Ada cover baru🎉
Pagi ini ia bergegas lebih awal dari biasanya. Sebelum menuju lapangan proyek, terlebih dahulu ia ke kantor untuk menemui Direktur Operasional dan memberikan laporan presentasi proyek yang baru ia lembur semalam.Matanya sangat berat untuk dibuka meskipun sudah empat gelas cangkir kopi pahit ia minum semalam dan pukul tiga dini hari tadi juga ia baru tertidur. Benar-benar melelahkan.
Rafka mengenakan kemeja abu-abu gelap dan celana hitam dengan tas ransel yang selalu menggantung di punggungnya. Setelah kurang lebih setengah jam perjalanan, ia sampai dikantornya.
Ia melihat jam dipergelangan tangannya. Pukul delapan pagi. Mungkin keadaan kantor sudah ramai.
Ia tidak pernah membawa mobil di kantornya atau pun saat kuliah.
Menurutnya, menggunakan mobil sama saja mengulur waktu. Ia tidak bisa berkendara cepat saat lalulintas sedang macet-macetnya.
Dua bulan ini dia memang tidak sering berada dikantor. Tugasnya mengawasi lapangan proyek membuatnya hampir tak pernah berada diruangan berAC tersebut.
“pagi pak.” Sapanya ramah pada satpam yang berdiri tak jauh dari pintu masuk
“pagi mas rafka. Tumben ke kantor,” balik satpam itu bertanya
“saya ada urusan sebentar disini, mari,”
“silahkan.”
Ia berjalan menuju lift dan menekan lantai lima. Setelah lift berdenting, ia segera keluar dan berjalan meyusuri lorong. Samping kanan kirinya berupa ruangan kaca yang digunakan untuk para pekerja muda yang baru saja diterima mengerjakan gambar konstruksinya bersama tim.
Bisa dibilang ia bekerja dibiro konsultan gambar, tempat untuk para owner yang ingin mewujudkan bangunan yang diimpikan.
Rafka mengambil pekerjaan seorang sipil karena kepandainya dan menghitung sudah tidak diragukan lagi.
Bedanya, di SMA ia hanya menghitung debit dan kredit karena ia dari jurusan IPS namun disini ia akan menghitung sebuah beban dan kekokohan bangunan ketika dalam sebuah konstruksi.Jangan menyepelehkan otak pintar Rafka, karena untuk urusan fisika dan matematika, ia nomor satu.
sesampainya didepan pintu, ia mengetuk pelan namun tak kunjung mendapat izin masuk.
“mas rafka,” sapa seorang cewek lebih muda dua tahun darinya. Rafka sontak menoleh karena panggilannya. Dia gadis yang pernah satu tim dengannya.
“lagi cari pak Toni ya?” Tanya cewek itu lembut.
“oh, caca. Iya, saya ketuk pintunya dari tadi nggak ada suara.”
“biasanya pukul Sembilan pak toni sampai dikantor.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKA [LENGKAP] ✔
Teen FictionRena Aladilla, si gadis polos berparas culun kerap menjadi bahan bully di SMP nya memiliki seorang sahabat yang cukup tampan, Rafka Vhalega. Seorang most wanted yang bersahabat dengan gadis cupu di sekolahnya. Sungguh, cerita yang mungkinan terjadi...