Entah apa yang terjadi dengan sepotong hati namun yang jelas merelakan hati tuk pergi amat sangat menyakitkan.
Namun hidup perlu kekuatan agak bisa terus bertahan.
Agar hati bisa bersabar walau jiwa merana.
Dan cinta yang terkorban karnanya.
Merelakan lebih baik demi masa depan yang masih dalam bayang-bayang semata....Emu mempercepat langkahnya, bahkan dia berlari.
"Rumah sakit Seito." katanya tepat setelah menutup pintu taxi yang ditumpanginya. Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya mencoba memahami apa yang terjadi.
Beberapa menit yang lalu, Hiro menghubunginya. Mengatakan bahwa Appa pingsan dan dirawat di Rumah Sakit Seito. Hiro menyuruhnya untuk datang dan hanya untuk memberi tahukan itu saja karna setelahnya dokter muda itu menutup telponnya. Namun berita itu membuat Emu kebingungan. Appa selama ini jarang sekali sakit apalagi sampai pingsan seperti itu. Kenapa Appa bisa pingsan? Bagaimana Hiro bisa tau? Apa Hiro yang membawanya ke rumah sakit? Tapi bagaimana?
Dia sudah tidak bisa lagi memikirkan jawaban apapun. Setelah membayar ongkos taxi, dia lansung merengsek masuk ke Rumah Sakit Seito. Tampa peduli kondisinya sendiri yang baru saja pulih, tergesa Emu mencari resepsionis. Tapi belum sempat dia menghampiri penjaga, seseorang sudah memanggilnya.
"Emu-chan!"
Emu menengok, menemukan Hiro duduk disalah satu kursi tunggu. Dokter muda itu berdiri ketika Emu menghampirinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Emu kuatir dan bingung.
"Tenangkan dirimu. Appa sudah baik-baik saja. Perawat sudah memindahkannya keruang rawat inap tadi." ucap Hiro menjelaskan.
"Terlalu banyak alkohol, kekurangan nutrisi dan banyak pikiran." Hiro menimbang.
"Taiga sudah menjelaskan lengkap keadaan Appa tadi....kau baik-baik saja Emu?" Hiro melihat wajah Emu yang pias. Ia hampir melupakan untuk tidak menambah beban lagi. Adiknya ini baru saja pulih.
Emu terhenyak. Tampa disadarinya satu tangannya sudah mencengkram erat lengan baju Hiro. Mencari sesuatu untuk berpegangan. Nafasnya masih terengah. Dia mencoba menenangkan dirinya.
Apa ini salahnya?
"Emu-chan." Hiro memanggil, membawa kembali kesadarannya. Emu kemudian mengangguk.
"Appa baik-baik saja. Setidaknya sekarang."
"Aku akan mengantarmu menemui Taiga." ucap Hiro.
Diperhatikannya wajah Hiro bingung. Butuh waktu lama untuk Emu merespon. Dan hanya sebuah anggukan, lalu pemuda manis itu sudah berbalik. Ketika Hiro akhirnya meraihnya membalikan badannya kembali, sebelum kemudian dia mendekatkan dirinya dan memeluknya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly paper (End)
FanfictionEmu : "Aku tidak mengerti, seberapa banyakpun perbedaan diantara kita, sebanyak apapun luka dan cobaan yang mengelilingi langkah kita, aku tetap tak bisa jauh darimu dan selalu ingin berada didekatmu." parad : "Akupun ingin kau tau, meski sayapku ak...