# PART 2 #

39 4 2
                                    

"Hiks..hiks.. gue sedih, huaaa mommy!" rengek cewek itu.

"Udahlah, ikhlasin aja."

"Gak mau! Gue gak ikhlas pokoknya, hiks."

"ROSELLY ADELIN SMITH!" teriak Oranye frustasi.

"Itu tas limited edition, Ran." ucap Selly memelas.

Oranye merasa kesal melihat tingkah sahabatnya itu. Mereka berdua baru saja pulang dari salah satu pusat perbelanjaan, dengan Selly yang merengek karena tidak kebagian barang yang diinginkannya itu.

"Bentar deh, menurut lo, tas sama beasiswa lebih penting mana sih?" Oranye bertanya.

"Jelas lebih penting beasiswa lah!" jawab Selly.

"Terus, kenapa lo yang lebih melas daripada gue?"

"Iya juga ya," Selly terdiam sejenak. "Aduhh.. maafin gue ya, Ran. Gue lupa, kalo lo punya masalah yang lebih rumit."

"Ran!" panggil Selly, "Kalo lo butuh temen buat curhat, atau butuh pundak buat sandaran, gue siap kok. Asal..."

"Asal apaan?"

Selly menyeringai, "Asal, lo ga minta gue jadi pacar lo aja, haha" tawanya berderai setelah mengucapkan hal itu.

"Rese lo!" Oranye melempar bantal ke arahnya, "Lo kira gue lesbi apa?!"

"Tapi, Ran, kalo nanti lo beneran butuh bantuan, lo bisa minta tolong ke gue kok!" ucap Selly disertai senyuman tulusnya.

"Thanks, Sel. Gue beruntung banget punya sahabat kayak lo."

"Gue kan emang tipe sahabat idaman semua orang. Secara, gue tuh baik hati, rajin menabung, gemar membantu, dan suka berbagi." Selly menyombongkan dirinya.

"Nyesel gue muji lo."

"Tapi yang paling penting, gue gak pernah ninggalin sahabat gue yang lagi kesusahan."

"Iya iya gue percaya"

Obrolan mereka tak berlangsung lama, karena Oranye memutuskan untuk segera pulang.

"Buru-buru banget sih, emangnya lo mau kemana?" tanya Selly

"Gue mau bantuin nyokap gue ngurusin jahitan."

"Gimana kalo gue anterin lo pulang?" usul Selly, "Sekalian, gue pengen main ke rumah lo."

"Gak usah, Sel. Gue gak mau ngerepotin, lagian gue bisa pulang sendiri kok!" tolak Oranye.

"Oke, tapi kapan-kapan, gue mau main ke rumah lo pokoknya."

"Kabarin aja kalo lo mau ke rumah gue. Gue balik dulu ya!"

* * * * *

Oranye berjalan melewati koridor sekolahnya, setelah kembali dari ruang BK. Ia merasa tak nyaman dengan beberapa murid yang memberinya tatapan mengintimidasi, "Woy! Tuh mata biasa aja kali ngeliatnya." ucapnya.

Berasa jadi buronan gue!

Baru saja sampai di kelas, Oranye sudah disuguhi dengan wajah penasaran dari teman-teman sekelasnya.

"Gimana, Ran?"

"Lo gak dikeluarin dari sekolah kan?"

"Lo disuruh ngapain aja tadi?"

"Lo gak di skors karena nantangin Raya, kan?"

Pertanyaan demi pertanyaan pun dilontarkan oleh mereka.

"Gue gak dikeluarin kok. Cuman..." Oranye menjeda perkataannya sejenak, "Beasiswa gue dicabut." lanjutnya.

"Gila! Gila!"

"Lo yang sabar ya, Ran!"

"Raya gak main-main ternyata!"

Malas mendengarkan mereka yang masih sibuk membahas perdebatannya dengan Raya kemarin.
Oranye beranjak menuju bangkunya.

"Nih, minum dulu!" Selly menyodorkan sekaleng minuman.

"Makasih, Sel. Lo emang dabest! Tau aja gue lagi haus." Oranye segera mengambil minuman itu dan meneguknya.

"Tapi, jangan lupa bayar."

Uhuk..uhuk..
Oranye mendadak tersedak. Ia menatap Selly tajam, "Lo gak ikhlas?" tanya Oranye sarkas.

"Bercanda kali, serius amat sih hidup lo." ucap Selly disertai cengirannya. "Sekarang gimana, Ran?"

"Gimana apanya?"

"Lo bayar sekolahnya gimana? Beasiswa lo kan dicabut. Mana bentar lagi waktunya bayar sekolah juga."

"Ntar deh, gue pikirin gimana caranya. Tapi kalo udah kepepet banget, terpaksa pake uang tabungan gue dulu."

"Lo mau uang tambahan gak? Gue punya rekomendasi kerja part time buat lo."

"Kerja apaan?"

"Jadi sodara gue."

"Lo sakit?" Ran menempelkan tangannya ke dahi Selly, untuk memastikan suhu tubuhnya, "Tapi lo nggak panas."

"Gue gak sakit, cuman kesepian aja."

"Makanya, cari pacar!"

"Lo kira cari pacar gampang apa?"

"Gampang! Ntar gue cariin."

"Lo mau cari dimana emang?"

"Di shopee."

"Cari yang cakep, Ran. Yang paling mahal juga, gue gak mau yang murah. Apalagi cuma sepuluh ribu."

"Banyak gaya, lo."

* * * * *

Oranye memutuskan untuk sarapan di warung langganannya, setelah menyelesaikan kegiatan lari paginya.

"Mang, bubur ayamnya masih ada kan?"

"Masih neng. Kayak biasanya kan?"

"Iya, Mang."

Saat akan menyantap makanannya, tiba-tiba seorang cowok duduk di hadapannya.

"Maaf mas, itu bubur punya saya." ucap Oranye ketika melihat cowok itu mengambil bubur ayamnya.

Karena tak kunjung mendapat respon dari orang di hadapannya, Oranye pun segera menarik mangkuk bubur ayamnya dari cowok itu, "Balikin! Itu bubur punya gue, lo pesen sendiri sana."

"Abis."

"Trus ngapain lo masih disini?"

"Gue mau bubur punya lo."

"Ogah banget."

"Gue yang bayarin. Lagian lo kan udah ada." ucapnya sambil menatap satu porsi bubur yang sudah dituang sambal

"Mana kenyang kalo cuma makan seporsi!"

"Jadi cewek jangan rakus."

"Yang rakus gue, ngapain lo yang sewot? Gue makan juga ga minta sama lo."

"Hm"

Cowok gila, tukang ngatur, pemaksa, untung cakep.

"Gue tau, gue cakep." ucap cowok itu, membuat Oranye terkejut

Nih cowok bisa baca pikiran gue?

"Gak usah panik, gue gak baca pikiran lo."

Gak usah panik, gundulmu.

.

.

.

tbc
[klik tombol vote gaada ruginya gaes!]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ORANYETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang