[7]

639 107 20
                                    

War menolehkan kepalanya ke arah Yin. "Hng?"

"Dah gapapa, yuk ke belakang aula. Motorku disana."

"Tunggu dulu Phi, itu Jane masi nunggu jemputan." Telunjuk War mengarah ke pos satpam.

"Oke, kalo gitu aku ambil motor dulu ya. Biar sekalian pulang." Yin beranjak dari duduknya. Ia melangkah sembari memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana. Membuat War tidak berkedip menatap punggung Yin yang makin lama makin menjauh.

Sial, tampan sekali.

War kembali menghentak-hentakan kecil kakinya ke lantai, mencoba menghilangkan rasa bosan. Matanya menarap lurus ke arah pos satpam. Memantau adik kelasnya yang masih duduk sambil menatap ponselnya. Pikirannya penuh dengan segala hal yang terjadi hari ini. Mulai dari pertemuannya dengan Prom hingga Yin mengajaknya untuk pulang bersama. Hari ini Tuhan bernar-benar baik padanya.

Sepuluh menit berlalu, Yin kembali ke depan aula bersama motor CBR birunya. Ia mendongakkan kepala, netranya menangkap Jane yang tengah masuk ke dalam mobil.

"Yuk naik, udah di jemput tuh si Jane," ucap Yin sedikit berteriak.

War—yang masih larut dalam pikirannya—tidak menanggapi ajakan Yin. Mau tidak mau Yin harus turun dari motornya untuk menghampiri War.

"Oit, nong."

"O-oh ya Phi, ayo pulang."

Tangan War bertumpu pada tepi kursi untuk membantunya bangkit dari duduknya. Ia berjalan mengekori Yin. Di samping motor, Yin merogoh kunci motor di kantong celana. Tidak menemukan benda yang dicari, ia beralih merogoh kantong di sisi samping tasnya. War menatap Yin dengan raut kebingungan.

"Sebentar War, kunci motor Phi hilang," ucap Yin yang masih sibuk merogoh tasnya.

"Anu... itu Phi." War menunjuk kunci motor yang masih menempel.

Yin menepuk jidatnya yang tertutup helm, "Haha astaga, dah yuk naik."

"Btw rumahmu dimana nong?"

"Kasatra Road VII phi."

"Ngga pake helm ngga masalah kan?. Lupa nih, cuma bawa satu. Lagipula ngga perlu lewat jalan raya."

War mengangguk-anggukan kepalanya.

Motor Yin melaju keluar dari kawasan sekolah. Lajunya tidak cepat juga tidak lambat. Yin sedang tidak terburu-buru pulang. Jadi, sekalian menikmati angin malam saja pikirnya. Lain cerita dengan War yang saat ini justru ingin cepat sampai rumah. Tidak sehat bagi jantungnya kalau terlalu lama bersama Yin. Bahkan suasana canggung saat ini sungguh tak nyaman. Ia hanya dapat mendengar deru mesin motor CBR yang sedang ia tunggangi. Demi apapun War ingin melontarkan satu dua kata sekadar mencairkan suasana, tapi salahkan otaknya yang tidak berhasil menemukan topik pembicaraan.

"Nong, nanti kalo udah masuk gang utama, arahin jalannya ya. Aku agak ngga hapal."

"Oke Phi."

Sepuluh menit berlalu dengan War yang cerewet memberi tahu arah jalan menuju rumahnya dan Yin yang selalu telat belok karena tidak familiar dengan jalan tersebut. Sempat-sempatnya juga mereka berdebat di tengah jalan dan berujung dengan, "Pokoknya kasih aba-aba dulu sebelum belok-belok. Jangan mepet kasih taunya," terlontar dari mulut Yin.

"Makasih banyak P'Yin. Maaf ngerepotin terus," kata War sembari turun dari motor.

"Santai aja, gih masuk. Udah malem."

"Sekali lagi makasih banyak P', hati-hati pulangnya."

"Oke. Besok ketemu lagi di sekolah. Dadah." Yin melambaikan tangannya singkat lalu kembali memegang kemudi motornya, bersiap untuk pulang.

Waruru [YinWar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang