Bumi hanya bisa geleng- geleng kepala melihat sang mama yang sedang berbelanja untuk keperluan calon keponakannya. Bumi terus mengekori sang Mama yang berlarian kecil kesana- kemari.
"Ma, ini udah banyak banget, udah nggak muat ini keranjangnya" ucap Bumi sambil terus mendorong keranjang belanjaan.
"Kamu simpan saja dulu keranjang yang ini, terus kamu ambil keranjang yang baru" ucap sang Mama tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Mama udah hampir 3 jam belanja, ayo pulang Ma" ucap Bumi sedikit merengek.
"Masa sih udah 3 jam belanja, nggak kerasa banget"
"Yasudah kalau gitu, ayo bayar dulu, terus kita pulang" sambungnya.
____
Bumi dengan cepat memasukkan barang belanjaannya kedalam bagasi mobil, ralat barang belanjaan sang Mama lebih tepatnya.
Di dalam mobil tak ada keheningan sedetik pun, sang Mama terus saja berceloteh ria, Ia tidak peduli putranya itu mendengarkan atau tidak.
"Kamu seneng nggak Bum, sebentar lagi kamu akan dapat keponakan, cowok lagi" ucap Mama dengan senyum yang sedari tadi tak kunjung pudar.
"Seneng Ma" jawab Bumi, jujur.
"Cucu Mama pasti ganteng kayak kamu"
"Loh kok kayak Bumi? Kan Bumi bukan Bapaknya?" Protes Bumi.
"Biarin, Mama maunya kalau punya cucu gantengnya harus sama kayak kamu" Jawab Mama senang.
"Tapi sikapnya jangan kayak kamu" lanjut sang Mama.
"Kenapa Ma?" Tanya Bumi heran.
"Soalnya sikap kamu ke orang lain tuh, kayak patung, diem padahal merhatiin, cueknya kebangetan" ucap Mama dramatis.
"Loh- lohh.. kamu kenapa turun? Kamu marah sama Mama, gara-gara aib kamu Mama umbar?" Tanya Mama secara random.
"Mama lihat deh ke depan" jawab Bumi, tenang.
"Oh udah sampai, Bumi harusnya bilang kalau udah sampai rumah" ucap Mama sambil terkekeh kecil.
Sedangkan Bumi menghela napas pelan, sikap Mamanya itu tak ada berubahnya.
Disekolah.
"Woy, mana tangan Lo!"
"Buat apa?" Jawab Bumi datar.
"Ah lama, SELAMAT, LO BAKAL JADI BAPAK DARI SEGALA BAPAK, BUAT ANAK-ANAK LO!" ucap Gara menggelegar di segala jagat ruang kelas.
Untung kelas masih sepi. Ya, Bumi sudah terbiasa datang sepagi ini di sekolah.
Bumi langsung tersadar ketika tangan lainenjabat tangannya.
"Apaan sih Lo, gue cuma akan jadi om, gue akan punya keponakan, bukan anak!" Kesal Bumi, menepis tangan sahabatnya.
"SAMA AJA!!!" ucap Gara dan Arjuna serempak.
Bumi menatap kedua sahabatnya dengan tatapan sengit.
Dengan tenang, Arjuna mendekat ke arah Bumi dan menatap manik hitam legam tersebut tanpa takut.
"Btw Lo ngundang kita ber dua nggak, diacara 7 bulanan anak Lo?" Detik berikutnya Arjuna ngacir keluar dari lautan api samudra ini ntah kemana.
"Lo nggak ikut keluar juga dari samudra api ini?" Tanya Bumi dingin.
Benar saja, tak ada 30 detik Gara sudah hilang dari sorot mata Bumi. Hanya terdengar samar-samar suaranya.
Arjuna!! Tungguin guee!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesya
Teen FictionSejuta cinta untuk Bumi. Sejuta kisah pula untuk Alesya. "Lo gak pernah ngerasain gimana rasanya hadir tanpa diharapkan!" "Karena itu, gue gak minta Lo hadir di kehidupan gue." Pertengkaran yang memang sudah terjadi akibat kedatangan seorang gadis...