CHAPTER 20

524 62 7
                                    

02 September 2014
Seoul, Korea Selatan.

Jessica tersenyum lembut memandang ke bawah, ke mejanya yang di atas sana tergeletak sebuah ponsel dengan layar menyala.

Ia tak langsung bersiap keluar saat tiris waktu mendekati jam istirahat. Jessica nampaknya tak berselera ketika tahu harus menjauh dari ponsel yang sedang di cas tersebut.

"Sedikit lagi." Gumamnya begitu menantikan baterai ponsel yang akan segera penuh.

Sesekali, mata Jessica melirik waspada ke ambang pintu. Ia membiarkan Tiffany untuk pergi lebih dahulu dan mengatakan bahwa, akan menyusul sebentar lagi.

Tidak. Ini sudah hampir 15 menit setelah kepergian sang sahabat keluar, menuju tempat mereka berniat mengisi perut. Jessica yakin bahwa Tiffany sedang menunggunya sekarang dan jelas saja, ia khawatir.

Tadi pagi, gadis itu mempunyai kekesalan lain yang belum selesai terlampiaskan. Jessica tak ingin membuat Tiffany merajuk berat dan segera melepaskan charge ponselnya sebelum bergegas keluar.

Dinggg.....

"Waktunya mengisi perut. Jangan lupa kau perlu makan untuk tetap bertahan hidup."

Dinggg......

"1 4 3."

Ah, pesan kedua. Jessica tersenyum kecil seraya melangkahkan kakinya keluar lobi, menunggu lampu penyeberangan berwarna hijau.

Dengan cepat, ibu jari Jessica mengambil alih untuk mengetik balasan atas pesan singkat tersebut.

"Kau belum tidur? Aku tahu jam berapa di sana sekarang. Kau membutuhkan tidur jika bersungguh-sungguh ingin menepati janjimu."

Kirim. Jessica menekan tombol tersebut, memasukan ponsel ke saku jas berwarna putih miliknya lalu bergegas menyeberang saat lampu hijau untuk pejalan kaki menyala.

Tangan Jessica mendorong pintu caffe dan mendapati sang sahabat sedang merengut padanya. Ia menyengir kaku, berusaha mencairkan suasana namun gagal.

Tiffany benar-benar marah padanya. Lebih tepatnya, merajuk. Gadis itu nyaris seperti pacarnya sekarang, merengut sebal karena pesan tak di balas.

Tunggu, pesan?

Jessica menerima pesan lagi saat berlari tadi. Ia ingat bahwa ponselnya kembali berdering dan tentu saja Jessica tahu siapa itu.

Jessica mengurungkan niat untuk langsung mengambil ponselnya dan membalas pesan Yoong. Ada seorang anak kecil di sini yang juga perlu di bujuk, segera.

"Kau sudah pesan minuman? Pesan untukku juga?"

"Jessica, aku sudah menghabiskan minumanku sejak 5 menit tadi." Ucap gadis itu datar.

Jessica menggaruk sudut matanya yang tak gatal lalu mencoba melihat ke arloji yang tergantung di lengannya.

Astaga! Jessica dengan cepat mengurut keningnya, sadar berapa lama ia terlambat, meninggalkan Tiffany sendirian duduk di sini.

"Maaf." Jessica tersenyum kikuk, penuh penyesalan tersirat di matanya, serius.

Dinggg.......

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang