1

6 0 0
                                    

Suara gemericik ombak laut menghanyutkan pikiran lia, seakan melepas semua beban yang tak bisa disuarakan olehnya. Kehangatan mentari sore yang hampir ditenggelamkan oleh laut itu tak kalah menakjubkannya, layaknya lukisan yang bisa dirasakan kenyamanannya. Langit senja tidak pernah membosankan pasti selalu ada hal baru didalamnya. 

Ketika matahari sudah hampir tak terlihat sinarnya, lia kembali kehotel tempat dia bermalam menyisiri pepohonan yang sangat rindang. pikirannya tak henti-hentinya terus bersyukur bisa diberikan nikmat hidup yang sangat indah. 

Menunggu pintu lift terbuka, tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang. 

" ataa liaa" lia menoleh melihat ponakannya yang menggemaskan dan tak berfikir lama untuk menggendong khansa yang masih berusia 3 tahun. 

"Dari mana lia?" tanya kak Kemal yang membuntuti khansa, satu-satunya saudara kandung yang dia milikki. 

"Dari pantai kak, kak nisa mana kak? Sambil mencari dibelakang kak Kemal tapi nihil.

Kak kemal menengok kebelakang bingung mencari istri tercintanya "kemana yaa, tadi ada dibelakang kakak"

"Yaudah tunggu dulu aja kak" sambil menggoda khansa yang sudah nyaman dalam gendongan lia.

"Tadi kakak dari mana emangnya? Ko bisa ga engeh kak nisa gaada?" Tanya lia terheran2.

"Tadi tu kakak dari minimarket beli cemilan buat dikamar sama beli minyak telon buat khansa" kak kemal menjawab pertanyaan lia tapi sibuk memainkan telfon genggamnya.

"Maaf lama yaa" kak nisa datang dengan langkah sedikit berlari.

*Ting nongg* suara lift yg entah keberapa kali sampai di lobby.

Mereka langsung memasuki lift dan menuju ke kamar mereka.

"Dari mana nis, ko tiba2 ngilang?" Tanya kak kemal di dalam lift yang hanya ada 1 orang asing didalamnya.

Langkah mereka keluar meninggalkan lift.
"Dari ATM mas, tadi tu aku mau bilang tapi mas tadi kejar khansa lari2an" menjelasinya sambil membuka pintu kamar mereka.

1 unit yang dipesan memiliki 2 kamar, 1 untuk keluarga kecil kak kemal dan 1 lagi untuk lia.

Sampai dikamar, lia langsung meletakkan khansa di kasur karena sudah lelap tertidur.

Kak kemal, kak nisa, dan lia melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Setelah itu sibuk membersihkan diri untuk makan malam di restaurant hotel.

Lia menyiapkan stroller untuk khansa, tidak mungkin jika khansa ditinggal sendiri dikamar.

"Kak kemal besok pagi kita jalan jam berapa?" Tanya lia agar besok bisa bersiap dan tidak terlambat bangun.

"Jam 6 berangkat kali ya de, supaya masih sempat liat sunrise dan main dipantainya juga ga panas-panas bangett" jelas kak kemal yg sedang memindahkan khansa dari kasur ke stroller.

"Okee deh kak, yukk makan. Udah siap belum? Aku laperr" Protes lia karna sudah tidak bisa menahan laparnya.

"Bentar deee" saut kak nisa yang belum siap membereskan baju-baju kotor.

"Yayahh" khansa terbangun dari tidurnya.

"Iyaa sayangg? Khansa laper juga ya? Yuk kita mam yuk, bentar yaa nunggu bunda sebentar lagii" Kak kemal beranjak membantu kak nisa membereskan semuanya.

"Yuk liaa" ajak kak nisa yang segera mendorong stroller khansa.

Bahagianya liat keluarga kecil kak kemal, semoga calon suami ku kelak bisa sesabar kak kemal, sangat amat sayang dengan keluarganya. Lia hanya bisa meminta dengan ia yang memiliki langit dan bumi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Laa Hawlaa Wala Kuwata Illa BillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang