27 - Partner in Crime

23 2 0
                                    

Setelah Zain mendengar penawaran dan rentetan rencana Amel, ia pun mendapatkan jawabannya.

"Gimana Zain?"

"Oke Mel, aku terima tawaran kamu."

"Serius nih? Wah ternyata secepet itu kamu bisa terpengaruh ya. Aku pikir bakal susah ngeyakinin kamu."

"Terserah deh. Ini semua cuma karena aku sayang sama Lala."

"I see. Jadi kita deal??" tanya Amel lagi sembari mengulurkan tangannya.

"Deal." jawab Zain dengan menjabat tangan Amel.

Sangat disayangkan, pertahanan Zain akhirnya goyah juga. Ia terbujuk rayuan Amel untuk menjadi partner-nya. Kini mereka punya satu misi yang sama yaitu memisahkan Rafa dan Lala. Dengan tujuan agar Lala bisa kembali pada Zain dan Amel pun bisa mendapatkan Rafa lagi. Inilah awal hubungan Zain dan Amel sebagai partner in crime.

Seperti jarkoman yang dibuat Rafa di grup, sepulang sekolah satu per satu anak OSIS mulai berkumpul di ruang OSIS.

Lala yang mengira akan terlambat untuk rapat begitu terkejut melihat ruang OSIS yang masih sepi. Hanya ada beberapa anak yang sedang duduk-duduk santai di dalam sambil mengobrol ataupun fokus ke ponsel masing-masing. Waktu pulang sekolah sudah berlalu sejak 30 menit lalu, Lala baru datang ke ruang OSIS karena tadi harus membicarakan tugas kelompok dulu di kelas, itu sebabnya ia mengira akan terlambat. Namun, ternyata dugaannya salah.

Lala memutuskan untuk duduk selonjoran di dalam sambil membuka novelnya. Ia berpikir mungkin bisa dapat tiga sampai lima halaman sembari menunggu rapat dimulai.

Baru selesai membaca dua halaman, Lala sudah dikejutkan oleh sebuah suara seseorang yang tiba-tiba ikut duduk di sampingnya.

"Hai, Lala!!"

"Ehh. Hai kak."

"Kamu udah dari tadi di sini?"

"Gak kak. Baru aja kok. Ini baca aja baru dapet dua halaman. Padahal aku kira tadi aku udah telat loh. Soalnya aku tadi bahas tugas kelompok dulu di kelas."

"Masih sepi gini kok! Ya gak mungkin telat lah La."

"Nah iya itu, padahal sekarang udah jam berapa? Sesuai jarkoman harusnya rapatnya udah mulai sekarang kan kak?"

"Haha. Lala-Lala, kamu kayak baru sekali aja ikut rapat OSIS kita. Biasanya juga gimana? Jarkoman jam berapa, mulainya jam berapa. Iya kan?"

"Hmm iya juga sih."

"Lagian Pak Ketos-nya juga lagi latihan basket sekarang. Ini rapat gak bakal mulai sebelum si Rafa kelar basket kan? Toh yang lain juga belum pada kumpul."

"Walah, gitu ya kak. Ehm, kak Zain gak ikut main basket juga sama kak Rafa?"

"Aku emang gak masuk tim basket sekolah kok La. Lagian aku juga gak suka main basket."

"Terus sukanya apa?"

"Kamu."

Mendengar jawaban Zain, Lala justru terkekeh geli. Lala sungguh menganggap itu hanya candaan Zain. Padahal Zain berkata serius.

"La. Emang lucu ya? Kamu sampe ketawa gitu."

"Aduh, lagian kak Zain ada-ada aja."

Zain memutuskan untuk tak lagi membahas itu sekarang. Ia takut raut wajah Lala jadi berubah lagi.

"La?"

"Ehh iya kak?" Lala sudah menghentikan tawanya.

"Ini beneran kamu gapapa kalo sampe malem rapatnya?"

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang