06. Angga

4.5K 331 10
                                    

Aresha sedang berjalan terburu-buru dikoridor kampus Universitas Atmawijaya itu.

Brukk.

Ia menabrak seseorang sampai dirinya terjatuh ke lantai. Untung saja, koridor ini sepi, jadi tidak terlalu malu.

"Eeh..." latah Aresha.

"Ah, sorry. Gue nggak sengaja," ucap suara berat sampai membuat Aresha mendongakan kepalanya.

'Ganteng,' batin Aresha tersenyum devil.

"Santai." Aresha langsung bangkit dan berlari menuju kelas paginya itu. Ia sudah telat 3 menit yang lalu.

🐤🐤🐤

"Lagi nunggu siapa?" tanya seseorang yang tiba-tiba duduk disamping Aresha.

Aresha menoleh kesamping, menatap seseorang berjenis kelamin laki-laki yang tadi pagi bertabrakan dengannya.

"Dijemput," jawab Aresha.

Laki-laki itu menganggukan kepalanya.

"Gue Angga, mahasiswa dari jurusan bisnis." Angga menyodorkan tangannya pada Aresha.

"Aresha."

"Kalo boleh tau, lo ngambil jurusan apa?"

"Nggak boleh."

Angga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, cukup susah untuk berkenalan dengan Aresha.

"Lo adek tingkat gue ya? Soalnya gue kayak asing aja kalo lo satu tingkatan sama gue," cerocos Angga.

Aresha menganggukan kepalanya.

Hening beberapa saat, baik Angga maupun Aresha enggan mengeluarkan suaranya.

Angga menghela nafas gusar, semilir angin menyapu wajah kedua insan itu.

Angga hendak pergi dari kecanggungan yang melanda, tapi ia tidak bisa. Seolah hatinya menahan untuk tetap duduk disamping Aresha dipendopo ini. .

"Sorry untuk tadi pagi, gue nggak sengaja nabrak lo," ucap Angga akhirnya.

Aresha tersenyum tipis. "Santai."

Angga mengangguk. "Ini udah jam 2, lo nggak dijemput juga. Mau gue anter pulang?"

Aresha melirik sekilas ke arah Angga.

"Gue bisa pulang sendiri." Ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan melenggang pergi dari pendopo tersebut.

Angga menatap nanar punggung Aresha yang terlihat menjauh.

"Cuma kenalan doang susahnya minta ampun. Come on Aresha, gue bakal dapetin lo." Angga menyeringai lalu pergi dari sana.

Aresha melihat ke setiap arah, berharap supir jemputan keluarganya datang. Tapi nihil, tidak ada supir ataupun keluarganya yang datang menjemputnya.

Aresha menghela nafas, ia berjalan ke pintu utama Universitas Atmawijaya dengan jarak yang cukup jauh.

Andai saja handphonenya tidak mati, mungkin ia akan memesan ojek online.

Saat sudah sampai, Aresha langsung memberhentikan taksi dan memilih pulang.

Marvel, Rian, dan Listy sedang sibuk mencari referensi untuk bab lanjut skripsinya.

+62
Aresha, save ya gue Angga.

Aresha menghela nafas kala mendapat pesan dari nomor asing yang ternyata Angga.

Baiklah, mungkin Angga menjadi orang yang ke sekian kalinya untuk Aresha jauhi.

Aresha berucap pelan, "Lukanya belum hilang dari Abi, gue nggak mau lanjut lebih jauh. Semakin gue nunjukin gue move on, semakin sakit juga hati gue yang belum nerima itu."

Aresha tidak membalas pesan Angga. Ia melemparkan ponselnya ke sembarang arah.

Emosinya naik seketika saat sampai dirumah, ia sendiri. Keluarganya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.

Untuk Gavin, Rian, Marvel, dan Listy mereka masih sibuk diluar untuk menyelesaikan tugasnya.

Aresha melangkahkan kakinya, tangannya mengusap foto yang tertempel didinding kamarnya.

Foto dirinya, Alea, dan Arion saat Aresha kecil.

"Emang kayaknya Eca ditakdirin buat sendiri terus ya, Bu? Eca nggak sekuat yang dilihat mereka. Kenapa takdir Tuhan jahat banget, Bu? Kapan Eca bisa bahagia?" lirih Aresha.

Suara dering ponsel Aresha berbunyi, mau tidak mau Aresha mengambil dan menjawab telfon itu.

Ia mengernyit heran kala nomor asing itu menelfonnya.

"Halo?" sapa Aresha pada sang penelfon.

"Halo Aresha. Ini gue, Angga."

Aresha mendengus sebal kala Angga yang menelfonnya.

"Shaaa, lo masih disana kan?" tanya Angga sedikit berteriak.

"Masih atau nggaknya itu bukan urusan lo."

Aresha langsung mematikan sambungannya, berharap ia tidak dipertemukan lagi dengan Angga yang perlahan mencoba masuk kedalam hidupnya.

Aresha(Tersedia di Google Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang