18. Bianglala

438 87 35
                                    

Yeri menggeledah tasnya, mencari-cari handphone miliknya yang selalu saja terselip entah dimana. Deringan telepon itu nggak berhenti sejak beberapa detik yang lalu, membuat Yeri semakin penasaran dimana sebenarnya dirinya menyimpan benda itu.

Akhirnya, benda yang dicari-cari sudah ia genggam. Nama Herin muncul di layarnya, segera Yeri menekan tombol hijau, "Kenapa?"

"Makan malem kita udah abis, lo sama Jeffrey makan diluar aja nggak apa-apa?"

Yeri mengerutkan dahinya, "bukannya tadi masih banyak banget?"

"yang ngabisin si Yuta, padahal udah gue bilangin juga tadi. Emang buto ijo dia tuh!" Ucap Herin dari seberang sana, "atau lo gue beliin makanan aja nih?"

"Nggak usah deh, gue kasih tau Jeffrey. Berarti gue pulang agak lambat ya, jangan dikunci, kan mau mampir makan dulu."

"Sip, beres." Lalu Herin mengakhiri panggilan itu.

Jeffrey yang sedang berjalan kaki, berdampingan dengan Yeri penasaran, namanya tadi sempat disebut, "kenapa?"

"Katanya makan malemnya kita diabisin Yuta. Kita mampir ke warteg deket sini aja mau nggak?" Usul Yeri, sambil memasukkan kembali handphone miliknya ke dalam tas.

"Dasar Jin sontoloyo! Makanan orang dimasukin juga ke perutnya." Jeffrey kesal, "Yaudah deh, warteg yang kita lewatin aja ya— Eh, tapi lo beneran doyan makanan warteg nih?"

"Ya doyan lah," Jawab Yeri dengan cepat, "kenapa? Emangnya lo nggak doyan? Enak kok rasanya."

"Nggak gitu, biasanya kan cewek-cewek suka makan di tempat yang keliatan oke. Kalau gue sih ya doyan-doyan aja."

"Siapa tuh cewek yang begitu?" Tanya Yeri, "Cewek lo bukan?"

Jeffrey mengangguk, "Iya."

"Nggak semua ah, ini gue enggak. Gue malah suka mampir ke warteg pas pulang kuliah." Katanya, "abis enak sih, rada mirip masakan rumahan gitu. Gue suka!"

"Serius? Warteg mana dah?"

"Warteg Bu Hadi, deket perempatan itu. Tau nggak lo Jeff?"

Jeffrey langsung antusias, "Tau lah anjir, gue tiga tahun makan sering kesitu. Udah kayak emak kedua gue." Katanya, "Lo tau nggak telur baladonya, nggak ada bandingannya coy. Mendingan ke wartegnya Bu Hadi lah gue daripada ke Pizza Hut!"

"Iya, gue bingung. Kenapa sih bumbu baladonya Bu Hadi enak banget. Ayam Baladonya Jeff, gue nggak akan bosen makan itu!" Sahut Yeri yang nggak kalah antusias karena membicarakan warteg kesyangannya itu.

"Nggak bakal bisa move on gue dari Bu Hadi, ntar kalau gue udah lulus, tetep makan kesana pokoknya."

Yeri mengecek jam di handphone miliknya, "eh tapi warteg daerah sini tuh masih buka ya jam segini? Udah agak malem gini."

"Nggak tau juga sih." Kata Jeffrey, "Gue sebenernya dari kemaren pengen masakan padang, tapi orang sini nggak ada yang jual sama sekali."

"Iya, aneh ya? Biasanya masakan padang kan dimana-mana ada." Ujar Yeri, masih sambil berjalan, "btw lo juga bisa makan indomie rasa rendang. Itu juga masakan padang, hehehe."

"Emang lo tuh anak kost sejati ya, apa-apa mie." Ledek Jeffrey.

"Ya elu sih nyari yang kaga ada, nyari tuh yang jelas ada gitu kan enak."

Padahal sudah gelap, matahari juga sudah terbenam. Mereka berdua baru saja kembali dari aktivitasnya, dari perkebunan yang luasnya mereka berdua pun nggak tau. Kayaknya sih bisa lebih luas dari Mall.

SEMESTER AKHIR; Jung Jaehyun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang