07

45 4 2
                                    

“Sudah kubilang kau boleh pergi. Aku bukan anak kecil yang harus kau jaga sepanjang hari.” Taera menatap malas kearah Taeyong yang tak kunjung pergi “Kau harus tiba di rumah sakit sebelum pukul dua belas.”

“Kau yakin kau baik-baik saja sendirian?”

“Oh Tuhan, aku bukan balita.” Taera merotasikan bola matanya malas

“Taera..”

“Hmm apa lagi Lee Taeyong?”

Taeyong menatap manik mata Taera selama beberapa detik tanpa mengatakan sepatah katapun, membuat Taera mengernyitkan dahinya “Apa?” ujarnya sekali lagi

“Jaehyun. Bukannya laki-laki itu aneh?”

“Aneh bagaimana?”

“Hanya saja aku merasa dia begitu misterius. Dan aneh. Kurasa tak ada salahnya jika kau berjaga-jaga jika dekat dengannya.”

Kemudian sebuah tawa kecil membuat Taeyong terperangah “Taeyong apa yang sedang kau khawatirkan? Jaehyun orang yang baik, juga tampan.”

“Tampan? Lalu bagaimana denganku? Bukankah aku tampan juga?” Taeyong menyodorkan wajahnya pada Taera

“Ya, terserah kau saja..” Gadis itu mengangguk malas “Taeyong pergilah jika kau tak ingin terlambat, aku sungguh bisa mengurus diriku sendiri. Aku akan langsung meneleponmu jika terjadi sesuatu.”

Taeyong tampak berpikir sejenak, kemudian menghela napasnya pasrah “Baiklah, berjanjilah padaku kau akan baik-baik saja. Hubungi aku jika sesuatu terjadi, oke?” ujarnya sembari mengenakan coat cokelatnya

Taera mengangguk, diikuti oleh Taeyong yang bangkit dari tempatnya duduk “Aku akan pergi sekarang.”

“Pergilah astaga..”

Laki-laki itu mencebik sebelum meninggalkan Taera. Setelah menunggu selama setidaknya sepuluh menit, Taera memanggil seorang suster “Suster, aku rasa aku sudah mulai membaik, jadi aku akan mengambil obatku dan pulang saja.”

“Nona, tapi..”

“Oh ayolah, aku punya banyak pekerjaan..”

Suster itu tampak pasrah, kemudian membawakan Taera obatnya yang telah dikemas dalam sebuah paperbag, kemudian melepas infus gadis itu. Taera mengenakan sandal bulunya, kemudian berjalan keluar menuju tempat pemberhentian taksi

Usai memesan taksi menuju apartemen, Taera mendapati dirinya kini hanya berdiri mematung didepan pintu apartemennya, mengamati kearah pintu apartemen Jaehyun, mengingat momen dimana seorang gadis berdiri disana, kolega katanya, tapi ia tak puas dengan jawaban itu

Ia menghela napas, kemudian memilih untuk masuk kedalam rumahnya, mulai membersihkan sisa-sisa ramen cupnya yang berserakan diatas meja makan, memasukkan sampah-sampah itu kedalam polybag hitam sebelum meletakkan sampah itu didepan apartemennya

“Lee Taera?”

Gadis itu mendongak, menatap seorang laki-laki dengan kemeja biru langit tengah membawa kantong berisi pizza dan cola, mengangkat benda itu kemudian “Mau makan bersama?”

Taera tak bergeming, ia masih menatap laki-laki dihadapannya dengan tatapan yang sulit dijelaskan “Aku tak tau apa kau boleh makan junk food tapi aku akan memakannya sendiri jika kau menolak..”

“Ah aku suka pizza, masuklah.” Taera membuka pintu apartemennya lebar-lebar, selebar senyuman yang kini disunggingkan oleh Jaehyun. Kini keduanya masuk kedalam apartemen milik Taera “Sedikit berantakan tapi kuharap itu tak menjadi masalah besar.”

“Tidak masalah, Taera.”

Jaehyun mengambil duduk diatas karpet bulu dibawah sofa milik Taera, kemudian menyiapkan pizza berukuran besar itu diatas meja, lengkap dengan cola. Taera mengambil duduk diatas sofa, sebelum gadis itu menyalakan televisi dengan suara yang mendominasi

“Kau pulang tanpa memberitahuku atau Taeyong? Kau pulang sendiri?”

“Ya, aku hanya bosan di rumah sakit. Lagipula aku sudah merasa jauh lebih baik sekarang.” Jawabnya sembari tersenyum tipis

“Sebaiknya kau tak meminum cola, aku akan mengambilkanmu air putih.”

Sebelum Jaehyun bangkit untuk mengambil air, terlebih dahulu Taera meraih tangan laki-laki itu, menggenggamnya selama sepersekian detik yang mampu membuat wajahnya memanas

“Oh maaf. Aku sedang tak ingin minum jadi kau tak perlu mengambilkanku air.” Ujarnya terbata, menyadari apa yang ia lakukan baru saja

“Baiklah.” Jaehyun kembali mengambil duduk, kemudian mengamati gadis yang duduk diatas sofa yang kini memfokuskan dirinya pada televisi “Bisakah aku bertanya sesuatu padamu?”

“Uh-hm tanyakan apapun padaku kecuali matematika atau fisika.”

Jaehyun terdiam sejenak, sebelum melontarkan pertanyaannya

“Bagaimana ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta?”

Kini Jaehyun dapat mendengar gadis itu tertawa ringan, “Kau bertanya tentang hal seperti itu padaku? Ya, bagaimana aku menjawabnya, ya..” Taera tampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya , “Kau bertanya tentang hal seperti itu padaku? Ya, bagaimana aku menjawabnya, ya..” Taera tampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya

“Umumnya jika kau jatuh cinta, kau akan merasa ada ribuan kupu-kupu diperutmu ketika kau melihatnya, kau akan berdebar ketika melihatnya, kau tak bisa berhenti memikirkannya, setelah kau memikirkannya kau akan mendapati dirimu sering tersenyum tanpa alasan, kau banyak menghawatirkan tentangnya, kau akan merasa lengkap jika dia berada didekatmu, kau akan merasa rindu jika dia tak didekatmu, sesuatu seperti itu.”

“Apakah menyukai seseorang semenyenangkan itu?”

“Entahlah, Jae. Hanya saja jika cintamu berbalas, hal itu akan menjadi menyenangkan.” Taera melempar senyuman kearah Jaehyun yang kini menatapnya dalam-dalam

Kemudian laki-laki itu mendapati, bahwa dirinya kini berdebar, ketika netranya bertemu dengan netra milik Taera

••

Pertama, ada ribuan kupu-kupu menggelitik perutmu

Kedua, kau berdebar ketika melihatnya

Ketiga, kau tak bisa berhenti memikirkannya

Keempat, kau sering tersenyum tanpa alasan

Kelima, kau mengkhawatirkan tentangnya

Keenam, kau akan merasa lengkap jika ia berada didekatmu

Ketujuh, kau akan merasa rindu jika ia tak berada disekitarmu

Begitulah yang kucatatat dalam jurnalku, tanda-tanda orang sedang jatuh cinta. Kini aku tengah merasakan diriku merasakan tanda pada poin kedua. Entah bagaimana caranya. Yang jelas Lee Taera mampu membuatku berdebar

Bahkan tidur dengan Ester tak membuatku merasakan salah satu dari tujuh ciri diatas, tak satupun

Bukannya aku jahat, tapi aku menganggap Ester tak lebih dari teman yang selalu ada ketika aku sulit. Ia memang selalu mengatakan hal-hal tentang menungguku atau semacamnya, tapi aku tak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang serius karena kami adalah teman

Ya setidaknya seperti itu yang kupikirkan

Aku terbagun pada pagi di tanggal 12, semua relawan telah bersiap untuk masuk kedalam van ketika segala macam persiapan telah dilakukan. Aku mengambil duduk disamping Lee Taera yang kini tersenyum cerah kearahku, sementara suasana mendung terjadi tepat di samping kanan gadis itu, Taeyong menatapku seolah ia akan menelanku bulat-bulat

“Hei.” Sapaku, yang dibalas oleh senyuman lebar oleh Taera

Sementara jauh didalam sana, jantungku berdebar tak karuan

Perjalanan dari kota Seoul menuju Guryeong hanya memakan waktu satu jam dengan mobil. Namun agaknya semua orang didalam van kini tengah tertidur, tak terkecuali Taeyong yang menyandarkan kepalanya pada bahu Taera, sedangkan gadis itu hanya menatap lurus kedepan

Namun ternyata perkiraanku salah, karena ia ternyata tengah memejamkan matanya dengan kepala yang kini tau-tau saja berada di bahu kananku, Lee Taera, gadis itu menyandar padaku

Kini sebuah sensasi aneh terasa mendominasi diriku

Ciri-ciri pertama, ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutmu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

62 Days ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang