tw// mcd
In another life, I would be your man
We keep all our promises, be us against the world
In another life, I would make you stayKaty perry - the one that got away
🍃
Permadani segara selalu jadi saksi kisah persahabatan dengan bumbu romansa dua anak adam sejak dua puluh tahun lamanya.
Kepala yang saling bersandar saksikan surya yang perlahan tenggelam menggulung sinarnya adalah kegiatan yang tak boleh terlewatkan.
Dialog kisah dari celoteh bibir dua insan cukup ramaikan pantai lengang yang ditaburi ratusan ribu pasir putih nan elok.
"Minggu depan kau sudah harus ke kota?"tanya Hyunjin seraya mainkan jemari di surai halus sang sahabat.
Tubuh keduanya telah bangkit dari butiran pasir yang mereka duduki, tungkai jenjang susuri garis pantai berdampingan dengan tangan yang saling menggengam erat.
"Hmm, siaran akan dimulai dua minggu lagi, tapi aku harus memindahkan barang ke tempat tinggal baru sehingga harus pulang lebih awal." jelas Seungmin sedikit murung. Merasa tak rela tinggalkan desa nelayan yang selalu ia rindukan kala raganya telah kembali disibukkan hiruk pikuk perkotaan.
"Pasti aku akan merindukanmu."
Jawaban Hyunjin membuat Seungmin terdiam sesaat, kemudian mencibir ucapan si Hwang dengan rima sinis berusaha kaburkan lagak grogi.
"Cih, biasanya kau berlayar dapat setengah tahun lamanya baru kembali ke desa dan tak pernah sekalipun ucapkan rindu padaku."
Hyunjin tertawa kecil dengar kalimat penuh sindiran dari si Kim. Langkahnya perlahan melambat hingga seketika terhenti, menarik kuat lengan Seungmin paksa agar berhadapan dengannya.
Protesan telah siap terlontar dari yang lebih muda kala rasakan nyeri di pergelangan tangannya yang tercengkram. Tetapi celotehnya tertahan kala sadari mimik serius dari Hyunjin yang terasa langka terlihat.
"Lalu selama aku berlayar, apa kau pernah merindukanku?" tanya Hyunjin dengan laras lirih.
"Tidak pernah."
Dingin, balasan Seungmin begitu menusuk relung Hyunjin. Tak ada candaan dari jawaban singkatnya, buktikan jika jawaban si Kim adalah suatu kejujuran.
Cengkraman Hyunjin masih enggan melonggar, memaksa Seungmin agar mau memandang matanya yang berkilat serius. Rahangnya tak lagi menegang, digantikan tilik lembut dengan sebilah senyum tulus.
"Kim Seungmin, ada yang ingin kubicarakan sedari lama kepadamu."
" Aku menyu-"
Belum sempat si Hwang selesaikan tuturan, Seungmin terburu tangkis lengannya cepat. Berjalan cepat tanpa biarkan sekalipun untuk Hyunjin lanjutkan kalimat.
"Ah air mulai pasang, ayo segera bergegas pulang."
🍃
Sebulan berlalu semenjak biru lautan tak lagi temani petangnya. Si Kim begitu rindukan bau air garam ditemani semilir angin di bawah nyiur yang menjulang.
Sekarang harinya hanya ditemani bebauan kimia memualkan dengan pemandangan serba putih kemanapun pupilnya bergulir.
"Seungmin kau sudah melihat breaking news?"
Si Kim yang sedang memandang rinai hujan yang menitik dari balik jendela berembun alihkan pandangan kearah suara berat lelaki yang baru saja masuk terburu.
Air muka panik pemuda dengan gerai jingganya berikan kerutan pada kening Seungmin, tanpa berikan penjelasan lanjut Felix serahkan ponselnya dengan tangan bergetar hebat.
Netra Seungmin menyipit membaca rentetan paragraf yang tertera pada halaman web. Hanya dalam hitungan detik, tubuhnya jatuh terduduk di ubin dingin ruangan dengan bebauan menyengat ini.
'Breaking News, kapal feri SL971 milik Korea Selatan tenggelam di Samudera Hindia. 76 awak kapal termasuk kapten kapal dipastikan telah meninggal dunia.'
"Sl971, Hyunjin menjadi nahkoda disana kan....?"ujar Seungmin kearah Felix dengan pita suara berdengung tak percaya.
Teman sebaya si Kim yang sudah menangis angguki pertanyaan Seungmin, mendekap erat tubuh sang sahabat yang terasa begitu kecil di pelukan mencoba menenangkan.
Tak ada lafal apapun yang terlontar, Felix sengaja biarkan Seungmin lepaskan sedu sedan semampu mungkin. Ratapi kesedihan yang juga berbalut penyesalan yang tentu sudah terlambat.
🍃
Kembali ke sini, hamparan biru yang simpan segudang kenangan yang tak bisa lagi diulang.
Pantai ini masih sama, indah seperti biasa dengan nyanyian camar yang menemani. Ada satu yang berbeda, tak ada lagi canda tawa yang kalahkan riuh pecahan ombak di senja hari ini.
"Kau begitu mencintai laut ya. Bahkan untuk terakhir kali pun kau tak ingin berpisah dengan lautan."sahut Seungmin yang telah jatuhkan bokongnya di atas pasir pantai, biarkan air laut membasuh kaki telanjangnya.
Tak ada lagi tangis yang meraung aliri pipi putih Seungmin seperti minggu lalu, sekuat mungkin ia sunggingkan senyum walaupun diukir secara paksa.
Bukan tak sedih, ia hanya ingin berusaha selalu torehkan kebahagiaan di tempat sakralnya dengan Hyunjin. Di hadapan bentangan biru dimana sang sahabat istirahatkan diri untuk terakhir kali, si Kim tak ingin lengkingan nestapa.
"Bodoh. Ternyata malah kau yang pergi terlebih dahulu." kekeh Seungmin seraya mainkan air asin yang bentur jemari.
"Jika tahu kau akan pergi secepat ini seharusnya aku tak menahan ucapanmu sore itu."
Memori tentang dua minggu lalu seketika berputar kembali di benak si Kim, tentang raut penuh kesungguhan Hyunjin yang harus ia lunturkan seketika.
Ia sangat tahu apa yang akan pemuda tampan tersebut ujarkan. Berupa ungkapan perasaan yang telah terpendam lima tahun lamanya.
Mencoba robohkan benteng bernama persahabatan yang sayangnya gagal karena tindakan Seungmin. Si Kim masih ingat jelas bagaimana mimik kecewa begitu kental terlukis di paras tampan Hyunjin.
Impresi yang semakin memicu Seungmin bodohi diri sendiri, saat matanya berhasil menangkap sebuah kotak kecil berwarna merah yang perlahan kembali di masukkan ke dalam saku.
Bukti kesungguhan perasaan sang sahabat kepada dirinya.
"Ya, aku juga menyukaimu Hyunjin. Bahkan saat tatap kita bertemu pertama kali di pantai ini hatiku sudah berhasil digenggam olehmu."
Bagaimana pun penyesalan memang akan datang terlambat. Seharusnya sore itu ia tak lepaskan genggaman hangat Hyunjin, seharusnya ia berikan pelukan ternyaman bagi sang pemuda Hwang sebelum mereka berpisah.
Jika ia tahu senja kala itu menjadi pertemuan terakhir mereka, ia akan berikan kecupan dan ungkapkan segala hal yang coba ia pendam seorang diri kepada sang pemilik hati.
Seungmin membuka topinya, tampilkan rambut tipis yang telah semakin rontok. Afeksinya teralih pada jari yang hanya sisakan tulang berlapis kulit tak berdaging.
"Jika kau melihat keadaanku sekarang apa kau masih menyukaiku?" monolog pemuda bersuara manis tersebut pesimis.
Baskara semakin tak nampak, teriakan samar Felix yang membentur gendang telinga langsung bangkitkan daksa. Segera berbalik dan memeluk tubuh lelaki dengan gerai jingganya, air mata Seungmin yang tertahan di pelupuk seketika luruh.
Hingga gelap langit nampak, bulir bening yang terkuras pun terhenti. Si Kim menghapus cepat air mata yang tersisa, karena ia harus kembali berpaling memandang permadani biru di balik punggung. Tuturkan kalimat sebagai bentuk perpisahan terakhir di bumi.
"Tenanglah Hyunjin, mari kita buat kisah romansa abadi di laut lain yang lebih indah di duniamu sekarang. Sebentar lagi aku akan menyusulmu."
🍃
maapin kalau kurang angst

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN OF CRYING HEART
Fanfic❝the heart is crying, so do the eyes and the sky.❞ a seungjin angst oneshot collection © seungjinpedia, 2020 © cover by spearbae