11. YANG TAK DIHARAPKAN

2.3K 273 430
                                    


"Boncengin siapa sih? Kamu ini, ada-ada aja?" Yaahh ... ngeles aja kali yah. Gue ga punya pilihan.

"Kamu jangan coba-coba bohongin aku, ya! Punggung kamu wangi parfum cewek, tau enggak?" sentak Aya lagi.

Ga bisa bohong lagi gue. Kayaknya emang harus jujur sama Aya. Hadeuh!  Semoga dia ga marah.

Gini amat yak, nasib jadi bucin. Nyesel gue sering nistain si Eza dan ngolok-ngolok dia.

"Jadi gini ...." Ya Alloh, selamatkan hambamu yang tampan ini dari amukan cewek di belakang.

"Apaaa?" Aya sudah gunyeng-gunyeng baju gue.

"Eh, Ayy. Aku lagi bawa motor ini!"

"Jangan ngeles, kamu! Berhenti di sini! Aku bilang berhentiii!"

Kiamat ini, kiamaatt ....

Akhirnya karna Aya terus ngerengek, gue menepi di bawah pohon rindang pelindung jalan.

Dia turun dari boncengan tergesa-gesa.

Gila! Merinding gue liat muka Aya yang horornya ngelebihin mertua jahat di ftv.

"Jadi gimana?" Tanya dia. Santai namun jelas menyimpan ancaman maut.

Yassalaamm ... tarung di arena tawuran gue ga ada rasa takut. Tapi  disituasi begini, napa ni jantung tiba-tiba-tiba jadi marathon?

"Tadi itu ... aku abis nganterin Reva pulang ...."

"SIAPA?" Itu suara Aya. Bukan singa mengaum.

"Reva." Gue berusaha tenang.

Aya diam. Hanya menatap gue tajam.

"Aku ketemu dia di Halte. Dia sakit. Terus minta anterin pulang. Udah, gitu aja," sambung gue lagi.

Aya masih diam.

"Aku udah jujur, Ayy."

Aya tetap diam.

"Aku cuma kasian aja. Enggak ada maksud apa-apa."

"Ohh ...." Akhirnya Aya buka suara. Terus diam lagi.

"Kamu marah?" Gue mulai tegang.

Aya menggeleng. Lalu naik ke boncengan lagi. "Ayo pulang."

Ha? Udah? Segini aja? Gue agak terheran.

"Ayo pulang No. Aku ga jadi mampir ke kost kamu. Aku cape."

Naahh ... bibit-bibit cembekor dah kecium.

Aya kalo marah emang gitu. Diemin gue. Ga bales chat gue. Ga angkat telfon gue. Ga mau ngomong apa-apa pokoknya. Mogok interaksi dia.

"Beneran ga jadi mampir ke kost aku?" Di perjalanan gue nanya lagi. Mancing perhatian dia.

Aya ga jawab.

"Mau makan bakso dulu, ga?"

Krik ... krik ... krik ...

"Atau ... mau jalan kemana gitu?"

Krik ... krik ... krik ....

"Ayy ...."

"Ayy ...."

Hadoohh ... gue stress kalo Aya udah milih aksi bungkam begini.

Tiba di depan gerbang rumahnya, Aya langsung turun.

Biasanya gue dapat jatah cipika cipiki dari Aya sebelum kami berpisah. Tapi kali ini, ga ada jatah-jatahan.

"Ayy ...." Gue manggil dia, Tapi ....

TENTANG ENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang