PART 19

45 11 8
                                    

Setelah percakapannya dengan Kenzo waktu itu,hubungan kedua nya kembali membaik seperti sebelumnya. Dimana mereka kembali saling bertukar pesan dan saling meluangkan waktu bermain ke rumah masing-masing. Namun tentu saja Rinai tetap menjaga batasannya, karena ia tahu meskipun keduanya sudah kembali seperti dulu namun Kenzo tetap sudah memiliki kekasih. Berhari-hari sudah di lalui, bahkan Rasya juga sudah tidak menginap di rumah Rinai lagi. Meskipun malam itu Rinai tidak menceritakan apapun pada sahabatnya itu, namun Rasya tidak memaksa karena ia tahu batasannya dalam berteman yaitu tidak melanggar privasi orang lain.

....

" nay, lo yakin engga bareng gue aja? Gue bisa minta bang Rizal buat nganterin ke rumah lo dulu. Daripada lo nunggu ayah lo engga dateng-dateng dari tadi." Usul Rasya,

" engga papa ra, gue nungguin ayah gue aja. Lagian kalo engga dateng-dateng entar gue naik angkot aja. Udah mending lo pulang sana, tuh kasihan abang lo nungguin dari tadi." Ujar Rinai.

" beneran? Yaudah deh gue engga maksa, gue duluanya. entar kalo lo udah dijemput atau nyampe rumah kabarin gue ok." Perintah Rasya, lalu menghampiri kakaknya yang sudah stand by di dalam mobilnya.

Setelah menunggu kembali selama setengah jam didepan sekolah, ayah Rinai tidak kunjung datang membuat gadis itu kesal karena panggilan telponnya tidak di angkat oleh ayahnya ataupun orang rumah.

" duh ayah mana sih, mending gue naik angkot ajadeh. Tapi mesti jalan kedepan jauh banget, mana hari ini gue pake sepatu fantofel lagi. Haduh, ada-ada aja deh, bodo amat lah yang penting gue bisa cepet-cepet pulang terus tiduran di kamar." Ucap Rinai lalu mulai berjalan kearah jalan raya yang jaraknya cukup jauh dari sekolahnya.

Iya, sekolah Rinai jaraknya cukup jauh dari jalan raya sehingga untuk menaiki angkutan umum mereka harus berjalan cukup jauh bahkan melewati sekolah keperawatan yang kebetulan bersebelahan dengan sekolahnya. Saat akan melewati sekolah keperawatan itu, Rinai menangkap sosok Kenzo dan beberapa temannya sedang nongkrong di warung kecil didepan sekolah itu. Karena jalanan sangat sepi, otomatis atensi para cowok tersebut beralih pada Rinai yang sedang berjalan sendirian itu.

" ken, Rinai tuh." Ujar Satya sambil menyenggol lengan Kenzo yang kebetulan di sebelah nya,

" oh itu yang namanya Rinai? cewek yang deket ama lo ken?" tanya salah satu teman Kenzo yang bernama Tony dengan cukup kencang, mendengar namanya disebut secara otomatis langkah Rinai memelan.

" lo lihat dari apanya sih ken, jelas-jelas cantikan Vanda kemana-mana. Lah ini, cantik engga putih engga, biasa aja gitu." SambungTony,

" mata lo buta apa gimana sih ken, bisa-bisanya nyakitin cewek lo yang sempurna cuma demi bisa deket sama cewek modelan gitu?"

" asal tuh cewek tahu ya, yang lebih cocok sama Kenzo ya jelas Vanda lah. Gue sebagai temennya Kenzo jelas lebih ngijinin dia sama pacarnya yang sekarang, harusnya tuh cewek sadar diri. Ngaca dong, engga punya kaca apa emang di rumahnya? Perlu gue beliin gitu." Ujar Tony yang diakhiri dengan kekehannya,

Mendengar ucapan temannya itu, Kenzo hanya diam sambil mengaduk-aduk es yang dipesannya dengan sebelah tangannya yang mengepal. Sedangkan teman-temannya yang lain hanya ikut terdiam tidak berani berkomentar.Di sisi lain, Rinai yang sangat dengan jelas mendengar ucapan teman Kenzo tersebut merasa sangat sakit hati. Ia merasa harga dirinya di injak-injak oleh cowok tersebut, dengan sekuat tenaga ia mencoba melihat reaksi Kenzo setelah mendengar ucapan temannya tersebut. namun yang didapat hanya diamnya seorang Kenzo tanpa ada niatan membela atau menyela ucapan temannya itu. Sadar jika dirinya akan semakin menjadi bulan-bulanan teman-teman Kenzo, Rinai pun berlari sambil menahan air matanya agar tidak jatuh dan juga menahan sakit di kakinya karena saat ini ia sedang memakai sepatu berhak.

Sulit Untuk Dimengerti (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang