31. Frustrasi

55 10 11
                                    

Sebaik-baiknya menyelesaikan segala masalah adalah dengan terus bermunajat pada Allah SWT. Dan janganlah mengambil keputusan sepihak begitu saja, apalagi keputusan yang diambil karena mengikuti sebuah pikiran negatif yang terbesit begitu saja di dalam benak kita.
Kembalilah hanya pada Allah untuk menyelesaikan segala keluhmu.

~Karya Rasa~

Selamat membaca🤗🤗


🌷🌷🌷

"Eh Non Maira..." Sapa Mbok Sri sambil tersenyum ramah di ambang pintu lalu mempersilakan Maira untuk duduk namun, Maira menolaknya. Maira membuka tasnya dan mengambil sebuah amplop putih dan memberikannya pada Mbok Sri.

"Ini dari sekolah Bu. Tolong kasih ke papa Haura." Jelas Maira sembari menyodorkan amplop tersebut.

Mbok Sri langsung menerima amplop tersebut. "Tapi tuan lagi gak di rumah Non." Jelas Mbok Sri.

"Yaudah, sampein aja ke Haura kan nanti dia bisa hubungin papanya." Jawab Maira. "Kalau gitu saya pamit pulang ya Bu, udah sore." Pamit Maira.

"Non, sebentar!" Sontak Maira berbalik arah dan menatap wajah Bu Sri yang terlihat ingin mengatakan sesuatu.

"Iya?" Jawab Maira.

"Bisa masuk sebentar Non?"

Maira menatap wajah Mbok Sri beberapa detik, ia menangkap wajah tegang dari Mbok Sri lalu mengangguk mengiyakan permintaan Mbok Sri.

"Non, sebenarnya apa yang terjadi sama Non Haura? Kenapa Non Haura hari ini gak sekolah? Kenapa waktu dia pergi sama Non Maira malam itu dia pulang siang dan Non Maira ndak tau dia kemana? Dia keliatan murung Non." Mbok Sri melontarkan pertanyaan bertubi-tubi karena memang itulah yang ada dipikirannya saat ini karena khawatir melihat sikap Haura yang baru saja mengikhlaskan kepergian mamanya dan sekarang ia kembali bersedih.

Maira bingung mau menjawab apa, ia tahu kejadian itu berat bagi Haura dan ia yakin bahwa semua ini adalah ulah Marsha dan teman-temannya malam itu. Ia teringat saat Haura yang seperti orang mabuk dan tak lagi bisa mengendalikan dirinya, Maira tak tahu pasti apa yang membuat Haura seperti itu, tapi Maira menduga bahwa mereka sudah mencampurkan sesuatu ke makanan atau minuman yang diberikan kepada Haura. Namun, Maira tidak bisa mengatakan kecurigaannya itu pada siapapun karena ia tak memiliki bukti.

"Hmm...aku gak tau pasti soal itu Bu, soalnya kan aku pulang duluan." Jelas Maira dengan gerogi.

"Non Maira ninggalin Non Haura?"

"Hah? Enggak gitu. Waktu itu aku ada keperluan mendadak jadi aku pulang duluan deh." Jelas Maira kikuk.

Mbok Sri hanya mengangguk, ia merasa bahwa ada sesuatu yang Maira tutupi darinya.

"Yaudah kalau gitu aku pamit. Assalamu'alaikum..." Pamit Maira dengan terburu-buru untuk menghindari deretan pertanyaan yang pasti akan kembali dilontarkan padanya.

"Waalaikumsalam..."

***

Haura kembali mengingat ucapan Akmal saat kemarin menemuinya di taman.

Akmal terlihat tersenyum getir. Menatap Haura penuh amarah.

"Gua gak nyangka lo bisa ngelakuin itu. Kurang apa lo? Papa lo mampu kan ngasih lo uang, ngasih apa yang lo mau. Kenapa lo rela jual diri kaya gitu? Gua gak nyangka." Ucap Akmal sangat menyayangkan kelakuan Haura di video yang ia lihat itu.

Plak... Untuk pertama kalinya Haura melayangkan sebuah tamparan pada seseorang.

"Tolong jaga omongan lo ya Kak. Gue pikir lo mau ke sini karena mau dengerin penjelasan gue dan percaya sama gue." Ucap Haura penuh emosi. Wajahnya seketika memerah, mengiringi pipi Akmal yang juga memerah akibat tamparannya.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang