Dua belas ( Bagian 1 )

1.4K 136 4
                                    

Dari dalam mobilnya yang semakin menjauh, Bian melihat rumah yang selama akhir pekan kemarin menjadi tempat peristirahatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari dalam mobilnya yang semakin menjauh, Bian melihat rumah yang selama akhir pekan kemarin menjadi tempat peristirahatannya. Hatinya merasa getir, pasalnya, Nay masih tidak ingin ikut dengan Bian apalagi tinggal bersama selayaknya sepasang suami istri seharusnya.

"Maukah Nyonya ikut denganku? Pulang ke rumah kita? Hmm??" Tanya Bian yang bersimpuh di lantai, di hadapan Nay yang tengah duduk di tempat tidurnya. Wanita itu tengah melipat pakaian Bian yang telah kering dan akan mengemasnya di koper agar bisa dibawa esok pagi.

Jangankan menjawab. Bahkan menatap Bian yang mengiba pun tidak.

"Apa aku belum terlihat seperti manusia bagimu?" Tanya Bian lagi. Dilihatnya tangan Nay berhenti sejenak, tapi kemudian tangan indah itu melanjutkan kembali kegiatannya.

Bian bangkit dan menyerah. Nay tidak mungkin bisa dibujuk dan Bian tak mungkin bisa meruntuhkan kekeras hatian istrinya itu.

"Aku sudah memindahkan KTP mu di dompet yang aku bawa kemarin. Maaf, aku belum sempat mengambil dompetmu yang tertinggal di apartemen. Aku hanya mengambil KTPnya saat itu karena kita membutuhkannya untuk kelengkapan berkas pernikahan. Apa kau mau HPmu juga kembali? Aku akan menyuruh seseorang mengantarkannya jika kau mau."

Tidak. Nay tidak menginginkannya. Di HP lamanya ada nomor Wira dan Nay yakin, Wira pasti akan menghubunginya ke nomor itu jika dia tahu nomor itu telah aktif kembali. Nay tidak siap untuk hal itu. Apapun itu, Wira kini hanyalah kenangan terindah baginya yang mungkin tidak akan pernah bisa ia lupakan.

"Tidak perlu." Jawab Nay singkat.

"Baiklah. Terserah maumu saja."

***

Nay melirik ke atas meja riasnya. Sebuah dompet sederhana tergeletak tak diinginkan di sana.

Nay mengambil dan membuka dompet pemberian suaminya itu, melihat isinya dan menghela nafas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nay mengambil dan membuka dompet pemberian suaminya itu, melihat isinya dan menghela nafas. Ternyata isinya tak sesederhana kelihatannya. Nay melihat banyak uang lembaran yang ia yakin jumlahnya tidak sedikit dan juga beberapa kartu. Tapi satu-satunya kartu yang ia kenali hanyanya KTPnya sendiri.

Nay yang memang tidak tertarik memindahkan dompet itu ke laci dan kembali kepada rutinitas yang biasa ia lakukan. Biasa, tanpa Fabian yang sudah kembali ke tempatnya.

*

Hari demi hari berlalu Nay jalani dengan monoton. Kehidupannya sebagai putri mandor perkebunan lumayan membuatnya sibuk. Apalagi wanita 22 tahun yang baru mendapat gelar insinyur pertanian itu berniat menerapkan apa yang sudah ia pelajari untuk mengembangkan perkebunan yang diurus ayahnya.

Drrrttt....drrrttt....

Nay yang sedang memberi pengarahan kepada para buruh kebun memohon jeda sejenak untuk menerima telepon.

"A-apa??? Kecelakaan? Meninggal?"





























































































































Watti lagi error. Semua ketikanku part 12 hilang & banyak ghost part yang muncul entah dari mana😵. Jadi kalau sampai part ini sukses ke publish baru aku lanjutin lagi. Kalau masih bermasalah aku harus contact support kayaknya. Aya aya wae 😷

JODOH SEORANG PEMERKOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang