27. Anyelir [Jodoh]

6 1 0
                                    

Athala tertangkap basah oleh ayah Queen. Kesan pertama yang dipikirkan oleh Athala adalah galak karena Tuan Ehren terlihat gahar dengan raut wajah datarnya. Namun, setelah berkenalan dan sedikit berbincang, kesan itu seolah sirna begitu saja. Tuan Ehren begitu ramah dan menyambutnya dengan baik.

Mereka bertiga berbincang mengenai lamaran dan juga pernikahan. Athala yang melamar Queen mendapat restu dari sang ayah. Untuk masalah pernikahan, Tuan Ehren mempercayakan sepenuhnya pada Athala. Ia juga akan membantu secara finansial, meskipun tak banyak.

Tuan Ehren setuju bahwa pernikahan akan digelar di Jakarta, di sebuah gedung yang cukup megah. Athala sudah mengaturnya sedari masih di Jakarta.

“Kau sudah merencanakannya sematang itu?” tanya Queen bingung. Sementara ayahnya hanya mendengarkan.

“Ya.”

“Tapi kita baru membahas pernikahan hari ini, saat kita baru pertama kali bertemu setelah sekian lama. Sebenarnya kau akan menikahi siapa?” tanya Queen dengan suara yang meninggi. Ia bingung dan merasa dipermainkan.

“Queen, dengar du-”

Athala terkejut melihat Queen berdiri dan meninggalkan ruang tengah begitu saja. Ia pun mendesah dan memijit pelipisnya. Sementara Tuan Ehren menepuk bahunya pelan. “Sebenarnya ada apa?”

Athala menghembuskan napasnya perlahan sebelum bercerita. “Aku memang sudah memesan gedung dan mempersiapkan semuanya. Namun, aku belum menentukan tanggal. Aku hanya sudah membahas ini dengan pemilik w.o di sana. Aku menyiapkannya agar saat kami kembali bersama, Zeva tak perlu susah payah menyiapkan keperluan pernikahan. Ini murni kesalahpahaman, Ayah.”

Tuan Ehren mendesah. “Lantas, kenapa kau bisa dengan berani melakukannya? Apa yang akan kau perbuat bila kau tak bisa kembali bersama anakku? Kau punya cadangan wanita lain untuk dinikahi?”

Athala merasa terintimidasi. Ia menatap tegas Tuan Ehren. “Tidak begitu. Meskipun aku tak berhasil mendapatkannya, aku tak akan menikahi wanita lain. Aku akan merelakan acara itu gagal meski aku mengalami kerugian yang besar. Aku ini hanya mencintai putrimu. Bahkan aku menunggu dan bersabar selama ini hanya untuk itu.”

Tuan Ehren tersenyum, ia menyuruh Athala untuk menghampiri Queen ke kamarnya. Tentu saja posisi kamarnya sudah diberitahukan lebih dahulu oleh Tuan Ehren.

Langkah Athala tergesa. Saat ia baru akan berbelok, tubuhnya bertabrakan dengan sesuatu. Queen. Gadis itu memeluknya dengan erat. Enggan untuk melepaskannya.

“Maaf, aku salah paham.”

Athala terkejut, gadisnya mendengar semua perbincangannya dengan Tuan Ehren. Ia pun tersenyum dan membelai kepala gadisnya dengan sayang. “Syukurlah kau sudah mendengarnya.”

Queen mendongak. Ia menatap wajah Athala yang sedang tersenyum. “Maaf.”

“Jangan meminta maaf terus menerus.... Oh, ya! Kau masih menyukai bunga?”

***

4 bulan kemudian. Saat April singgah di kalender masehi, saat itu pula Athala dan Queen singgah di pelaminan. Tidak berlebihan, tapi dikategorikan mewah. Dua insan itu benar-benar menikah. Cukup banyak yang hadir dalam pesta pernikahan itu, diantaranya ada keluarga Alice, keluarga Chang Er, Madam Shu, Dinar, dan juga Rama. Saat itu Rama sudah tampak baik-baik saja. Saat mengucapkan selamat pada Athala, ia sedikit menggodanya dan untuk Queen, ia mendoakan agar hidup Queen bahagia selalu.

“Indah sekali. Kau benar-benar mendekorasinya dengan anyelir putih yang masih segar,” puji Queen dengan rasa takjub yang tak kunjung hilang.

“Aku ini orang yang memegang ucapanku sendiri. Dan lagi, aku hanya ingin kau senang. Jika kau pecinta bunga. Maka aku adalah lebahnya. Aku akan selalu mengikuti sejauh apapun bunga itu pergi.”

Queen tersipu malu. Kata-kata itu manis sekali. “Aku menyukai bunga  karena bunga adalah lambang keindahan yang nyata. Meskipun sudah hidup dengan lama, bunga itu akan tetap sama bentuknya. Beda hal dengan cantik yang dimiliki manusia. Fisik cantik manusia akan terus memudar seiring usia yang menua. Namun, ada satu hal yang kecantikannya abadi. Itulah hati.”

Athala tersenyum. Ia membelai punggung tangan Queen dengan lembut. “Kau sangat menyukai bunga.... Tak salah aku sudah menyiapkan toko bunga untuk kau kelola di Bandung.”

“Apa? Serius? Kita akan tinggal di Bandung? Aku juga punya toko bunga sendiri?” tanya Queen bertubi-tubi. Ia sungguh antusias.

Athala terkekeh. Ia mengangguk dengan pasti. Queen memekik senang dan memeluk suaminya dengan erat. Di tanggal 1 April, akhirnya ia menikah dengan harapannya. Pada dasarnya mereka saling mencintai, hanya saja cinta perlu waktu untuk menjadi nyata. Nikmat syahdu hadir dalam kosa-kata bahagia dengan balutan rumitnya rintangan.

Sejatinya takdir sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Manusia hanya bisa berusaha sebaik mungkin mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Tak perlu takut dengan apa yang sudah digariskan, hadapi saja. Asalkan terus berusaha dan berdoa, semua akan datang bila waktunya sudah tepat.

Tamat.

Gimana? Gimana?
Semoga kalian puas sama endingnya hehe
Tadinya mau kubuat jadi angst, tp rasanya sayang aja gtu klo plot twist di akhir
Nanti diamuk massa haha

Terimakasih sudah mau jadi pembaca setia 1 APRIL : QUEEN-ATHALA

See you on the next story!
Bubye~

[Desember 19 - Juli 20]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1 APRIL : Queen-Athala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang