2. Teror

47 12 2
                                    

Beberapa orang sudah berdatangan karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh, kami membersihkan kebun di belakang sekolah untuk kami tanami tumbuhan. Seperti ubi jalar, ubi kayu, tomat sampai yang mudah di produksi.

Aku, Tania, dan Reza bertugas untuk membuang sampah , aku berjalan bertiga menuju tempat pembuangan terakhir. Kami saling diam, kami memang tidak akrab seperti biasanya. Karena aku orangnya jarang berbicara di depan orang lain.

Perlahan ku lihat Troye juga sedang membuang sampah plastik, aku ingin menegurnya karena pembuang plastik tidak bisa di buang di pembuangan terakhir. Namun, urung ku lakukan. Dia sepertinya enggan mau berteman denganku karena surat yang ku baca tadi. Meski isi Tulisnya memang mengajakku untuk berteman tapi, aku tak yakin.

masih sama, ekspresi wajahnya datar dan dingin. Aku, Tania dan reza melangkah pergi meninggalkan Troye. Aku harus diam seolah tidak peduli akan kehadiran pria itu.

Alat-alat kebun kembali di kumpulkan dan di bawa ke gudang, ku lihat wajah datar Troye terus memandang ke depan kosong. Aku bingung dengan pria itu, kenapa dia selalu melamun.

Ia menoleh menyadari tatapan ku, ku alihkan tatapan ku dari arah lain, mencoba melihat orang berbicara. Terkesan tidak tahu diri sekali, aku mencoba tersenyum paksa memandang interaksi antara pak Hartono dengan siswi lain. Mencoba mencairkan suasana hatiku.

"Semua perempuan kembali lagi ke kelas, jangan lupa cuci tangan dan kaki kalian." Kami para perempuan berjalan pergi meninggalkan para laki-laki itu.

Setelah selesai mencuci tangan, aku menuju lokerku untuk mengambil tinta yang ku simpan di loker. Aku melihat seorang perempuan yang juga tengah berada di lokernya. Aku mencoba mengabaikan keberadaan gadis itu.

Arghhhhh!!

Tersentak aku mendengar suara nyaring itu, aku melirik dia yang menganggap kaget. Aku melihat sebuah tikus yang busuk dan berdarah berada di lokernya.

Beberapa orang sudah mulai berdatangan melihat kejadian itu, Aku masih shock di tempat melihat langsung yang terjadi pada perempuan itu.

"Ada apa?" Dia meringkuk ketakutan,beberapa orang menenangkan perempuan itu. Guru-guru berdatangan dan menegaskan kejadian ini untuk tidak terulang kembali. Jika melanggar, kasus ini akan di selidiki langsung oleh parah polisi.

"Kalian semua Kemabli kekelas, Puput kamu istirahat di UKS." Aku melirik Puput cemas, perlahan tatapanku berhenti tepat kepada laki-laki yang beberapa jam ini ku kenal, ia terlihat dingin di belakang Puput.

Apakah dia yang melakukan semua hal ini, kenapa? Jika memang dia? Apa alasan semua ini? Aku mendegus. Tatapan kamu bertemu. Aku memutuskan tali tatapan itu lalu berjalan menjauh dari tempat kejadian.

"Aneh, kenapa banyak banget yah neror siswi di sekolah ini." Beberapa teman-teman sedang membicarakan hal yang baru saja terjadi. Aku mencoba untuk fokus tidak memedulikan hal-hal lain.

Tanganku tercekat, dingin dan halus membuatku menoleh menatap orang itu, dia Troye. Aku memutar bola mataku jengah.

"Bukan aku yang melakukannya, Aku sudah katakan. Jangan pernah berpikir buruk tentang seseorang. Belum tentu yang kamu pikirkan itu benar bukan." Benar, tapi tatapan Troye mengatakan jika ia yang melakukannya.

"Aku hanya ingin berteman denganmu, tanpa melihat dari sisi buruk ku. Aku memang begini, bukan berarti aku punya sifat buruk." Ujarnya, Aku adalah perempuan yang sulit sekali mendapat teman, karena tidak semua teman itu baik.

"Kami itu aneh, Aku gak tahu kenapa. Kamu tadi bilang kamu tidak suka di usik bukan. Maaf jika tadi aku mengusikmu." Ujar ku, aku berjalan pergi meninggalkan Troye.

Suasana kesal dan horor menjadi satu, aku duduk di bangku dengan wajah yang ku tekuk.

"Adisty? Kamu lihat Puput di teror?" Tanya salah satu temanku, aku masih diam bingung untuk menjawab.

"Kenapa yah? Kok sekolah kita aneh banget," Maura, dia mengidik ngeri. Aku masih berpikir siapa yang melakukan aksi bejat.

Di sisi lain, pikiranku selalu mengarah pada satu laki-laki karena dia paling aneh sejak pertemuan kita tadi pagi. Aku masih tidak habis pikir dengan kejadian ini.

"Adisty, Lo ngerasa aneh gak sih. Kalau itu hantu." Tanya Maura, aku masih berpikir.

Aku berkata." Aku gak yakin, pasti ini ulah manusia. Mungkin membuat sensasi di sekolah. Kamu tahukan, beberapa hari juga ada kejadian kayak gini. Terus setelah itu, Bu Irin hilang 5 juta." Ujar ku menjelaskan, memang Ibu Irin sempat kehilangan uang 5 juta setelah bentak teror itu.

"Benar kata kamu Dis, Kok aku tidak kepikiran." Ujar Maura. Aku juga baru sadar. Itu tiba-tiba keluar dari mulutku.

Maura beranjak untuk duduk di bangkunya, aku melirik dia tatapanku berhenti ketika melihat seorang laki-laki itu sudah duduk di bangku kosong di belakang. Dia juga ikut menatapku dengan tatapan yang sama, Datar.

Aku mengalihkan pandanganku, rasanya aneh sekali ketika melihat laki-laki itu. Aneh yang kurasa.

Dengan lamanya kami belajar sejarah, beberapa orang bertanya tentang hal yang baru saja terjadi di ruangan loker. Mereka bertanya pada guru sejarah tentang kejadian ini.

"Bu, Ini sekolah bekas kuburan yah?" Tanyanya untuk Bu sukma,

"Bukan pertempuran kah?".

"Atau bekas rumah sakit?"

"Apa bekas aborsi?".

Aku menggaruk kepalaku binging dengan asumsi mereka, mereka begitu kebanyakan menonton film horor.

"Tenang anak-anak." Suara Bu Sukma sedikit meninggi, membuat murid terdiam.

"Tak ada yang masuk dari semua asumsi kalian, ini real tanah kosong bukan bekas kuburan, ataukah bekas rumah sakit. Dan sekolah ini itu tidak ada kisah seramnya, dan sejarah menyeramkannya. Jadi berhenti berargumen seperti itu."

Benar, kita tidak boleh berpendapat seenaknya, belum tentu apa yang Kita alami tidak menyangkut di dunia mistis. Untuk berpendapat, boleh saja. Karena itu hak mereka juga.

"Terus kenapa gak di usut masalah ini Bu, kalau begini terus bisa-bisa kita terancam." Ujar salah satu teman sekelas ku.

"Ini semua kita serahkan pada kepala sekolah, menurut ibu. Hanya anak nakal yang bersikap norak seperti ini." Benar, hanya orang norak meneror sekolah seperti ini. Mereka tidak punya adab sama sekali.

Ku mengangguk paham, semua ku cerna jelas. Mungkin hal ini mereka lakukan untuk menghebohkan satu sekolah.  Tapi, cara mereka terlalu kasar dan tidak beradab.

Aku melirik kembali ke arah Troye, nampaknya ia tersenyum sekilas lalu bersikap datar lagi. Apa yang sedang ia pikirkan, apakah semua tentang teror ini ada hubungannya dengan Troye. Dia aneh, benar-benar aneh. Hanya mendengar keluhan dari guru dan murid ia tersenyum, mungkin dia punya niat buruk dan mungkin saja dia yang melakukan hal tersebut.

Menyesal, Ada rasa sesak ketika harus mengenal Troye. Aku takut ketika dia memang pelakunya dan mengingatku sebagai tumbal ataukah untuk dia bunuh seperti Psikopat. Bulu kudukku berdiri, rasa takutku melihatnya membuat ku mati kutu.

Perlahan ku tolehkan lagi wajahku menatap Bu Sukma, kali ini aku harus melupakan masalah ini. Aku harus melupakan hal ini dan menenangkan pikiranku.

***

Misteri Lorong Sekolah!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang