Jakarta, 15 April 2019.
Hari ini Dara bersama dengan seluruh panitia Gergaji lembur, mengingat event yang semakin dekat mengharuskan seluruh panitia bekerja lebih keras agar event Gergaji berjalan dengan baik.
Setelah selesai membantu Roro mendata beberapa peralatan kegiatan yang diungsikan di ruang OSIS serta mengecek beberapa data kelengkapan tim, Dara undur diri untuk segera pulang. Bukan karena sudah ditunggu kedua orangtua seperti anak-anak biasanya, tetapi karena dirinya ditelepon terus-menerus oleh Aksa.
"Hehe," cowok itu tertawa kala Dara menemuinya tepat di parkiran Warung Emak. Aksa sedari siang hanya nongkrong di Warung Emak, cowok itu memutuskan tidak ikut pulang Gilang dan Jay karena dirinya mau menunggui Dara pulang.
"Kenapa, sih? Gue jadi nggak enak sama Roro."
"Ish, lo nggak enakan mulu ke Roro, ke gue enggak. Gue udah nunggu dari siang sampe Emak bosen liat gue di warungnya, mana muka gue bonyok."
"Siapa suruh nungguin, gue kan nggak minta lo tungguin."
Aksa tersenyum, kemudian bangkit dari posisi duduknya di atas sepeda motor. "Helm gue, kan di-elo, Ra."
Dara mendelik, cewek itu bersungut-sungut kesal dengan Aksa. "Kan, lo bisa bilang dari tadi pagi!"
Aksa hanya bereaksi dengan menggaruk tengkuknya beberapa kali, kemudian meringis, lalu menggaruk tengkuk lagi.
"Pulang yuk, Ra." ajaknya.
"Gue bisa se−"
"Gii bisi sindiri," Aksa meledek sambil memainkan bibirnya. "Sekalian temenin gue makan bubur ayam ya,"
"Hah?"
"Hah hah mulu lo, lagi balapan keong?"
Dara memukul bahu Aksa, kemudian setelah diperintahkan Aksa secara berulang, cewek itu akhirnya pasrah untuk pulang dengan Aksa, lebih tepatnya menemani cowok itu makan bubur ayam terlebih dahulu, baru pulang. Kali ini Dara tidak bisa menebak ke mana Aksa akan membawanya seperti saat Aksa membawa Dara ke pasar untuk membeli rok baru.
Hampir lima belas menit keduanya membelah jalanan ibukota, Honda scoopy Aksa masuk ke dalam pekarangan pemakaman umum. Sore-sore begini, laki-laki itu membawa Dara ke pemakaman umum.
"Lo mau ngapain, sih?" Dara memukul bahu Aksa, membuat si empunya mengaduh pelan.
"Makan bubur ayam,"
"Makan bubur ayam kok di pemakaman?"
"Bubur ayam yang enak itu di depan pemakaman, Ra. Lo juga pernah nyoba, kan?" mendengar itu Dara tergelak, rasanya ia ingin tertawa keras-keras setelah mendengar penjelasan Aksa barusan.
Kenapa mau makan bubur ayam saja harus ke pemakaman umum dulu? Sore-sore begini lagi. Dara tidak bisa membayangkan kalau tiba-tiba Aksa ngidam makan bubur ayam tepat pukul sebelas malam, apa cowok itu tetap nekat ke pemakaman umum hanya untuk makan bubur ayam kesukaanya? Dara tidak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aksara [Completed]
Novela JuvenilTahu perihal untaian kalimat dari James Hutton? 'The present is the key to the past', itu teori yang Hutton sebutkan pada sejarah perkembangan bumi yang isinya tentang hukum sebab-akibat. Untaian kalimat tadi tidak hanya berlaku untuk perkembangan b...