama-sama" jawab Agnes dengan tulus membuatku ingin menangis kembali.

"Udah ah, jangan nangis-nangisan, acara belum selesai, Vi" ingatnya kepadaku.

"Lagian nih, nanti ada juga waktunya lo dibuat nangis saat lepasin perawan" bisiknya membuatku mendengus.

"Ish, ibu hamil ngomongnya gak pake akhlak banget"

Agnes tertawa "Ya ampun bener banget, semenjak nikah, gue kok jadi nyablak banget, ya?"

Setelah sayang-sayang dengan Agnes, kini aku beralih kepada sahabaku yang satunya lagi yaitu Aya.

"Makasih buat selama ini ya, Ay!" kataku kepadanya.

Aya mengangguk "Sama-sama, Vi. selamat menempuh hidup baru Vi, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah"

"Aamiin" aku mengamini ucapan Aya, tidak lupa aku peluk Aya dengan sayang.

"Permisi" seorang tim yang ngurusin acara pernikahanku tiba-tiba ngetuk pintu.

"Pengantin perempuan ditunggu kehadirannya sekarang" katanya membuatku bersiap-siap buat keluar dari ruang rias menuju tempat akad nikah buat nemuin suami.

Aciee, suami.

Siapa sih suaminya?

Aku melangkahkan kakiku pelan-pelan menuju tempat akad untuk menemui suamiku juga semua orang yang sudah menunggu kedatanganku diapit oleh kedua sahabatku, Agnes dan Aya.

Sumpah, dag dig dug banget aku berjalan melewati semua tamu undangan, apalagi kini aku menjadi pusat perhatian mereka juga jadi pusat perhatian dia yang langsung menyadari kedatanganku.

Aku tersenyum malu-malu begitu aku sampai dihadapan suamiku yang menatapku dengan lekat, untuk menghindari tatapannya yang bikin marathon detak jantungku yang semakin menggila, aku langsung alihkan perhatianku untuk menyaliminya saat pembawa acara mengingatkan aku untuk untuk salimi tangan suamiku, aku terima uluran tangannya untuk aku cium dengan khidmat lantas ia yang beralih mencium keningku.

Alamak, kapan sih ini acara berhenti? gak kuat tau, aku harus melewati semua ke uwu-an ini! serasa mau pingsan! apalagi ditambah dengan siger yang nempel dikepalaku lumayan berat, tambah ingin pingsan aku!

AWAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang