Chapter. R.

550 40 7
                                    


Berantakan, hancur, tidak berbentuk, semua itu adalah rentetan kata yang amat cocok untuk mencerminkan apa yang telah terjadi disini.

"I-ini beneran ulah kita?" Desis Doy, setelah melihat betapa kacaunya tempat ini.

"Lu aja kali!" Jaehyun menegaskan sambil menunjuk Doy. Menegaskan bahwa Doy lah biang kekacauan yang terjadi disini. Dan sialnya hanya dijawab oleh cengiran Doy, yang sialnya lagi, itu sangat manis.

Tidak, tidak sekarang. Ini bukan waktu yang tepat untuk membucin. Tempat ini bukan main berantakan, dan pemilik ruangan ini akan segera kembali.
.

.

.

.

.

8 jam yang lalu..

"Jep, otak gua, Jep. Mau mental", ucap Doy sambil merebahkan kepalanya di meja kantin.

"Lu kira gua kagak? Otak gua udah lari dari tadi", sahut Jaehyun, sambil ikut merebahkan kepalanya.

"Bayangkan, Jep! Tadi itu baru latihan ujian, gimana ujiannya?? Gila apa, otak gua masih belom selesai dibuat". Dan racauan lain yang terlontar dari mulut Doy.

"Eh, gue disini ya?" Tanya Taeyong tiba - tiba. Sambil membawa nampan berisi mie ayam, dia mendudukkan tubuhnya di kursi samping Doy.

"Oh, oke", itu jawaban Doy. Lain lagi dengan jawaban yang diberikan Jaehyun, yaitu tatapan tajam setajam silet. Dan dibalas oleh sunggingan oleh Sang Ketua OSIS.

"Gimana tadi latihan ujiannya? Gampang kan?" Tanya Si juara kedua sekolah dengan santainya kepada ranking 98 dan ranking 99. Kedua ranking terbawah hanya menatap datar.

"Gampang, gampang, iya buat lo gampang! Lah kita yang otaknya sepersebelas sendok nyam-nyam?" Ucap Doy sinis. Begitu kesal dengan orang sombong di sampingnya yang lagi - lagi hanya dijawab dengan kekehan.

"Gimana ini, otak gua belom siap tapi udah ujian. Mana habis ujian ada kemah lagi, kalo remidi bisa - bisa gua nggak ikut". Benar kata Doy, setelah ujian selesai, sekolah mengadakan kemah di Puncak Gunung Kidul, dan sebagai anak gunung, itu benar - benar menarik bagi Doy.

"Yaudah, belajar bareng, kuy. Dirumah gua", usul Taeyong.

Doy mendongak, begitu juga Jaehyun. Belajar dirumah seorang anak konglomerat ternama di Bandung? Tidak, yang dinanti kedua ranking terbawah itu bukan belajarnya sekarang. Melainkan pelayanan dan makanan yang akan disajikan keluarga Lee saat mereka belajar-sok-serius.

"Ayoklah!! Ayok!" Kata Doy semangat.

Jujur saja, Jaehyun juga mau mencoba belajar dan menikmati suguhan dari keluarga konglomerat itu. Sangat malah. Tapi nanti Taeyong menang banyak. Sedangkan dia hanya jadi nyamuk. Nggak mau Jaehyun! Tidak ada kata "Jadi nyamuk" dalam kamus Jaehyun.

"Nggak! Gue nggak mau!" Ucap Jaehyun bersikukuh.

"Kalo lo nggak mau gua bisa berduaan sama Doy aja", sialan, Jaehyun malah memberi Taeyong kesempatan yang lebih besar. Jaehyun memang bodoh.

.
.

Dan disinilah Jaehyun sekarang. Baru satu langkah ia memasuki ruangan belajar dirumah Taeyong. Sudah disambut dengan baik oleh lemparan adonan yang sialnya masih lengket itu.

"Jepri!! Pas banget lo dateng!!" Sambut Doy-sang pelempar adonan-dengan watadosnya sembari mengangkat kedua tangannya senang.

Seperti puas sekali adonan itu mendarat dengan elegan di wajah tampan seorang Jeong Jaehyun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ba.PerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang