25. Popcorn

123 25 0
                                    

"jadi lo tuntas hafalan? dan menang taruhan?", Tanya Ara antusias.

Dea mengangguk semangat,"hari ini, jadi hari pertama Althaf menjalani hukumannya", Dea dengan nada penuh kemenangan.

Hari ini jadi hari pertama mereka masuk sekolah setelah libur panjang selama Ramadhan. Tidak banyak kegiatan pada hari ini, hanya guru yang masuk untuk memberikan sambutan kembali atas kembalinya seluruh siswa, dan setelahnya tidak ada guru yang masuk. 

"Ra, perpus yuk. Istirahat juga masih lama", Ara mengangguk.

Ara menoleh kebelakang,"Key, Sheba..., perpus yuk", dua orang itu langsung menatap Ara.

Sheba berdiri,"gak papa, kalian lanjut aja. Gue ada perlu sama Nafis", jawab Sheba dan langsung berjalan meninggalkan mereka.

Keiyfa hanya menatap kepergian Sheba, lalu setelahnya menatap Ara, "kalian pergi aja. Gue gak ikut"

Dea mengerutkan keningnya, Dea mendekatkan punggung tangannya kearah kening Keiyfa, sambil sebelah tangannya lagi memegang kening sendiri.

"kamu sakit? kok diem mulu daritadi? tapi suhu tubuh kamu kayaknya normal", tutur Dea bingung.

Ara buru-buru menarik tangan Dea dari kening Keiyfa. "gue gak papa kok De", jelas Keiyfa jujur.

Dea hanya mengangguk,"yaudah deh, kami pergi dulu ya", pamit Dea kemudian.

Baru beberapa langkah Dea dan Ara berjalan, tiba-tiba Keiyfa bersuara.

"Ara!"

Ara menoleh kebelakang diikuti pula Dea.

"lo cantik pakek kerudung gitu", puji Keiyfa tulus.

Ara tersenyum penuh arti. Hari ini Ara memberanikan diri untuk mengenakan kerudung. Sebenarnya selama Ramadhan kemarin, ia sibuk memantapkan niatnya untuk mulai berkerudung.

***

Setelah beberapa saat diperputakaan. Akhirnya jam istirahatpun tiba.

"Ra, kantin yuk!" ajak Dea

Ara menatap Dea sesaat, selanjutnya ia menghembuskan nafas gusar, "gue malu De...",  ia menatap Dea sendu.

Dea mengerut,"buat apa malu sih heum, berbuat bener kok malu. udah yuk! ikut aja!", Dea langsung menarik lengan Ara dan menggandengnya menuju kantin sekolah.

Ternyata disana sudah ada Naysa dan Kia, namun siapa sangka disana juga ada Iki. Mereka langsung mendekat kemeja itu. 

"wow, Ra! Subhanallah  banget...", puji Kia takjub.

Naysa ikutan menoleh,"nah kan, apa gue bilang, lo itu wow banget kao berkerudung", timpal Naysa lagi.

Ara hanya terkekeh malu.

"betewe, bang Iki ngapain dimari? mau marahin Kia atau modusin Naysa", Tanya Dea santai.

Iki menatap Dea sinis,"lo ya De! omongan yang keluar dari mulut lo kok gak pernah bagus gitu", geram Iki sambil meletakkan pulpen yang ia pegang tadi keatas meja.

Dea tampak tak peduli, ia malah dengan santai memakan roti yang ia bawa dari kelas tadi,"bagus kok. Cuma ya, bang Iki aja yang gak pernah denger"

Iki memutar bola matanya malas,"iya, gak pernah ada yang bagus buat gue!"

"bang Iki bantuin aku nulis poin-poin penting buat lomba nanti",Kia menjelaskan.

Dea hanya mengangguk,"tumben bang Iki baik", sindir Dea lagi.

Iki menatap Dea jengkel,"lo ye! bisa gak gausah nyari-nyari masalah sama gue. salah mulu gue dimata lo"

"cewek emang selalu benar bang", sanggah Dea lagi.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang