My Destiny

437 30 3
                                    

"Apa ini?" sorot wanita bersurai pirang dengan manik hazel itu terlihat angkuh saat mendengar pertanyaan pria mungil didepannya.

"Lihat saja sendiri." ujarnya ketus.

Tangan berkulit tan itu memungut amplop putih yang dilempar saudarinya.

Manik samudranya yang cantik membola membaca sederet tulisan pada selembar kertas didalam amplop.

"Kau hamil?" tanyanya.

Wanita itu menyeringai, kepalanya mendongak sombong.

"Ya. Dan itu anakknya Sasuke. Jadi, sekarang ku beritahu padamu segera tinggalkan dia karena kami akan segera menikah!" ucapnya bossy.

Iris sewarna langit itu mengembun. Hatinya benar-benar sakit juga syok disaat yang bersamaan ketika tahu jika kakak perempuannya kini tengah hamil dan itu karena pria yang merupakan kekasihnya sendiri. Orang yang ia cintai.

"Tidak! I-ini tidak mungkin!" sanggah pemuda mungil itu, kepalanya menggeleng kuat dengan airmata yang bercucuran.

"Apanya yang tidak mungkin?! Aku hamil anak Sasuke, dan usianya sudah 3 bulan. Kau sudah melihat sendirikan buktinya disana."

"Maaf Naru, mungkin aku memang terdengar egois. Tapi kau harus meninggalkan Sasuke, sebab anakku membutuhkan ayahnya." ujar wanita itu tanpa belas kasih.
Kemudian meninggalkan sosok sang adik didalam kamar pemuda itu.

Perlahan tubuh mungil itu merosot kelantai, kakinya sudah tak mampu lagi menahan bobot tubuhnya sendiri. Air mata senantiasa mengalir, membasahi pipi cabi nan mulusnya.

"Kenapa? Kenapa Sasuke?" lirihnya sambil terisak. Tangannya merogoh kantung bajunya menggenggam sebuah benda persegi panjang kecil dengan dua garis biru ditengahnya. Diremasnya benda itu kuat seolah menyalurkan rasa sakit hatinya.

Dengan pelan kaki kaki mungil itu menuruni anak tangga rumah.

Saat hampir sampai diruang tengah telinganya bisa mendengar gelak tawa banyak orang disana. Perlahan ia mendekati sumber suara ramai itu hingga orang orang disana mampu melihat sosoknya.

"Naru-chan!" seru seorang wanita paruh baya dengan ceria ketika iris kelamnya melihat pemuda manis itu muncul. Dengan sigap dipeluknya tubuh pemuda yang lebih muda dari putra bungsunya itu penuh kasih sayang.

"Apa kabar sayang? Cukup lama kita tidak bertemukan." ujar wanita itu.

Naruto hanya mampu tertegun saat tiba-tiba tubuhnya ditubruk sosok wanita yang sangat disayanginya.

"Bibi." panggilnya pelan.

"Iya sayang."

"Kenapa bibi ada disini?—

Diedarkan pandangannya disana dan ia melihat ada juga sosok Fugaku Uchiha suami Mikoto Uchiha wanita yang memeluknya. Juga ada Itachi putra pertama pasangan Uchiha itu, kemudian

Deg

Sosok itu, sosok pemuda seusia kakak perempuannya. Pemuda yang menjadi sumber tangisannya hari ini, masih dengan style cikhen buttnya pria itu terlihat tetap memawan.

" —ada apa kalian semua berkumpul?."

Mendengar pertanyaan bocah manis itu Mikoto tersenyum lebar.

"Tentu saja untuk membahas pernikahan Sasuke dan Naruko sayang."  andai Mikoto tahu seberapa hancurnya hati pemuda manis kesayangannya ini sekarang. Akankah ia masih mampu mengucapkan kata-kata itu dengan nada riang.

Dengan susah payah Naruto menyunggingkan senyumnya untuk wanita yang dianggapnya ibu ini mengingat ibu kandungnya sendiri yang tak pernah menyayanginya.

"Kau senang kan Naru sayang." tanya Mikoto lembut, ia begitu menyayangi Naruto seperti putra kandungnya sendiri. Inginnya wanita itu pemuda inilah yang menjadi menantunya, namun apa dikata Sasuke putra bungsunya mencintai Naruko (sepengetahuan Mikoto) bahkan membuat gadis itu hamil diluar nikah.

"Tentu. Tentu aku sangat senang, bukankah aku dan Sasuke kini akan jadi sodara." entah kekuatan dari mana Naruto mampu mengatakan semua itu disertai senyum lembutnya yang tulus, sungguh senyuman itu nyatanya penuh akan kepedihan dan sosok raven disana tau itu.

"Kalau begitu ayok kita duduk disana berkumpul dengan yang lain." ajak nyonya Uchiha itu namun pemuda bersurai secerah mentari itu mengeleng.

"Maaf bi Naru tak bisa, Naru harus pergi —

" —Kau akan pergi kemana malam-malam begini Naruto!."

Haruskan Naruto menangis sekarang? Baru pertama kali ini Kushina, ibu kandungnya bertanya ia akan kemana dimalam hari. Karena biasanya jangankan bertanya melirik pun wanita itu tak sudi.

"A-aku ada tugas kelompok d-dirumah Kiba Kaa-san." jawab Naruto.

"Kalau begitu aku permisi semuanya." dengan cepat Naruto melangkah keluar dari sana saat dilihatnya Mikoto ingin membuka suara, guna mencegahnya. Sungguh hati pemuda 19 tahun itu tak akan sanggup jika harus berlama-lama disana. Menanggung sakit hati dikala orang-orang disekitarnya merasa gembira, sangat sulit untuk melakukanya.

Saat sampai didepan pagar rumahnya yang menjulang barulah pria mungil itu melepas isakannya. Suara tangiasnnya terdengar begitu memilukan bagi setiap orang bahkan untuk sosok tinggi yang kini berdiri dibelakang Naruto.

Grebh

Tubuh mungil itu menegang dengan isakan yang mendadak berhenti kala merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Ia tahu siapa sosok itu, dari aroma tubuhnya yang khas ia sadar bahwa sosok itu adalah sseseorang yang menjadi alasan utama mengapa ia tampak menyedihkan begini.

"Maaf." hanya dengan sepenggal kata dari sosok itu mampu membuat tangis seorang pemuda ceria nan riang sepertinya kembali pecah.

Tbc/end

Gimna menurut minna? Ini fic bertema boyslove pertama aku. Aku mau denger pendapat kalian, ya sambil senggang² dari fic Kk2 sama HN bt UN.

Kalo suka kasih vomentnya kalo gak kasih komennya juga hehe..

Kalo antusiahnyalumyn aku lnjt...

Ok gitu aja ..bye bye.👋

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang