"Lari lebih cepat, venus. Jangan biarkan mereka merebutnya!"
"Hey, berhenti memerintahku!"
"Hahaha aku mencoba mengarahkanmu!"
"Berhenti membual!"
Aku berlari seiring arah mata angin. Mengintari taman luas layaknya padang savana yang mataharinya sehangat pelukan. Langitnya layaknya lukisan, berwarna baby blue dengan awan putih seperti permen kapas yang biasa ku makan diam-diam saat malam hari. Tak kalah, Pohon Cemara dan pohon Akasia menyebar disetiap dataran nya.
Rasanya seperti enggan berhenti. Aku berlari seperti tidak mengenal lelah. Tungkai ku menapaki rerumputan yang tingginya sama dan tidak lebih dari mata kaki. Seperti dijaga dengan baik setiap pertumbuhan nya. Semilir angin memerangi nafasku. Burung-burung berkicau berterbangan tanpa mengganggu. Dua diantara nya memilih menyaksikan ku berlarian kesana-kemari, sisanya bergelayut indah diranting-ranting pohon yang bunga nya kedapatan merekah sempurna.
Laki-laki itu hanya tersenyum berkacak pinggang, setelah menyuruhku berlari, ia hanya menyaksikan ku hendak menggapai dua tangkai Bunga Canola yang muncul secara tiba-tiba diberbagai sudut taman. Aku berlari lantaran dua ekor tupai mencoba memetik bunga yang sudah 30 menit lama nya kutunggu mekar. Seperti sedang berkompetisi, kami pun saling berkejaran merebut si cantik yang tumbuh liar.
Tanpa disadari awan tak lagi membentuk kapas. Langit berganti abu-abu membentuk guratan kemarahan. Bunga Canola yang semula mekar dengan cantik mulai hilang entah kemana. Tupai-tupai berlarian, angin besar membuat ricuh burung-burung yang damai. Aku tak bergerak memperhatikan sekeliling. Lelaki itu menunjukkan kebingungan. Pohon-pohon Coast Redwood membesar dan saling tumbuh berdekatan. Aku berkeringat dingin, lelaki itu berlari kearahku.
"Venus, buka matamu!"
Aku terbangun. Lebih tepatnya terperanjat. Peluhku menetes, air mata ku kering dipipi, apa aku menangis? Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Suara-suara itu datang lagi. Seperti nyata.
Ah, aku memimpikan nya lagi untuk yang ke sekian kali.
Mata ku teralihkan pada jam dinding yang berdetik. Sudah pukul 05:29. Sudah satu minggu aku terbangun di satu menit sebelum alarm ku menyala. Lebih tepatnya terbangun karena mimpi-mimpi ganjil yang seakan nyata.
Entah merasa bersyukur atau merasa takut.
"Sepertinya.. Aku lebih baik kesiangan daripada mati penasaran karena mimpi-mimpi ku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabastala
FantasySebuah cerita berisi Nabastala; kisah Awan dan Venus yang hidup dalam semesta, tapi tidak dalam langit yang sama. Pernah hidup berdua, namun harus berpisah karena ketidakadilan dunia. "Venus, di semesta mana keadilan itu ada?"