Prolog

82 5 0
                                    

hadirmu seolah angin
datang dalam jenak yang sepi
mengobrak-abrik hati,
lalu pergi,
tak berperi


Ini aneh bukan? Jantungku langsung memacu. Berdebar keras bagai gemuruh di hari badai. Sontak napasku juga tertahan tatkala pandanganku jatuh pada gambar itu. Sebuah hasil jepretan kamera yang bernuansa hitam-putih pada layar laptop di depan Nina.

Aku merasakan ada hal yang sangat sentimental di dalam foto itu. Melihatnya mampu membuatku merasakan kesepian, kekosongan, dan kerinduan. Cahaya putih yang menyeruak di sela-sela dedaunan, menyorot persis pada tubuh laki-laki berambut gondrong yang tengah menjadi obyek utamanya. Dia yang sedang mengangkat sebuah kamera tersebut hanya terlihat bagian punggung saja. Secara aneh, hatiku seperti diaduk-aduk.

Hanya beberapa detik potret itu memenuhi layar. Nina, teman sekerjaku di toko bunga milik Mbak Yasmin itu sudah menggantinya dengan gambar yang lain. Akan tetapi, jantungku ini tak mau kembali ke ritmenya yang biasa. Aku meremas dadaku yang sedikit sesak.

“Itu siapa?” tanyaku penasaran dengan suara tercekat.

Nina mengernyit mendengar pertanyaanku. Hingga aku harus mengulurkan telunjuk ke arah layar yang kini menampilkan sebuah akun instagram yang sedang dia lihat. Tepatnya, pada lingkaran kecil yang menjadi foto profilnya.

“Oh.” Nina mengangguk-angguk sambil mengulum senyum. “Ini namanya Angin Pagi. Fotografer alam gitu, Mbak. Akhir-akhir ini aku lagi suka kepoin akun dia. Bagus-bagus, kan, fotonya?” jawab gadis berambut bob itu antusias. Kulihat ada binar-binar di matanya.

Ternyata mendengar nama itu justru membuat debaranku bertambah kencang. Pikiranku jadi berkelana ke satu bagian terpenting dalam sejarah hidupku selama dua puluh lima tahun. Masa di mana aku masihlah remaja tanggung berseragam putih abu-abu dan mengenal sosoknya; seseorang yang memiliki nama hampir sama yang juga berarti angin yang berembus di pagi hari.

Kotak pandora-ku pun terbuka seketika. Menampilkan potongan pahit getir masa SMA-ku yang cukup suram. Rasa sakitnya masih bisa kurasakan hingga sekarang.

Whispering Wind (republished) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang