Sekolah heboh di pagi hari, sementara aku masih diam memikirkan pesan Troye kemarin. Sampai sekarang pria misterius itu belum muncul.
"Desas desus, Cowok Manis." Ujar beberapa teman sekelas ku, Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Kini aku mulai pusing mendengar kericuan Mereka.
"Semoga aja di kelas kita, soalnya gak ada satupun cogan si sini."
"Enak aja Lo ngomong Re, gue ganteng Kali."
"Tahu tuh cewek cewek, Dia kira mereka Cantik apa."
Mereka kesal karena saling menghina satu sama lain, Aku juga bingung apa yang mereka bicarakan. Tapi, Aku memilih cuek untuk tidak peduli meski itu sangat mengangguk telinga ku.
"Eh, Bu Tut datang." Beberapa murid yang tinggal di luar kembali masuk ke kelas, seketika kelas nampak hening.
Bu Tuti, mereka menistakan nama Bu Tuti dengan bu-tut jadinya Butut. Aku tidak ambil pusing mereka memang begitu, Bar-bar.
Bu Tuti datang dengan buku absennya yang selalu ia genggam di depan dada, dengan gaya khasnya. Rok hitam selutut, baju kemeja putih dan kaca mata minus 80-an yang sering ia pakai. Tubuhnya kurus dan sedikit menyeramkan. Dia wali kelas kami.
"Bu, Fero gak masuk Bu." Teriak salah satu murid, siapa lagi kalau bukan murid nakal di kelas ku.
"Gak nanya." Teman sekelasku tertawa karena ucapan Bu Tuti. Aku diam saja, tidak lucu juga.
"Hari ini ibu membawa murid baru ke kelas kalian, ibu harap kalian memberikan contoh yang baik pada teman baru kalian. Terutama kalian laki-laki nakal." Aku mendegus, malas sedikit.
Aku melirik ke belakang, Bangku kosong yang sering ku lihat dengan seseorang yang duduk di sana terlihat hampa tanpa seseorang, Troye. Aku mencarinya, di mana dia.
"Silakan masuk!" Ujar Bu Tuti. Murid baru itu masuk dengan wajah datarnya. Dia menatap ke depan tanpa ekspresi, sepertinya ia galak. Itu deskripsi ku pada anak baru ini.
"Oh yah, nanti ketua kelas temani dia mengambil bangku di gudang sekolah." Ujar Bu Tuti, ia menggendong absen lalu berlalu begitu saja meninggalkan sekolah.
"Gue boleh minta bantuan Lo gak, Lo aja yang nemenin. Gue lagi banyak tugas nih." Ujar Bagas, Sang ketua kelas. Aku mendegus, kenapa harus aku.
"Ye, Lo itu orangnya baik, jadi gue percaya." Aku memutar bola mata jengah, tapi biarlah. Aku tidak boleh bersikap tidak baik pada orang baru. Aku bangkit mengikuti Bagas yang menghampiri murid baru itu.
"Eh, Nama Lo siapa. Tadi butut gak perkenalkan diri Lo." Ujar Bagas dan aku di belakangnya.
Dia diam, tanpa menjawab ucapan Bagas. Apa dia bisu? Aku tidak tahu juga.
"Hmm, gue Bagas ketua kelas. Karena gue banyak tugas makanya gue minta tolong sama Adisty, kenalin dia Adisty." Karena tidak ada tanggapan Bagas memperkenalkan diri dan menjelaskan perihal masalahnya yang tidak bisa menemani laki-laki itu untuk ke gudang dan sekalian memperkenalkan namaku pada laki-laki itu.
Bagas mendegus, ia sedikit jengah dengan anak baru itu, ia lalu berlalu tak lupa menepuk pundakku sepertinya ia mengode semangat padaku.
Dalam artian" Sabar, Mungkin dia tidak bisa bicara." Pemikiran ku dengan Bagas memang sama. Aku menhelan nafas lalu melirik laki-laki itu.
"Ayo." Aku berjalan keluar kelas di ikuti laki-laki itu dari belakang.
Aku masih diam, ia mulai berjalan sejajar dengan ku. Dari tadi, ia belum mengeluarkan kata-kata apa apa. Aku tidak tahu, benarkah dia bisu dan tidak bisa berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Lorong Sekolah!!!
Gizem / GerilimSetelah kejadian itu, Ia tidaklah muncul lagi. terkadang menjadi spesial itu harus butuh mental yang kuat. membantu seseorang itu bukan hanya dilihat dari sisi alam berbeda tapi hatinya. Cahyani Adisty Perempuan spesial!!