sh*t

49 3 2
                                    

.

.

Kamu sebagai Female reader

Dia/Felix sebagai Lee Felix

.

.

"Sayang!"

Felix mendobrak masuk ke kamarmu. Melihat simpul yang sudah apik menggantung di langit-langit dan kursi kecil di bawahnya. Matanya mencari sosok wanita yang ingin ditemui. Jantungnya bedegup cepat mengetahui apa yang akan terjadi.

Kamu yang baru selesai mandi melihat kekasihmu memancarkan raut wajah yang khawatir. Berjalan ke arah lemari baju dan memilih pakaian. Kamu memilih baju lengan panjang merah dan celana pendek hitam. Memakainya tanpa peduli ada orang lain di kamar yang sedang memandangimu.

"Kau datang juga,"

Senyum manismu menjadi jawaban diantara keheningan. Tetesan air dari rambut basahmu itu membasahi handuk yang kamu kalungkan di leher.

Kamu menatapnya dan dia menatap matamu. Tidak ada yang bersuara setelah satu kalimat yang kamu lontarkan itu. Bisa kamu pastikan laki-laki di hadapanmu memikirkan banyak hal sehingga tidak ada satu pun kata yang keluar.

Felix mendekat ke arahmu. Memeluk tubuh yang lebih pendek beberapa sentimeter darinya. Kamu hanya diam, membiarkannya memelukmu.

"Maafkan aku,"

Suaranya bergetar, tidak lama terdengar isakan darinya. Felix memeluk tubuhmu lebih erat.

"Kumohon.. jangan lakukan ini,"

Kamu masih tetap diam. Tidak ada gunanya membalas perkataan Felix. Pandangan kalian berdua sangat berbeda.

"A-apa yang harus aku lakukan.. agar kamu tidak melakukannya?"

"Aku akan melakukan apa saja! Bilang padaku, sayang!"

"Tolong jangan lakukan! Kumohon.. kumohon.. "

Isakannya bertambah jelas. Kamu mengelus rambutnya yang sedikit berantakan. Mendengar orang yang kamu sayangi menangis itu rasanya sangat menyakitkan. Apalagi kamulah alasan orang itu menangis.

"Tidak apa sayang, tidak ada yang harus kamu lakukan,"

Ucapanmu membuat Felix menangis. Perasaan gemuruh yang hinggap dihatinya terasa menyesakkan. Hingga dia tidak bisa lagi menahannya. Tanganmu berpindah mengelus punggungnya pelan.

"Aku akan baik-baik saja, percayalah."

Tubuh kecilmu tenggelam dalam pelukan eratnya. Kata-kata yang niatnya menenangkan tidak lagi membuat Felix tenang.

"Tetap disini, ukh.. jangan pergi,"

Lidahnya kelu bahkan memintamu untuk tetap tinggal sangat sulit bagi Felix. Dia ingin wanitanya bahagia tapi bukan ini caranya. Rasanya Felix adalah laki-laki paling bodoh yang pernah ada. Tidak bisa menjadi sandaran bagi wanitanya. Tidak ada disaat kamu membutuhkannya.

Felix merasa bodoh, bodoh, bodoh, dan bodoh. Berulang kali dia memaki dirinya sendiri. Sekeras apapun dia mencoba hasilnya akan tetap sama. Sebanyak apapun dia memaki, kamu akan tetap melakukannya.

"Aku akan tetap tinggal, jika ingin."

Kamu tidak tega membiarkan Felix terus menangis. Dengan dorongan paksa kamu membuatnya terduduk di pinggir tempat tidur. Mengambil tisu dan membersihkan wajahnya yang penuh jejak air mata.

I'm The Biggest ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang