Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
〃 Beomheart 〃
.
*
.
Sunoo benci ibunya.
Ia benci ketika ibunya sama sekali tak memberitahunya bahwa beliau menikah lagi dan meninggalkan ayahnya.
Ia pikir selamanya keluarganya akan menjadi keluarga yang utuh dan sempurna tapi semua itu hanya angan semata.
Dan semua menjadi tambah buruk ketika ayahnya juga pergi, bahkan pergi sangat jauh sampai Sunoo tak bisa meraihnya atau sekadar mendengar suara serak ayahnya untuk terakhir kali.
Sunoo masihlah anak 17 tahun yang tak tahu apapun, ia bahkan belum dewasa sepenuhnya, pemikirannya belum sejauh teman-temannya.
Ia tak tahu harus melakukan apa kedepannya, hingga ibunya menelponnya dan menyuruhnya untuk tinggal bersama seseorang yang katanya merupakan kakak tirinya. Tentu saja Sunoo menolak dengan cepat, di acara pernikahan ibunya saja dengan ayah tirinya ia tidak datang dan ia juga sama sekali tak mengenal seseorang yang menjadi kakak tirinya.
“Noo, aku tahu kamu sedih mamahmu nikah lagi. Tapi kalau itu yang terbaik untuknya, kamu jangan bersikap kayak gini. Jangan egois Noo, pikirin juga perasaan mamah kamu.” kata Jaebom selaku sahabat mencoba sedikit memberi nasehat pada Sunoo.
Sunoo diam memikirkan kata-kata Jaebom yang memang ada benarnya, tapi tetap saja hatinya terlalu sakit.
“Kalau kamu gak tinggal bareng sama kakak tiri mu itu emang kamu mau Noo tinggal sama mamahmu dan ayah tiri kamu?”
“Aku bisa tinggal sendiri, atau gak tinggal disini bareng kak jaebom bisa juga kan?”
Jaebom menggeleng pelan, “Noo, kamu tahu aku suka kamu. Kalau kamu tinggal disini aku gak jamin bakal bisa tahan. Kamu ngerti kan?”
Sebetulnya Jaebom tak sungguh-sungguh mengatakannya, ia bukan lelaki yang mudah meluapkan nafsu. Ia hanya mengatakan hal itu agar Sunoo dapat tinggal dengan kakaknya serta memaafkan ibunya.
Jaebom sangat tahu masalah keluarga yang dihadapi Sunoo, maka dari itu ia ingin membantu meski tidak banyak. Setidaknya Sunoo mau mengerti jika ia yang menasehati.
Hingga akhirnya Sunoo setuju meski wajahnya tertekuk sedih. “Yaudah deh nanti aku telpon mamah lagi.”
