29. Believed is important

161 30 2
                                    



Hari begitu cerah, entah mengapa langit biru dengan gumpalan putih disinari hangatnya matahati sangat meningkatkan mood Selena. Kaki jenjangnya berjalan semangat kala orang disekelilingnya mulai beraktivitas masing-masing.

"Ah sudah lama tidak berjalan kaki seperti ini." Selena tak lagi ingat kesibukan apa yang membuatnya lupa cara bersantai.

Dibelokan menuju gang tak terlalu ramai disana hingga di titik dimana tak ada orang satu pun kecuali mobil sport berwarna kuning menjadi satu-satunya kendaraan saat itu. Awalnya biasa saja tanpa curiga, Selena tak menyadari jika mobil itu berhenti tepat dibelakangnya. Seorang pria dengan cepat meringkusnya erat. Tanpa sempat melakukan banyak pergerakan, tanpa sempat berteriak, dan tanpa sempat menolehkan kepalanya Selena telah kehilangan kesadarannya.

*

Selimut putih membungkus dua insan didalamnya. Akhirnya si wanita menunjukkan tanda-tanda ia akan sadar.

"Ugh..." Erangan halus disertai kelopak mata yang terbuka perlahan.

Selena hanya menatap dan terpaku sesaat. Tak ada sorot ketakutan hanya saja mungkin dia kesal atau bahkan tak perduli. Tak akan ada orang yang mampu menangkap emosi jiwa dari sorot sedatar itu.

Tak minat membuka mulut Selena hendak bangkit namun ternyata di dalam selimut yang menyelimutinya sampai leher itu tangannya diborgol.

"Hahahaha." Pria yang berbaring disampingnya tertawa lepas tanpa ragu, sangat lepas begitu natural seakan dia baru saja menertawakan sebuah dosa yang sama sekali tak lucu. Satu hal yang sangat memuakkan bagi Selena.

"Aku tidak menyentuh mu Sayang. Aku hanya...." Si pria bernama Jeremy itu menjeda kalimatnya, mengulurkan tangannya membelai pucuk kepala,pipi, dan berlanjut di pundak Selena.

"Aku hanya ingin merasakan berdua bersama mu. Dan juga ada yang ingin aku sampaikan."

Jeremy mendekat, hidungnya mungkin hanya berjarak beberapa inchi saja. "Kau menarik perhatian ku. Aku tidak cepat sadar tapi sekarang aku tahu kalau aku menyukai mu, mencintai mu, dan menggilai mu my obsession."

Cup

Selena membulatkan matanya, ia menyembunyikan keterkejutannya akan kecupan yang mendarat di bibirnya.

"Aku tidak membungkam mu kenapa kau tak bicara sejak tadi huh?" Tanya Jeremy.

Selena justru membuang muka.

"Baiklah kita langsung saja." Jeremy menunjukkan foto di ponselnya. Foto Selena berada dipelukan Jeremy yang bertelanjang dada dengan tawa khasnya tak lupa selimut tebal yang menambah kesan sialan jika siapa pun melihat foto intim itu.

"Aku akan mengirimkannya pada Maxcel. Lihat apa yang akan dia lakukan. Membunuh ku atau mencampakkan mu."

Selena masih mendelik dan enggan berkomentar. Dia sangat acuh dan menganggap hal tersebut membuang-buang waktu. Benar-benar tidak penting.

"Kau harus tahu kau mencintai siapa? Maxcel pria tak normal jadi kau tidak bisa menerkanya. Monster selalu menikam, walau menyayangi mu bukan jaminan dia tak akan menikam mu suatu saat nanti baik sengaja atau pun tidak."

"Ibarat harimau, sifat buas tentu ditakdirkan miliknya. Jangan pernah heran jika makhluk terdekat bisa dia mangsa, harimau mungkin tidak akan membunuh anaknya tapi siapa kau? Kau itu berbeda dengannya." Lanjut Jeremy.

"Dia tidak normal dan kau tidak bisa mengerti jalan pikiran orang seperti itu."

Oh terimakasih Tuan atas penjelasannya, tapi sepertinya Selena tidak akan memakan omongan orang lain. Orang-orang memang suka memvonis tapi tetap mereka bukan tuhan. Jadi apa yang diperdengarkan hanyalah omong kosong. Selena lebih suka mengalaminya sendiri dan belajar dari pengalamannya sendiri daripada mengikuti alur kepala orang.

My Knight (Complete)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang