4 | The Special Theory of Relativity

153 58 62
                                    

PLAYLIST:

Make it Right by BTS
 

 
     
     
       

"Biarkan aku tampak seperti cincin Saturnus. Meski berupa kumpulan debu, es dan batu yang hanya berputar-putar, aku akan tetap indah bila kau mau menerima."

               

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       
       

  
Hari berikutnya menjadi lebih menyenangkan untuk Qila. Gadis itu mengabaikan pandangan teman sekelasnya dan tidak lagi mendengarkan segala omongan buruk mereka. Keinginan Qila untuk menjadi bagian dari Malam Puncak masih tetap sama namun gadis itu berencana untuk mencoba hal lainnya.

Mr. Dedrick sudah berdiri didepan kelas sambil menjelaskan tentang teori ruang dan waktu sejak satu jam lalu. Qila menatap lurus kedepan berharap seluruh penjelasan yang diberikan guru fisika itu dapat diterima oleh otaknya. Tapi nyatanya, gadis itu hanya menatap kosong kedepan. Pikirannya melayang pada kemarin sore saat dia bertemu Raga dan apa saja yang laki-laki itu ucapkan seperti lullaby.

"Jadi apa kau bisa mempersingkat penjelasanku, Aquila Adara?"

Semua pasang mata mengarah pada gadis yang masih diam menatap depan dengan tatapan kosong.

"Aquila Adara?"

Dario mengetuk meja Qila dengan pensil hingga gadis itu mengerjap cepat dan menatap Dario bingung. Laki-laki itu melirik Mr. Dedrick yang kini berjalan pelan kearah meja Qila.

"Bisa kau ulangi penjelasanku agar lebih singkat dan dapat dipahami Aquila?" tanya Mr. Dedrick dengan nada kesal.

Evan yang sejak tadi tahu jika Qila melamun kini menatapnya cemas. Mr. Dedrick tidak punya ampun untuk mereka yang tidak memperhatikan penjelasannya, bisa jadi Qila akan berakhir dengan setumpuk laporan pengamatan jika gadis itu tetap diam mematung dan tidak mengeluarkan suara.

Qila benar-benar grogi sekarang, seluruh pasang mata menantinya memberi jawaban. Gadis itu meremas tangannya sendiri dibawah bangku dan menatap Mr. Dedrick dengan pandangan pasrah. Dia tidak tahu apapun yang dikatakan guru setengah botak itu didepan kelasnya sejak awal. Bahkan buku fisika yang ada didepannya masih setia membuka halaman pertama sedangkan buku milik Dario disampingnya sudah membuka halaman kelima. Seberapa banyak yang dia lewatkan hanya karena membayangkan Raga?

         

Kantin lebih ramai saat jam makan siang. Langkah kaki Qila berjalan cepat menjauhi kantin setelah dua kotak susu ada ditangannya. Sebelah tangannya meremas bolpoin yang sejak tadi menempel di tangannya, memainkan ujung bolpoin dan menimbulkan suara cklek-cklek-cklek sepanjang koridor. Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya begitu menaiki tangga menuju atap.

Entah, dia hanya punya firasat jika dia mungkin saja bisa bertemu Raga.

Dugaannya benar. Laki-laki itu sedang disana, tidur terlentang dengan sebelah tangan yang menutupi wajah.

SPERANZA  ✓ [Revised]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang