Part One

3 1 0
                                    

"Sial! Kenapa dia datang menjemputku" Seorang gadis tengah bersiap sembari mengumpat-umpat meluapkan kekesalannya.

Pasalnya, seorang laki-laki psikopat yang  barusaja menjadi 'pacarnya' pagi-pagi ini menjemputnya untuk kesekolah.

Bukan tanpa alasan ia tidak senang dijemput oleh pacarnya. Gia tidak benar-benar ingin menjadi pacarnya, ia takut laki-laki tersebut akan nekad melakukan apa saja demi bisa mendapatkan cinta Gia.

Gia tidak suka, namun ia terlalu takut untuk menolak. Laki-laki tersebut sangat terobsesi dengan Gia. Apa boleh buat, toh ini juga kesalahannya sendiri tidak berani menolak.

Sebelum berpacaran, Laki-laki tersebut sudah berkali-kali melakukan hal gila demi mendapatkan Gia. Contohnya ia pernah beruntun mengirimi Gia berbagai macam hadiah aneh seperti lingerie, pakaian yang tidak senonoh, dan berbagai hal lainnya.

Seharusnya Gia berani untuk mengatakan 'tidak'. Apa boleh buat.
Orang tua Gia tidak tahu soal kegilaan pacar anaknya, begitupun para sahabat Gia.

Gia kini sudah bersiap, lalu ia turun untuk berpamitan.

"Pagi cantik" sapa Iwan, 'pacar' baru Gia.

"Iyaa, makasih" jawab Gia dengan senyum yang dipaksakan.

"Wii... Adek gue dah gede, dah punya pacar aja" kakak laki-laki Gia menimpali.

Setelah selesai berpamitan, Gia masuk ke mobil milik Iwan lalu pergi ke sekolah.

Sepanjang perjalanan Gia hanya diam, dan wajahnya muram. Iwan tak henti-henti nya membanggakan dirinya seakan Gia adalah gadis paling beruntung disekolah karena bisa berpacaran dengan Iwan, dengan tujuan membuat Gia terkesan. Padahal Gia muak pada Iwan.

Memang Iwan adalah salah satu cowok yang most wanted di sekolahnya, tapi hanya Gia yang tahu betapa gila 'pacarnya' itu.

Sesampainya mereka disekolah, Gia mendapat tatapan senang dari para kaum hawa. Karena rupanya banyak gadis yang menjadi shipper mereka, termasuk sahabat Gia sendiri.

Iwan merasa bangga sekali, ia berjalan sambil mendongakkan dagunya. Sedangkan Gia merasakan dirinya tiada setiap ia melangkah beriringan dengan Iwan.

Setelah sampai di depan kelas Gia, Iwan menatap Gia lalu memainkan anak rambutnya.

"Gue mau masuk kelas dulu. Udah sana buruan masuk kelas lo sendiri" kata Gia datar.

Para siswi yang menyaksikan melihat dengan gemas karena melihat kapal mereka berlayar. Namun wajah Iwan berubah jadi muram.

"Kan udah aku bilang, ngomong pake aku-kamu" kata Iwan tenang tapi mengitimidasi Gia.

"Ha--ah iya maaf sayang aku lupa, belum kebiasaan" Gia mengelak agar Iwan tidak marah.

Benar saja, sekejap wajahnya berubah semringah. Lalu ia mengusap lembut pipi chubby Gia.

"Oke sayang, sampai ketemu nanti ya" Ucap Iwan, lalu ia pergi ke kelasnya sendiri.

Gia membuang napas lega lalu melangkah masuk ke kelas. Rupanya ia sudah ditunggu kedua sahabatnya, Mila dan Risya. Mereka menarik Gia untuk duduk lalu menceritakan bagaimana rasanya berpacaran dengan Iwan.

"Lu alig Gi, gue udah duga lu bakal pacaran sama Iwan" ucap Risya antusias.

"Kalian lucu banget sumpah, gue gemes banget liat kaliaann" cicit Mila.

"Gimana reaksi keluarga lo pas dijemput Iwan tadi?" Mila bertanya dengan semangat.

"Ya b aja" jawab Gia malas.

"Loh, kok lu kelihatan gak excited gitu?" tanya Mila curiga.

"Dahlah males. Nanti aja gue ceritain" jawab Gia, lalu menidurkan kepalanya pada meja.

Kedua sahabatnya hanya menggedikkan bahu karena tidak ingin merusak mood Gia.

To be continued...

---

Jangan lupa votment <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmbivalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang