🎃
sich mit Bedauern bewusst sein, dass jemand, etwas nicht mehr in der Nähe ist, nicht mehr zur Verfügung steht, und dies als persönlichen Mangel empfinden.
(n.) vermissen
🎃
Jaehyun sedikit berlari dengan riang sembari membawa kantung kresek berisi belanjaan bahan masakan untuk membuat hot pot kesukaan seseorang. Tepat ketika langkahnya berhenti di depan pintu. Jaehyun mengetuk pintu di hadapannya dengan senyuman yang masih merekah. Tidak sabar ingin memamerkan bahan masakannya kepada orang tersebut.
Pintu terbuka, menghadirkan lelaki manis yang menyambutnya dengan senyuman. Jaehyun memeluk orang itu singkat, lalu mengecup bibirnya sekilas.
"Aku pulang sayang" serunya sembari masuk dan memamerkan tas keresek di tangannya.
"Aku akan memasak makanan kesukaanmu hari ini" Jaehyun langsung melesat menuju dapur tanpa sempat beristirahat. Dia hanya melempar jas kerjanya pada sofa yang baru saja di lewatinya. Lelaki manis yang sudah menyambutnya mengikutinya dari belakang. Lelaki manis itu mendudukan diri di depan meja yang posisinya mengarah ke dapur sehingga dia dapat menonton Jaehyun memasak dengan jelas. Tidak ada sepatah kata yang terucap dari lelaki manis itu. Dia hanya tersenyum. Tersenyum bahagia. Jaehyun tau itu, sang pujaan tengah berbahagia.
Jaehyun bergulat dengan masakannya tampak serius. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan apakah sang pujaan masih memperhatikan kegiatannya. Dan tentu saja, kerap kali Jaehyun menoleh, Jaehyun akan menemukan sosok itu tersenyum manis padanya. Senyuman itu berhasil dengan sekejap menghilangkan rasa lelahnya. Berkutat dengan masakan terkadang melelahkan, tapi tidak jika Jaehyun memasak untuk kesayangannya sekarang.
Jaehyun tersenyum puas ketika hasil masakannya selesai. Hidangannya terlihat sangat mewah. Hot pot yang sudah tersaji itu dia pindahkan pada meja dimana sang pujaan sedang tersenyum merekah menunggunya. Keduanya berbalas senyum ketika saling bertemu pandang.
"Hati hati, ini masih panas" perhatian Jaehyun pada orang dihadapanya itu membuat siapapun yang melihatnya akan merasa iri. Jaehyun mengaduk perlahan soup hot pot di depannya, menuangkannya pada sebuah cawan, lalu dia sodorkan pada lelaki manis di hadapannya.
"Makanlah" ujarnya. Lelaki manis di hadapannya itu perlahan memakan masakan hasil suaminya. Memakannya dengan lahap, tersenyum dengan bangga. Betapa bersyukurnya dia punya lelaki sempurna seperti Jaehyun di hidupnya.
Jaehyun tersenyum puas melihat sang pujaan yang sedang makan dengan lahap. Tidak ada kebahagiaan lain selain hari ini.
Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanya, Jaehyun bangkit. Sekilas menatap sang pujaan yang masih makan dengan lahap sebelum dirinya melesat ke depan pintu. Suara ketukan itu semakin terdengar jelas ketika dirinya berdiri di depan pintu.
Jaehyun mematung dan tanpa sadar kembali mengetuk pintu rumahnya.
Tatapannya kosong. Kini Jaehyun tersadar. Sudah setengah jam lamanya dia berdiri. Pintu itu tidak terbuka.
Matanya tiba tiba terasa perih. Hatinya sesak. Pelopak matanya sudah tidak sanggup membendung tangisnya.
Tidak akan ada yang membuka pintu rumahnya selain dirinya.
Jaehyun sadar, hidupnya sudah tidak seperti dulu lagi. Jaehyun lupa, kini dia sendiri.
°Vermissen°
-merasa kehilangan-
.Rindu.Tbc/fin?
🎃Paham enggak sama ceritanya? 😭
Btw kalian suka pusing nggak kalo aku sering nyelipin bahasa asing? :""