Chapter 1

78 11 1
                                    

Hola aku balik lagi.

Happy reading.

Malam hari adalah waktu yang dimanfaatkan oleh semua orang untuk tidur, tetapi tidak untuk keluarga yang satu ini. Karena sedang ada sidang dadakan yang terjadi di ruang keluarga. Diruang tamu tersebut terlihat sepasang suami istri yang sedang mengintrogasi seorang perempuan, dan seorang pemuda yang sedang menonton sidang dadakan itu

"Udah yang keberapa?" tanya pria paruh baya seraya menatap lurus orang yang ditanya, sedangkan yang ditanya, hanya menghitung jarinya sambil berfikir. Sebenarnya petanyaan itu sudah sering gadis itu dengar karena setiap dia di drop out pasti itu pertanyaannya.

"Lima kali Dad," jawab perempuan tersebut menunjukkan kelima jarinya sambil cengengesan. "Lima kali? Wah banyak ya."

"Yaelah Dad, baru juga lima kali," jawab perempuan itu santai. Orang tuanya hanya menghela napas kasar, karena putrinya ini setiap lima bulan pasti kena drop out. "Jadi harus berapa kali?" sindir wanita paruh baya tersebut yang tak lain adalah Nabila, Ibu sang perempuan itu.

Perempuan itu berfikir untuk memberikan jawaban yang tepat "Sepuluh kali mungkin," jawab perempuan itu sambil menunjukkan kesepuluh jarinya. "Kenapa nggak lima belas kali?" tanya pria paruh baya yang tak lain adalah Daniel, Ayah sang perempuan itu. Mendengar perkataan sang ayahnya, gadis itu langsung menatap Daddynya. "Memang boleh Dad?" tanyanya penuh harap.

"Ya enggak lah bego," sambar seorang pemuda yang sedari tadi diam menyaksikan drama keluarganya. Mendengar ucapan sang pemuda itu perempuan tersebut langsung memegang dadanya menggunakan kedua tangannya, "Lo tega amat si Bang, ngatain gue bego," katanya dramatis. Pemuda yang dipanggil abang oleh pempuan itu sontak menatap jijik adeknya. "Dramatis banget lo. Lagian lo emang bego kali," balas Vian santai. Gadis itu langsung saja melotot tak terima "Eh Sapi, mulut lo kebanyakan makan rumput ye lemes amat?" ngegas gadis itu. Sang pemuda melotot tak percaya. Dia baru saja dipanggil sapi, hello namanya Savian bukan sapi. Mirip sih tapi yang benar aja. "Apa lo bilang gue sapi? Apa perlu gue eja? S-A-V-I-A-N. SAVIAN bukan sapi," jelas Vian menggebu gebu". Lawan bicara nya hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Iya Sapi, dan juga stop bilang gue bego karena gue nggak bego. Buktinya gue sama lo itu seangkatan padahal gue dua tahun dibawah lo," balas perempuan itu angkuh

Melihat keangkuan sang adek Vian langsung memutar bola matanya malas "Iya Zoya iya, lo nggak bego, lo emang pinter dalam pelajaran tapi, dalam hal lainnya lo bego" jawab Vian. Vian sebenarnya bingung melihat adeknya ini. Dulu adeknya tidak senakal sekarang. Semenjak memasuki sekolah menengah akhir kenakalannya semakin menjadi jadi. Ia juga merasa gagal karena tidak bisa menjadi abang yang baik. Dan merasa kasihan melihat orang tuanya yang selalu menasehati Zoya tetapi Zoya menganggap itu semua hanyalah angin lalu. Perempuan yang bernama Zoya itu mendelik tak suka mendengar ucapan terakhir sang abang. "Sialan,"desisnya.

Orang tua mereka yang sedang mendengar perdebatan kedua anaknya hanya terkekeh. Sedikit informasi, Zoya bisa seangkatan dengan Vian karena Zoya ngotot pengen sekolah padahal umurnya masih kurang untuk masuk sekolah umum akhirnya orang tuanya memasukkan Zoya ke sekolah akselerasi, untungnya otak zoya memadai sehingga ia bisa seangkatan dengan abangnya.

"Kali ini alasan lo di drop out apa?" tanya Vian. "Gue nonjok anak orang sampai masuk RS Bang," jawabnya santai. "Kenapa kamu nonjok anak orang?", tanya Daniel heran, pasalnya putrinya perempuan tetapi kelakuannya seperti laki laki.

"Karena dia nggak mau ngaku kalau dia-anak orang yang ... yang udah bully Lilis" ucapnya ceng cengesan. Lilis itu adalah gadis nerd disekolah lama Zoya. Hampir saja, Zoya keceplosan tidak mungkin bukan dia memberi tahu alasan yang sebenarnya.

"Kenapa kamu pake nonjok segala sih," lirih Nabila

Nabila dan Daniel sungguh bingung, karena Zoya tidak pernah menyelesaikan masalah dengan cara baik baik, pasti dengan cara berantam. Sepertinya dalam hidup Zoya tidak berantam rasanya seperti hampa. Ibarat no berantam no life.

Zoya yang mendengar lirihan Nabila, hanya bisa diam dan menunduk. Dia juga merasa bersalah karena telah membuat orang tuanya merasa kecewa. Namun, Zoya melakukan hal itu karena suatu alasan dan ia tidak memberitahukannya.

"Zoya, Daddy sudah memutuskan, bahwa kamu pindah ke sekolah milik Daddy dan kamu besok sudah mulai sekolah, segala perlengkapan sekolah kamu sudah Daddy siapkan," putus Daniel. "Starlight high School maksud daddy," tanya Zoya. Daniel hanya menganggukan kepalanya. "Kok, Daddy gitu, sih," protes Zoya. "Tidak ada penolakan," tegas Daniel. "Ayolah Dad, disana peraturannya ketat banget, aku nggak bakalan betah," rayu Zoya. "Biarin, biar kamu berubah," ujar Nabila. "Lagipula, sahabat sahabat kamu juga ikut pindah," tambah Daniel.

Memang mereka sudah merencanakannya, kalau Zoya di drop out lagi maka, mereka akan menyuruh Zoya sekolah diStarlight high School, mereka juga menginginkan Zoya berubah menjadi lebih baik dan bisa jadi perempuan yang sewajarnya. Dan juga ada Vian yang berskekolah disana, sehingga mereka bisa mengawasi sang putri melalui putra mereka.

Zoya yang sedari awal tidak setuju tetapi setelah mengetahui sahabatnya ikut pindah langsung saja menyetujui untuk sekolah disekolah mereka. Dan juga Zoya mengajukan syarat bahwa ia tidak mau memakai marga Xavier. Orang tuanya dan Vian hendak protes terhadap syarat yang Zoya ajukan tetapi setelah mendengar penjelasan Zoya merekapun menyetujui syarat yang diajukan Zoya. "Zoya nggak mau punya teman fake yang hanya ingin tenar karena Zoya anak pemilik yayasan dan adek dari seorang most wanted," begitulan penjelasan Zoya.

"Sekarang kalian tidur, besok sekolah," suruh Nabila. "Siap ibu negara," ucap Zoya dan Vian. Zoya dan Vian pun beranjak dari ruang tamu menuju kamar mereka masing-masing.

Tbc.

Jangan lupa vote, comment and share cerita ini keteman teman kalian.

Jumat, 28 Juni 2024.

TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang