Chapter 07

18 1 0
                                    

Dia tidak menjawab. Ia justru langsung mendorong tubuhku agar masuk dengan kasar dan menutup pintu mobil. Aku bahkan nyaris tersandung karenanya. Sialan!

"Apa-apaan kau?!"

"Diam." Emilio menggertakkan giginya kemudian duduk di kursi kemudi. Napasnya berhembus kuat di wajahku hingga aku bisa merasakan betapa marahnya ia saat ini.

Apa aku berbuat salah padanya?

"Kau tidak berhak untuk menyuruhku diam. Kau yang mulai mencari gara-gara denganku, Leo! Berhentilah bersikap kasar terhadapku!"

"Mencari gara-gara denganmu?" Dia tergelak. "Apa kau lupa siapa yang memulai semua ini? Kau menjauhiku tapi kenyataan yang sebenarnya kau masih sangat mencintaiku, Ken? Lantas kenapa kau memanggilku dengan sebutan itu"

Sontak mulutku terbuka lebar, ia bercanda kan? Demi Tuhan, aku ingin tertawa tapi ini bukan waktu yang tepat untuk menertawainya.

"Aku? Mencintaimu? Well, lihatlah sekarang aku berada dimana, siapa yang membawaku kemari. Siapa pula yang selalu membuntutiku dimanapun aku pergi. KAU!"

Hening. Emilio kembali menggertakkan giginya dan menatapku lekat-lekat.

"Apa yang kau inginkan? Kau yang menantangku tempo lalu dan kini kau sendiri yang menghancurkannya? Apa kau sakit?!"aku mengernyit keheranan.

"Demi Tuhan, aku tidak mengerti dengan sikapmu"

"Kau bercanda?" Ia bergumam.

"Apa?"

"Kau berpikir aku serius soal kesepakatan itu Ken? Ayolah aku sangat mengenal dirimu ini. Kenapa kau tidak menunjukkan kasih sayangmu terhadapku"

Rasa takut pun kurasakan menjalar di sekujur tubuh. Aku khawatir jika Emilio akan melakukan sesuatu terhadapku setelah ini.

Namun sedetik kemudian, tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang hangat di bibirku. Disaat itu pula aku membuka mata dan kaget mendapati bibir Emilio yang tengah kurasakan. Tangannya melingkar di pinggangku sebelum ia menarikku agar merapat ke tubuhnya.

Kontan aku berusaha untuk melawan. Akan tetapi lagi-lagi Emilio bersikap di luar dugaan. Ia pria yang paling sulit kutebak sifat dan perilakunya. Ia menyusupkan jari-jarinya ke rambutku dan menarik wajahku ke arahnya sehingga ciuman kami menjadi lebih dalam.

Aku teringat bahwa pagi ini aku memiliki jadwal kelas. Pun aku mendorong Emilio dan memutar kenop pintu lalu membukanya dengan satu gerakan cepat.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Sangat frustasi dengan kejadian yang menimpaku akhir-akhir ini, aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan berada di dekat si brengsek itu. Haruskah aku pindah kelas? Tapi aku sengaja mengambil kelas ini karna aku begitu menyukainya.

Begitu kelas Mr. Levine berakhir, aku bergegas memasuki kelas selanjutnya. Jadwalku cukup penuh hari ini. Ada 3 kelas yang harus aku masuki dan satu diantaranya memiliki jeda yang cukup panjang. Biasanya jika seperti ini aku selalu menunggu Teressa di sebuah cafe sambil menikmati makan siang dan membaca sebuah novel. Tetapi, entah mengapa seharian ini aku tidak bersemangat.

Tepat disaat aku sedang menggerutu kesal, ponselku bergetar di dekat tanganku. Kulihat nama Luke terpampang di layar hingga membuat jantungku berdebar hebat karena senang.

"Halo?"

"Hai, Kensy. Bagaimana kabarmu? Kau sedang dimana?"

Aku berdehem sebelum menjawabnya. "Aku baik-baik saja. Aku sedang di cafe untuk makan siang sebelum masuk ke jam terakhir."

GOTTA BE YOU//🥀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang