22

1.2K 163 94
                                    

Chapter Twenty Two

Crimes have been a tumor in each inch of world life, till there is no chance to sorrow every death.

Kejahatan telah menjadi sebuah tumor di setiap inci dari kehidupan dunia, hingga tidak ada kesempatan untuk menangisi setiap kematian.

The Lifetaker
.
.
.

I love you with a love that's wrong, yet i can't stop. You make me feel like no man has ever made me feel before. With just a look, I swoon. I dream of you when you look at me, my soul shudders with joy. My heart skips a beat. I want to love you freely without fear, but this is not a love that is usual. I must hide it, keep it in secret and love you only in my dreams. For only in my dreams I can come to you, only in my dreams, my fantasies be realized.

Aku mencintaimu dengan cinta yang salah, meskipun aku tidak bisa berhenti. Kau membuatku merasakan sesuatu yang sebelumnya tak seorangpun pernah membuatku merasakannya. Dengan hanya sebuah tatapan, aku terlena. Aku bermimpi tentangmu. Ketika kau melihatku, jiwaku bergetar dengan sukacita. Hatiku melompat. Aku ingin mencintaimu dengan bebas tanpa rasa takut, tapi ini bukanlah sebuah cinta yang biasa. Aku harus menyembunyikannya, menyimpannya secara rahasia dan mencintaimu hanya dalam mimpiku. Karena hanya dalam mimpi aku bisa bersamamu, hanya dalam mimpi, fantasi ku terwujud.

Luhan meremas kuat gorden berwarna emas yang bergelayut di salah satu sisi jendela besar tertutup rapat dengan kedua tangannya. Napas terengah-engah, keringat mengalir deras dari puncak kepala meski dahi melekat di dinding putih sisi kanan ruangan.

Mata terpejam kuat, semakin rapat bersamaan setiap kali dirinya menerima hentakan di pinggangnya. Dia menggigit bibir yang mulai terasa perih, menahan kenikmatan dorongan yang semakin lama kian dalam di bagian bawah tubuhnya.

Pelukan pada pinggang Luhan mengerat bersamaan dengan desahan rendah dari belakang tubuh. Oh Sehun tengah meremas kaus hitam yang masih melekat pada tubuh Luhan sembari menatap miliknya yang terjepit dalam tubuh sosok pemilik mata rusa itu. Ia bergerak lebih kuat, membuat Luhan tersentak terus-menerus.

"Fuck.." Sehun mengeram. "How is it?"

"H-harder..Harder, H-hun.."

Luhan melebarkan mata ketika jari Sehun memijat kejantanannya kemudian digerakkan ke atas dan kebawah bersamaan dengan hentakan keras dan cepat yang terus menghujam titik puncak. Luhan terengah-engah, mencakar lengan kekar Sehun di perutnya dengan wajah mengernyit.

"F-fuck, Sehun!"

"I did, Babe.." Sehun mencium leher Luhan. "Sayang sekali kita tidak bisa bermain di ranjang."

Sehun terus mendorong, napasnya terdengar jelas. Pipi Luhan memerah dan matanya terpejam. Sehun bergerak lebih dan terus memaksa masuk, sebelum menarik pinggulnya dan dihentak dengan kuat.

"S-s-sehun-AAKHH!" Luhan memekik begitu merasakan klimaksnya dan mendesah lelah.

Mereka berdua selesai dengan cairan kental pada tangan Sehun yang masih berada di kejantanan Luhan.

"Banyak sekali, babe.."

"Oh, shut up!" Luhan memutar bola matanya dan pergi meninggalkan pria itu ke dalam kamar mandi.

Sehun terkekeh dan mengelap cairan itu dengan sebuah tisu di atas meja yang terletak tak jauh dari sana. Dia memakai kembali celana dan menarik resleting dengan napas terengah. Pria berkulit pucat itu mendudukkan tubuh pada sebuah kursi kayu di sudut ruangan.

The LifetakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang