23. Di Antara 2 Pihak

782 185 24
                                    

Roseanne Park tidak takut pada siapapun一atau setidaknya, dulu ia pikir begitu.

Dia pernah tinggal di banyak tempat; di antara manusia, di tengah-tengah kerajaan Seelie yang selalu dikira manusia sebagai pihak yang baik一apapun definisi baik itu sebenarnya一kemudian di kerajaannya yang sekarang.

Rose sudah mengenal berbagai macam orang, namun tak satupun一tidak satupun一yang seperti Lee Rim.

Johnny pernah berkata bahwa Rim bisa menghabisi orang lain semudah Arel bertepuk tangan, dan hal paling buruk darinya adalah, dia tidak segan berbuat begitu. Johnny mungkin menyeramkan, namun mentornya itu tidak pernah membunuh orang untuk bersenang-senang.

Berada sedekat ini dengan Rim, Rose tiba-tiba sadar betapa rapuhnya dia. Tidak sebanding dengan Rim yang bahkan dari luar, terlihat begitu tinggi dan kokoh. Rim seperti badai salju yang mustahil dilewati dan Rose kebingungan, apa yang dia lakukan di sini? Mengapa dia pikir dia bisa lolos dari Rim?

Tapi lalu dia teringat Jaehyun, tujuannya kemari, dan menggelengkan kepala untuk mengembalikan fokusnya.

"Gadis Bulan." Rose membiarkan jemari Rim yang dingin menyentuh dagunya, melihat wajah yang mirip Jaehyun itu lebih dekat lagi. "Apa kau sendirian?"

Rose mengiyakan, diam-diam mengeluarkan pisaunya dari saku.

Namun Rim dengan lembut一tanpa paksaan一menurunkan tangannya dan berdecak seakan dia murid nakal yang melanggar perintah gurunya.

"Aku ingin bicara denganmu, dan aku akan lebih senang kalau kau tidak berusaha menikamku. Apa kita sepakat?"

Rose memutar bola matanya一pemberontakan kecil-kecilan. "Mungkin aku tidak mau bicara denganmu."

Di belakangnya, Arel dan teman-temannya berhasil mengejar. Mereka mengerem saat melihat Rim, dan memberikan hormat yang seharusnya diberikan pada raja yang lain, setelah itu sebagain besar di antaranya pergi hingga menyisakan Arel saja.

"Jahat sekali." Rim menampilkan ekspresi sedih yang hanya bertahan beberapa detik sebelum ia tergelak. "Kau selalu begitu sulit ya, padahal aku suka padamu."

"Barangkali dia lebih suka bicara denganku." Celetuk Arel ringan, tapi Rose lebih tahu; Arel tidak ingin bicara, dia lebih ingin membalas.

Rim belum mau melepaskan dagunya, mencegah Rose menoleh ke belakang. "Apa itu benar? Kau mau bicara dengan Arel?"

"Tidak."

"Tidak?" Rim tersenyum pada orang di balik bahunya. "Sayang sekali, padahal Arel punya informasi menarik tentang sesuatu yang kau cari. Bukankah kau sedang mencari sesuatu, Rose? Atau ... seseorang?"

Mengerahkan sedikit keberanian, Rose menyingkirkan tangan Rim dari wajahnya dengan cara menampar tangan itu. "Mana dia? Di mana orang yang bersamaku di ladang Higanbana?"

"Di mana ya?" Rim berlagak bodoh dengan menepuk-nepuk sakunya, seakan mencari uang koin bukannya pria yang tingginya hampir setara dengannya. "Arel, Manis? Kau tahu di mana teman Rose?"

"Tanyakan saja pada Elkan!"

Wajah Rose memucat. Salah satu orang yang paling ia harapkan untuk mati nyatanya masih hidup, persis seperti yang dikatakan Doyoung. Elkan penyembuh sepertiku, dan kami ini sulit sekali dibunuh. Elkan hidup, tapi di mana Jaehyun?

Seolah mendengar isyarat tak langsung Arel, pintu di belakang Rim mengayun terbuka dan Elkan menampakkan batang hidungnya dari sana, membawa kotak putih berhias pita pink yang terkesan salah tempat. Wajah pria itu merekah oleh senyum lebar, sehingga orang yang tidak tahu apa-apa bisa saja mengira Elkan menyiapkan kue ulang tahun untuknya.

Morality : A Prince's Tale ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang