"Louive, Arve!" Arlington baru saja pulang untuk mengganti bajunya dan menjemput anak-anaknya.
Tampak dua anak kecil yang sekilas terlihat mirip, datang menghampiri Arlington dengan langkah kecil, kedua anak itu hanya berbeda satu tahun.
"Kita mau pergi kemana daddy?" tanya Louive yang sudah rapi, tak lupa dasi kupu-kupu kecil miliknya.
Arlington berlutut agar bisa mensenjajarkan tubuhnya, Abbey selalu menyuruhnya begitu, mensejajarkan tubuhnya ketika ingin berbicara dengan anak-anak. "Menemui mommy dan adik baru kalian."
"Aku tidak mau memiliki adik."
Itu bukan Louive, melainkan Harvor—putra keduanya yang menjawab dengan wajah menekuk tak suka.
"Mommy akan sangat sedih jika mendengar itu," kata Arlington membuat Harvor kecil semakin cemberut sedih. "Arve, kamu harus menyayangi adikmu, dia sangat kecil dan lucu."
Hanya dengan sedikit bujukan, Harvor langsung mengangguk, kedua anaknya memang sangat menyayangi Abbey.
"Tapi, nanti aku mau bermain dengan Uncle Lui!" pinta Harvor antusias.
Ouh, jangan lagi.
Harvor memang sangat senang dengan Luigene setelah melihat pistol yang dimiliki oleh Luigene. Sejak itu Harvor selalu meminta Arlington untuk membelikannya pistol, dan tentunya Arlington memberikan anak berumur empat tahun itu pistol mainan.
"Well, mommy sudah menunggu." Arlington segera menggendong Harvor dan menggandeng Louive. Dia tidak membawa pengasuh dan lebih memilih untuk mengurus kedua putranya sendiri.
Selama di perjalanan, Louive hanya duduk dengan tenang berbeda dengan Harvor yang sedikit lincah dan tidak bisa diam, membuat Arlington sedikit kesusahan.
Sesampainya di rumah sakit, Arlington kembali menggendong Harvor dan menggandeng Louive. Ia langsung bergegas menuju kamar Abbey.
Ini bukan pertama kali, melainkan ketiga kalinya Arlington berjalan di lorong rumah sakit dengan perasaan yang bercampur aduk, dan gugup karena menyambut kelahiran buah hatinya.
Meski sudah ketiga kalinya, tak di pungkiri ia tetap gugup.
Tampak lorong rumah sakit sepi karena Arlington sengaja mengosongkan satu lantai rumah sakit untuk persalinan Abbey.
Arlington memang melakukan itu karena Arlington tidak ingin istrinya merasa terganggu.
Hanya ada keluarga dekat dan beberapa teman mereka, Arlington juga melarang keras media yang ingin sekedar mengabadikan momen ini.
Setelah kelahiran putra pertama mereka, Abbey memang mundur dari dunia permodelan dan fokus merawat anaknya tetapi kehidupannya tak pernah luput dari rasa penasaran wartawan, seolah selalu penasaran dengan apa yang Abbey dan Arlington lakukan.
Arlington menurunkan Harvor ketika melihat Edward dan Sydney—putrinya, berada di sana.
"Kau lagi?" tanya Arlington begitu melihat Edward. "Aku sudah muak melihatmu, enyahlah Edward."
"Hey! Putriku mendengarnya," jawab Edward tak terima dan langsung menutup telinga Sydney.
"Maafkan aku Princess Sydney." Arlington mencium tangan anak perempuan yang ada dalam gendongan Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Romance[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...