1. LORONG

48 9 25
                                    

Tuhan adalah pembuat skenario yang akan membuatmu mengenal bagaimana kehidupan itu hidup.

# ----- #

TEMARAM menguar sepanjang tengah malam ini. Bahkan, hawa dingin terasa dari embusan yang menelusuk ke lengan jaket hingga mempertegas kesunyian di jalan. Tak satu pun keramaian yang tampak selain karena melintasi jalan tol, waktu juga terus berjalan dengan jarum pendek yang kini telah menunjuk angka dua.

Motor membelah sepi dengan tarikan gas pada tangan kanan. Semudah itu roda-roda terputar di aspal lalu pada akhirnya mencapai titik tujuan.

Selang lima detik, sang pengendara turun dengan tergesa-gesa dari kendaraannya. Tak melepas helm sebab dari awal memang tak menggunakan pelindung kepala. Matanya langsung menangkap kerumunan manusia yang diyakini hanya ingin memuaskan rasa penasaran. Biasanya ia akan meluapkan sumpah serapah untuk hal yang tak ia suka. Namun, kali ini keadaanya berbeda. Sangat kacau.

Kaki yang cukup panjangnya lantas berlari. Ia berusaha menerobos lautan warga penasaran itu walau terkadang harus sengaja menyakiti dengan menyubit atau bahkan mendorong diri. Suatu hal yang tak terduga, ia rupanya berakhir tepat di depan garis berwarna kuning dengan tulisan police line.

Banyak aparat kepolisian yang berada di sekitar TKP. Tak segan-segan mereka berteriak lewat toa' demi terus menyampaikan peringatan pada orang-orang yang berdesakan. Mereka tak ada sangkut pautnya dengan korban apalagi memiliki ikatan keluarga. Namun, tingkahnya benar-benar seperti orang yang sangat membutuhkan jarak dekat dengan lokasi dan korban.

Selain garis larangan polisi dan aparat kepolisian, dalam radius kurang lebih 150 meter juga tampak seseorang yang tengah terkapar di atas aspal. Lebih anehnya lagi di sekitar orang tersebut malah terlihat cairan gelap yang hampir mengelilingi secara penuh . Entah aparat yang teledor hingga harus menumpahkan air di sana--

Tidak. Itu bukan bekas air yang tertumpah akan tetapi...

Darah?

Matanya berganti menjadi bulat total setelah sebelumnya beranggapan remeh terhadap apa yang ada di depan. Berikutnya, ia melewati garis kuning yang penuh larang tadi dan berakhir di daerah TKP. Napasnya sempat memburu sebab merasa akal sejenak mati rasa. Lalu, perlahan ia mengamati korban tersebut walau rasa takut tetap menyerang.

Lo beneran ninggalin gue?

"Eh, kenapa kamu ke sini?!" larang seorang polisi dengan perawakan yang sepertinya telah mencapai kepala lima. Sementara yang terkena marah masih mematung dengan isi hati yang terus menolak kenyataan.

Mengetahui bahwa ucapannya tak direspon, tangan sang polisi terayun untuk menarik pemuda tadi.

"Lepasin!" bentaknya sambil mengibas tangan. Pelan-pelan kepalanya bergerak menatap tajam polisi dengan penuh rasa tak suka. "Saya ini keluarga korban!"

Tak ada hal lain yang dilakukan sang polisi selain menelisik dengan dahi yang mengerut paling dalam.

"Dia ayah kamu?" tanyanya hendak memastikan.

"I--" ucapannya tergantung begitu saja saat sadar akan sesuatu. "A-ayah?"

"Iya, apa kamu anak dari korban bernama--"

Tak menunggu ucapan tersebut selesai, ia lantas berlari meninggalkan tempat kejadian dan harus kembali menerobos kerumunan yang juga penuh dengan aparat kepolisian. Tahu, kalau baru saja terjadi sedikit kesalahpahaman.

HAPPY TO MEET YOU AZURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang