Aku memandangi kakiku dibawah meja dan menggoyangkannya beberapa kali, ramai di tempat ini tidak membuatku merasa nyaman. Apalagi ayah angkatku mengacuhkanku sekarang dan malah berbincang dengan orang yang sangat asing bagiku, dia wanita.
Tanganku memangku diatas paha, aku sudah membaik sejak tiga bulan yang lalu, dan tidak membutuhkan alat-alat menyebalkan itu lagi, aku sudah bisa berjalan dengan normal.
Ayah angkat, atau aku panggil seperti biasanya sebut saja Daddy dia tidak ada yang berubah dari sikapnya semenjak..kau tahu? Malam itu.
Hahh jika mengingatnya itu sangatlah memalukan kawan, dan Daddy mengungkitnya sewaktu menonton. Astaga, jantungku berdetak tidak karuan didalam sana, untung saja aku bisa mengendalikan ekspresiku.
Aku memandangi keseluruh ruangan yang di cafe ini asalkan tidak melihat kearah Daddy yang tersenyum sangat tampan didepanku untuk wanita itu.
Kalian tahu bagaimana perasaanku bukan?
Benar, ini rasa cemburuku.
Wanita itu sangat cantik, rambut emas panjangnya yang bergelombang membuatnya tampak anggun. Daddy bilang wanita itu rekannya dirumah sakit, dan sudah pasti wanita itu dokter.
Kami bertemu saat akan keluar dari bioskop dan saat itulah wanita ini membawa Daddy kemari untuk berbincang, katanya ingin mengobrol sebentar.
Siapa namanya tadi? Kalau tidak salah hmm Somi? Yap benar Somi jika aku tidak lupa. Sangat cantik saat dia tertawa kecil.
Apa dia menyukai daddy? Atau malah sebaliknya?? Tidak boleh!! Daddy hanya milikku!
Mata wanita itu sudah tergurat jelas jika dia menyukai Daddy. Tanpa sadar aku mendengus, Daddy mengalihkan perhatiannya padaku.
"ada apa Jihoonie?" aku menggeleng kecil dan ku lihat wanita itu tersenyum padaku, tentu saja aku tidak mau melihatnya dan hanya tertuju pada Daddy.
Aku menunduk menatap kue ku yang tersisa sedikit lalu mengatakan pada Daddy kalau aku lelah.
Aku belum lelah, ini hanya alasanku agar Daddy tidak mengacuhkanku lagi saat bersama wanita itu.
Wanita itu akhirnya pergi saat mendapatkan telpon entah dari siapa dan setelahnya pergi menjauh dari dunia, ouh pikiranku yatuhan! Maaf, aku hanya sedikit kesal dari rasa cemburuku.
Daddy lagi-lagi tersenyum padaku. Berhentilah~ ini tidak baik untuk kejiwaanku dad!
Aku kembali memandangi seisi cafe ini. Menghindar agar aku tidak menjadi gila karena daddy selalu tersenyum seperti itu, Daddy itu sangat tampan!!!! Aku tidak tahu kenapa pria tua didepanku bisa setampan ini!
Omong-omong, Wajah Daddy sangat familiar. Aku bertemu dengannya pertama kali saat dipemakaman kakek, kurasa aku pernah bertemu dengannya sebelum itu.
Memang aneh, aku belum genap satu tahun diadopsinya tapi kami sangat dekat, kalian tahu maksudku bukan?
Entah kenapa aku bisa berbuat semauku sejak bersamanya, aku tidak terlalu dikekang dan juga tidak terlalu bebas seperti remaja lainnya.
Hidup bersama kakek sejak aku lahir (menurutku) tidaklah seperti kalian pikirkan, dikekang, di ceramahi, ataupun sebagainya. Kakek selalu memanjakan ku dari kecil. Sangat menyayangiku, dan kakek selalu menuruti kemauanku, walaupun ujung-ujungnya aku tidak enak hati setelahnya pada kakek karena aku banyak maunya.
Jika kakek menolak keinginanku, pasti dia akan memberitahukanku sesuatu untuk bisa aku mengerti, dan yah aku merajuk pada kakek setelahnya. Hanya pada kakek aku seperti itu.
Aku mencebik bibir sedih saat mengingat kakek dan itu ditangkap oleh Daddy lalu menegurku kecil karena aku melamun sedari tadi.
"apa ada yang Jihoonie inginkan lagi?"
Daddy mengecek jam ditangannya sebelum kembali menatapku.
"apa daddy suka wanita itu?" tanpa sadar aku menanyakan itu pada Daddy, pertanyaan itu meluncur halus tanpa aku sangka. Aku sendiri terkejut ketika aku mengucapkannya.
Daddy terdiam, badan besarnya disandarkan pada kursi lalu terkekeh kecil.
Dahiku terlipat seperti kain sekarang, kekehan Daddy tidak berhenti. Aku meremat celanaku gugup, tidak kan? Katakan tidak Dad.
"ya,"
Bukan itu jawaban yang kuharapkan Dad.
"dia...wanita pertama yang daddy suka. Kau tahu sayang? Daddy jatuh cinta padanya pertama kali saat dia baru bekerja di rumahsakit hehe."
Bukan ini yang aku inginkan.
"tapi daddy tidak berani mengatakannya, daddy menunggu selama tiga tahun ini untuk mencari waktu yang pas. Bagaimana menurutmu? Apa daddy harus mengungkapkannya secepat mungkin?"
"daddy tidak tahu bagaimana menjalin hubungan, tapi daddy ingin serius dengannya."
Bukan ini yang ku mau.
"hahh daddy sangat buruk untuk memulai sesuatu yang seperti ini sejak dulu."
Aku diam, tanganku masih meremat diatas lutut. Wajahku kaku mendengar ucapan Daddy.
"daddy sangat ingin membangun masa depan dengan orang yang menjadi pilihan daddy sendiri. Somi, dia wanita yang sangat hebat. Daddy bahkan berkali-kali kagum padanya saat menangani pasien."
Daddy dengan semangat menceritakan ini padaku.
"dia mempunyai pesona yang sangat daddy sukai. Tapi Daddy...ragu ingin memulainya sayang, bagaimana ini?" Aku membasahi bibir keringku sebelum menjawab itu.
Fakta bahwa Daddy ternyata memiliki sifat 'ragu' membuatku bingung ditambah suasana hatiku semakin memburuk.
Tanganku mengusap diatas paha mengurangi rasa sakit hatiku, lagi-lagi mengalihkan atensiku selain daddy. Aku tidak tahu jika malam ini membuatku mendengar keluh kesahnya mengenai bagaimana cara menjalani hubungan.
Aku sendiri sudah menyedihkan. Menjadi gay, dan daddy menyukai orang lain...tentu saja!! Daddy itu normal! Bahkan aku tidak tahu kehidupan daddy diluar sana selain dia merawatku dirumah!
Jangan lupakan, aku masih mengenal daddy baru 10 bulan. Aish! Apa aku labil? Ya aku tahu aku remaja, tidak bisa dielak.
Tidak masalah. Jangan berhenti.
Ayo berpura-pura tidak tahu saja, jika mereka berdua ternyata saling menyukai.
Hapus kekhawatiran ini, dan jadilah seseorang yang merasakan seolah-olah hatinya meledak tidak karuan karena tindakan manis kekasihnya.
Hah~
Bukankah mensugesti diri sendiri itu sangat menyenangkan?
"ini sudah larut dad, apa kita pulang saja sekarang? Aku lelah," aku tidak menjawab keluhannya itu.
Daddy mengangguk lalu kami keluar dari cafe. Dalam perjalanan pulang aku diam ditempat. Biasanya aku akan berbicara ringan pada daddy, apalagi aku baru saja selesai menonton bersamanya, bukankah banyak hal yang bisa aku bicarakan? Tentu Aku memilih diam.
Daddy masih semangat menceritakan bagaimana wanita itu, bagaimana baik dan ramahnya dia, sesekali daddy terkekeh entah karena apa. Aku menatapnya dan sesekali mendengung menjawabnya lalu mengalihkan lagi.
Aku Menatap luar jendela mobil tanpa minat, semua yang ada diluar bagai sapuan asap yang menghilang dalam sekecap pandangan.
Jadi begini rasanya sakit hati dan cemburu?
Ini menyusahkan, tapi mau bagaimana lagi? Ini pilihanku.
Badanku bergetar saat mendengar suara gaduh menghantam perlahan pada kaca mobil dan aku menoleh pada Daddy. Aku sudah menangis dalam diam. Mobil melaju sebelum berhenti dibahu jalan. Dadaku memberat, akhirnya pelukan hangat itu datang.
"jangan menangis, ada daddy. Tenang, hujannya akan berhenti sebentar lagi. Jangan takut sayang, yatuhan." aku mengusap dadaku kasar dalam pelukan itu dan menggelamkan badanku pada daddy. Tangisku bertambah pecah betapa menyedihkannya diriku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUEApa masih ada yang minat book ini?
o(╥﹏╥)oSee you❤

YOU ARE READING
Get Closer (NIELWINK) I√
Fiksi Penggemar(COMPLETED) 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Jihoon membenci rintikan air. rintikan air itu membuatnya kehilangan dunianya, kakek yang menjaganya dari lahir. orang tua? hahaha jangan membuatnya mendengar pertanyaan itu. Wajah mereka bahkan ia tidak tahu. hidup seoran...