28. Istikharah Cinta

871 133 32
                                    

Terdengar suara gemercik air di dalam kamar mandi saat waktu menunjukkan pukul 03.10 dini hari. Setelah selesai mengambil wudhu, Kyuhyun keluar dari dalam kamar mandi. Saat hendak mengambil sajadah di atas lemari tv, pandangannya justru teralihkan pada jendela kamarnya yang sengaja ia buka agar udara sejuk bisa masuk ke dalam.

"Dia juga bangun?" tanya Kyuhyun, tersenyum menatap jendela kamar di seberang sana yang tertutup. Namun, terlihat jika lampu kamar itu menyala.

Apa gadis itu juga sengaja bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud sekaligus istikharah? Dan apa gadis itu juga memanjatkan doa yang sama seperti dirinya?

Tidak ingin membuang-buang waktu, Kyuhyun pun menggelar sajadahnya di sisi kiri ranjang. Ia memakai peci di atas kepalanya, terdiam beberapa saat sebelum akhirnya takbiratul ihram.

Kebiasaan rutin yang sudah dilakukan selama empat bulan ini telah banyak membawa perubahan dalam dirinya. Jodoh, cerminan diri. Kalimat itulah yang membuatnya membiasakan diri melakukan hal baik dalam hidupnya. Dan saat ini, semua itu pun menjadi kebiasaan yang berusaha dijaganya.

Ibu jari tangan kanannya tak berhenti bergerak, menarik satu persatu butir tasbih yang dibarengi kalimat tasbih yang turut keluar dari bibirnya juga.

Kyuhyun pun mengangkat tangannya, memanjatkan doa pada Sang Pencipta. Menyebut kembali satu nama itu yang terukir merdu di bibirnya, sekaligus menuliskannya dalam sajadah cinta. Menetapkan pada satu pilihan sebagai teman abadi hingga akhir zaman.

"Ya Allah, jika Engkau mentakdirkan kami untuk berjodoh. Aku memohon pada-Mu, gerakan lah hatinya untuk menerima lamaran yang telah aku sampaikan pada kedua orang tuanya. Dan yakinkan lah hatiku bahwa apa yang aku pilih merupakan petunjuk dari-Mu. Apapun hasilnya nanti, aku akan berserah diri kepada-Mu setelah usaha yang aku lakukan semampuku. Aku memohon kebaikan untuk diriku dan dirinya juga kepada-Mu, Ya Allah. Aamiin, Ya Rabbal'alamin..."

Kyuhyun menatap tempat di mana tadi dirinya bersujud di hadapan Rabb-nya. Matanya pun terpejam saat teringat kembali dengan doa yang ia panjatkan. Embusan angin terasa menerpa kulit wajahnya, membuat kedua matanya terbuka. Perlahan kepalanya menoleh ke samping kiri, mendongak menatap gorden yang bergerak tertiup angin.

"Seohyun...," ucap Kyuhyun, merasa canggung saat menyebutkan nama itu dalam lisannya. Padahal hanya Allah, lalu para malaikat dan dirinya sendiri yang hanya bisa mendengarnya. "Di sana... apa kamu juga minta hal yang sama... kayak yang aku pinta? Semoga iya, karena dengan begitu mungkin aja doa kita saling bersahutan di langit. Apapun jawaban yang hari ini akan kamu kasih, aku akan nerima semua itu. Semoga, itu yang terbaik untuk kita. Terutama, untuk diri kamu... Seohyun."

Kyuhyun bangkit berdiri, melangkah menghampiri jendela kamarnya yang terbuka. Kepalanya pun mendongak, menatap langit gelap yang dipenuhi oleh bintang. Mungkin sebanyak itu juga doa-doa yang telah ia panjatkan, berharap bisa mengetuk pintu langit.

Pandangannya pun lurus ke depan, menatap jendela kamar di seberang yang masih terang. Entah bagaimana, ia malah membayangkan jika suatu saat nanti mereka bisa sholat tajahud bersama. Melakukan ibadah untuk saling menuntun menuju surga-Nya. Menginginkan hadirnya cinta yang dihadirkan oleh Sang Pemilik Cinta.

Di tempat berbeda, namun di waktu yang sama pula, Seohyun pun sedang bermunajat kepada Yang Maha Kuasa. Memohon petunjuk atas pilihan yang diambilnya hari ini untuk dijadikan sebagai jawaban atas lamaran yang ia terima satu pekan lalu dari sosok itu.

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang